Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

EKSISTENSI SENI KETUK TILU KELOMPOK LINGKUNG SENI DAYA SUNDA DI KEBUN BINATANG BANDUNG Soni Reffali; Nanang Jaenudin
PANGGUNG Vol 33 No 4 (2023): Eksistensi Tradisi dalam Narasi Seni Modern
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v33i4.1998

Abstract

Since the year 1970, Ketuk Tilu of Lingkung Seni Daya Sunda has been able to maintain and expand his presence in Bandung Zoo. The goal of this research is to identify the factors that contribute to Ketuk Tilu Lingkung Seni Daya Sunda’s ability to thrive in society, particularly in the Bandung Zoo area. The theory used in this book is Alan P. Merriam’s functional theory. In contrast, the method used is a qualitative method with data collection techniques that focus on observation, interpretation, and documentation. The findings of this study show that Ketuk Tilu Lingkung Seni Daya Sunda in Bandung Zoo can sustain its existence by providing the following services to the community: 1) The Function of Emotional; 2) The Function of Entertainment; 3) The Function of Communication; dan 4) The Function of The Integration of Society. Keyword: Ketuk Tilu, Existence, Bandung Zoo
Uji Pembandingan Interval Tangga Nada Karawitan Sunda (Laras Degung) Terhadap Interval Tangga Nada Musik Barat Jaenudin, Nanang
PANGGUNG Vol 34 No 4 (2024): Dekonstruksi dan Rekonstruksi Identitas Budaya
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v34i4.3578

Abstract

Permasalahan perbedaan laras degung dan susunan nada do-mi-fa-sol-si-do’ pada tangga nada musik Barat sampai saat ini masih menjadi perdebatan di kalangan seniman dan akademisi karawitan Sunda. Sebagian seniman dan akademisi karawitan Sunda berpendapat bahwa, meskipun susunan nada-nada pada laras degung dan susunan nada do-mi-fa-sol-si-do’ pada tangga nada musik Barat terdengar mirip, tetapi susunan nada-nada pada kedua tangga nada tersebut memiliki interval yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan, berapa persentase tingkat kemiripan laras degung dengan susunan nada do-mi-fa-sol-si-do’ pada tangga nada musik Barat? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode perbandingan interval menyeluruh yang merupakan jumlah kumulatif dari interval nada berdekatan, dengan mengambil sampel laras degung yang terdapat pada gamelan dan suling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kemiripan laras degung dari rakitan laras salendro 15 nada (gamelan) terhadap susunan nada do-mi-fa-sol-si-do pada tangga nada musik Barat sebesar 89,05%, tingkat kemiripan laras degung dari suling milik Iwan Mulyana terhadap susunan nada do-mi-fa-sol-si-do pada tangga nada musik Barat sebesar 69,41%, dan tingkat kemiripan laras degung dari suling milik Endang Sukandar terhadap susunan nada do-mi-fa-sol-si-do pada tangga nada musik Barat sebesar 85,91%. Hasil analisis ini membuktikan kebenaran ‘rasa laras’ para seniman dan akademisi karawitan Sunda yang menilai bahwa terdapat perbedaan antara laras degung dan susunan nada do-mi-fa-sol-si-do pada tangga nada musik Barat.
LITERASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT MUNDUPESISIR MELALUI KATALOG Heriyawati, Yanti; Wita, Afri; Jaenudin, Nanang
INTEGRITAS : Jurnal Pengabdian Vol 9 No 1 (2025): JANUARI - JULI
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Universitas Abdurachman Saleh Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36841/integritas.v9i1.6104

Abstract

Desa Mundupesisir memiliki potensi kearifan lokal masyarakat nelayan yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata, di antaranya: 1) Tanaman mangrove; 2) Ritual nadran; 3) Situs Ki Lobama; dan 4) Cara penangkapan dan pengolahan ikan laut, serta menjaga sumber daya alam maritim. Semua potensi sumber daya alam maupun kreativitas masyarakat Mundupesisir belum dikelola dengan baik. Masih sangat terbatas dalam mempromosikan dan mengemas produk-produk yang dapat dijual. Begitu pula terkait media yang belum dipahami bagaimana mengakses untuk kerja sama dalam mempublikasikan potensi desa tersebut. Tujuan pemberdayaan Masyarakat melalui pembuatan katalog ini pada peningkatan pengetahuan dan kemampuan perempuan Mundupesisir dalam memproduksi kearifan lokal sekaligus memasarkannya sehingga dapat meningkatkan minat pengunjung terhadap destinasi wisata bahari di Mundupesisir Cirebon. Produktivitas perempuan di lingkungan masyarakat nelayan juga sebagai bentuk kesetaraan gender seperti halnya pada tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang harus dicapai. Kesetaraan gender menjadi isu yang menghadirkan ketimpangan peran perempuan dalam mendapatkan peluang yang lebih baik di Masyarakat. Implementasi pemberdayaan ini dlakukan dalam lima tahap, yaitu Penyusunan Materi Kegiatan; Sosialisasi Program; Pelatihan & Penerapan teknologi; Pendampingan dan evaluasi; Keberlanjutan program. Dua solusi yang diterapkan untuk menyelesaikan masalah mitra, yaitu tahap produksi dan tahap promosi. Pada tahap produksi difokuskan pada identifikasi nilai-nilai kearifan lokal dari artefak dan produk. Tahap promosi diterapkan pada pembuatan katalog, dari mulai pemilihan bahan, materi, tata letak, ukuran, dan lain-lain yang secara keseluruhan merupakan proses desain.
Defining Vocal Aesthetic Parameters in Tembang Sunda Cianjuran: A Case Study of the PTSC DAMAS Competition Budiman, Arif; Jaenudin, Nanang
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 40 No 3 (2025)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v40i3.3141

Abstract

This study develops a conceptual framework to define a distinguished panembang (vocalist) in Tembang Sunda Cianjuran based on a case study of the PTSC DAMAS competition. Employing a qualitative research design, the study integrates triangulation methods data, techniques, and sources to enhance validity. Data were obtained through in-depth interviews with 12 key informants (including judges, panembang, and cultural experts), field observations, and document analysis. The analytical framework is based on A.A.M. Djelantik's aesthetic theory and uses Miles and Huberman's interactive model for data analysis. The study identifies five core parameters: Bener (accuracy), Merenah (proportionality), Genah (melodiousness), Alus (artistic refinement), and Mulus (flawless integration), each with context-specific indicators. These findings offer a culturally grounded yet methodologically rigorous model for evaluating performance quality in traditional Sundanese vocal arts. The proposed parameters offer a foundational step toward developing a more objective, transparent, and accountable judging system.