Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PEMANFAATAN BLOG DAN SEO (SEARCH ENGINE OPTIMIZATION) DI ERA DIGITAL BAGI MAHASISWA JURNALISTIK Simatupang, Yunita; Zanynu, M. Aswan; Dasmin, Dasmin; Wekogandhigrahita, Alfiansyah; Meldianto, Meldianto; Nurfadila, Nurfadila; Tunda, Amin
Anoa : Jurnal Pengabdian Masyarakat Sosial, Politik, Budaya, Hukum, Ekonomi Vol 5, No 1 (2024):
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52423/anoa.v5i1.49107

Abstract

A blog is a type of website or online platform that contains a series of posts or articles periodically, usually written in an informal style or conversational writing style. SEO (Search Engine Optimization) is an effort or strategy to be applied to a website, blog or page that is ranked at the top of search engines such as Google. Blogging is important for SEO because every new blog that is posted will display a new URL. This new URL opens up new opportunities to be at the top of the search engine. Blogs and SEO also have many benefits for students, including students can hone their writing skills, both in academic and non-academic contexts and understanding SEO allows students to create content that is easy to find in search engines. This increases the visibility of their blogs, making them more effective in reaching a wider audience.
Efektivitas Pelayanan Konseling Pastoral Terhadap Generasi Muda Yang Kecanduan Gadget Meldianto, Meldianto
Journal of Comprehensive Science Vol. 2 No. 10 (2023): Journal of Comprehensive Science (JCS)
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59188/jcs.v2i10.533

Abstract

Gadget adalah perangkat teknologi komunikasi. Perang gadget sekarang membuat hidup orang lebih mudah dan nyaman serta membawa perubahan pola pikir bahkan menyentuh tanah karakter dan sikap manusia. Dampak penggunaan gadget yang berlebihan yaitu buruk bagi sikap generasi muda dalam kehidupan. Adapun dampaknya yaitu berakibat pada perilaku yang buruk mengganggu belajar mengganggu kesehatan dan sikap generasi muda serta menyebabkan pengeluaran berlebih. Maka dibutuhkan arahan dan batasan dari orang tua untuk anak memanfaatkan gadget. Untuk mengatasi kecanduan gadget dapat dilakukan secara psikologis dan non psikologis. Tindakan non psikologis dapat dilakukan melalui konseling pastoral kepada pecandu. Di sini jemaat dilatih hingga mampu bersaksi (bukan hanya persekutu saja) tentang pekerjaan tuhan dalam hidupnya. Penggembalaan kesaksian tersebut yaitu adalah jawaban tentang keperluan manusia mengenai perhatian kehangatan, penggembalaan dan dukungan, jadi penggembalaan ditujukan terhadap kemampuan jemaat sebagai pemberitaan Injil yang dasarnya imamat am semua orang yang percaya. Hasil penelitian ditemukan bahwa mencegah pengaruh buruk teknologi bagi pemuda telah dijelaskan bahwa hal yang paling utama adalah mengajak para pemuda untuk melihat teknologi berdasarkan Firman Tuhan kemudian membimbingnya dan mengajarkannya bertanggungjawab terhadap penggunaan teknologi melalui konseling pastor
MEMBENTUK KONSELOR YANG BERIMAN DAN BERKOMPETEN: PERANAN TEOLOGI DALAM PENDIDIKAN KONSELING Parebong, Wawan; Meldianto, Meldianto; Sangga, Jummianto
EDUCATOR : Jurnal Inovasi Tenaga Pendidik dan Kependidikan Vol. 5 No. 2 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/educator.v5i2.6587

Abstract

ABSTRACT The purpose of this study is to understand the role of theology in counselor education in shaping counselors who are both faithful and competent. This study adopts a qualitative approach with a literature review design. The stages of analysis include: data reduction, data display, and conclusion drawing and verification. Based on the conducted literature review, several key findings related to the role of theology in Christian counselor education can be summarized as follows: 1) Christian theology provides a foundational framework and core values essential in shaping the paradigm of Christian counseling. A theological understanding of human nature, suffering, and healing positions counseling not merely as a psychological intervention, but as a spiritual and prophetic ministry; 2) Theology is not merely a cognitive discipline, but plays a vital role in shaping the heart and character of Christian counselors. An education that instills values of love, empathy, and fidelity to the teachings of Christ fosters the formation of compassionate and highly-integrity-driven counselors; 3) Many theological education institutions have not yet succeeded in fully integrating theological courses with counseling practice. This fragmentation results in graduates struggling to connect their faith with the realities of counseling practice in the field. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana peranan teologi dalam pendidikan konseling untuk membentuk konselor yang beriman dan berkompeten . Penelitian ini mengadopsi pendekatan kualitatif dengan desain studi pustaka (literatur review). Tahapan analisis meliputi: Reduksi data,  penyajian data  dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Berdasarkan kajian literatur yang dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hasil penting terkait peranan teologi dalam pendidikan konseling Kristen: 1) Teologi Kristen memberikan kerangka berpikir dan nilai-nilai dasar yang sangat penting dalam membentuk paradigma konseling Kristen. Pemahaman teologis tentang manusia, penderitaan, dan pemulihan menjadikan konseling lebih dari sekadar intervensi psikologis, melainkan sebagai pelayanan yang bersifat spiritual dan profetik; 2) Teologi bukan hanya ilmu kognitif, tetapi berperan membentuk hati dan karakter konselor Kristen. Pendidikan yang menanamkan nilai kasih, empati, dan kesetiaan pada ajaran Kristus mendorong terbentuknya konselor yang berbelas kasih dan berintegritas tinggi; 3) Banyak institusi pendidikan teologi belum berhasil mengintegrasikan mata kuliah teologi dan praktik konseling secara utuh. Fragmentasi ini menyebabkan lulusan mengalami kesulitan dalam menghubungkan iman mereka dengan praktik konseling di lapangan.