Marbun, Yovita Ramos
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Menggali Perspektif Lintas Budaya: Analisis Perbandingan Perilaku Memilah Sampah di Indonesia dan Jerman Marbun, Yovita Ramos; Yunanto, Taufik Akbar Rizqi
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol 9, No 2 (2024): Januari
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v9i2.48970

Abstract

Studi ini menganalisis perbedaan perilaku memilah sampah antara Indonesia dan Jerman menggunakan dimensi budaya Hofstede yaitu jarak kekuasaan, individualisme-kolektivisme, dan penghindaran ketidakpastian. Meskipun telah ada upaya untuk mengelola sampah, penelitian ini membantu menjelaskan mengapa negara berkembang, termasuk Indonesia, menemui tantangan dalam menerapkan perilaku pro-lingkungan, terutama dalam memilah sampah. Kajian literatur digunakan dengan pendekatan psikologi lintas budaya yang merupakan studi perbandingan kritis tentang bagaimana budaya memengaruhi psikologi. Melalui kajian literatur dengan pendekatan psikologi lintas budaya, studi ini membandingkan tentang bagaimana budaya mempengaruhi psikologi. Pada budaya jarak kekuasaan, Indonesia memerlukan teladan dalam implementasi kebijakan lingkungan, sedangkan Jerman memiliki partisipasi masyarakat tinggi dalam pemilahan sampah. Indonesia termasuk kolektivis cenderung memilah sampah bersama dalam komunitas, sementara Jerman yang individualis menekankan tanggung jawab individu. Pada budaya penghindaran ketidakpastian, Indonesia memerlukan standarisasi aturan dan fasilitas bank sampah, sementara Jerman memberlakukan aturan dan sanksi jelas untuk memperkuat perilaku memilah sampah. Kesimpulannya, terdapat perbedaan perilaku memilah sampah antara Indonesia dan Jerman yang terkait faktor kebijakan. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan studi yang lebih eksploratif dan komprehensif dalam setiap dimensi budaya, dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal lainnya.  This study analyzes the differences in waste sorting behavior between Indonesia and Germany using Hofstede's cultural dimensions: power distance, individualism-collectivism, and uncertainty avoidance. Despite efforts to manage waste, this research helps explain why developing countries, including Indonesia, face challenges in implementing pro-environmental behavior, particularly in waste sorting. A literature review is used with a cross-cultural psychology approach, which critically examines how culture influences psychology. Within the power distance culture, Indonesia requires role models in environmental policy implementation, while Germany exhibits high public participation in waste sorting. Indonesia, as a collectivist society, tends to sort waste jointly in communities, whereas Germany, an individualistic society, emphasizes individual responsibility. In the uncertainty avoidance culture, Indonesia needs standardized rules and waste bank facilities, while Germany enforces clear regulations and sanctions to strengthen waste sorting behavior. In conclusion, there are differences in waste sorting behavior between Indonesia and Germany related to policy factors. Also, several efforts can be considered to improve waste sorting behavior in Indonesia. Further research is recommended to conduct more exploratory and comprehensive studies in each cultural dimension, considering other internal and external factors.
Pribadi JUARA: Pelatihan Resiliensi untuk peningkatan Kesejahteraan Psikologis Pekerja Migran Indonesia Marbun, Yovita Ramos; Christian, Frikson
Psychocentrum Review Vol 6, No 2 (2024): Psychocentrum Review
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26539/pcr.623114

Abstract

Pekerja Migran Indonesia (PMI) memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia, meski dalam dinamika pekerjaannya menghadapi lingkungan yang penuh tekanan di negara tujuan. Pengembangan strategi yang efektif berupa pelatihan dibutuhkan untuk meningkatkan resiliensi dan kesejahteraan psikologis PMI. Studi ini menguji efektivitas pelatihan resiliensi dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis calon PMI di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) X. Pelatihan resiliensi diberikan kepada 20 calon PMI dengan rentang usia antara 18-28 tahun yang dipilih berdasarkan berdasarkan hasil pre-test. Peneliti menggunakan skala Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) dan The Ryff Scale of Psychological Well-being (RPWB) dengan desain eksperimen quasiexperimental one-group pretest-posttest. Setelah dilakukan analisis data menggunakan paired t-test, diketahui terdapat perbedaan mean sebelum dan sesudah pelatihan baik pada resiliensi (t=-3.55, p<0.05) maupun kesejahteraan psikologis (t=-12.15, p<0.05). Dengan demikian, pelatihan resiliensi dapat meningkatkan resiliensi dan aspek-aspek kesejahteraan psikologis, seperti penerimaan diri, hubungan positif, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pengembangan pribadi. Berdasarkan studi ini, LPK perlu memberikan pembekalan psikologis terkait resiliensi dan kesejahteraan psikologis kepada PMI agar PMI dapat menyesuaikan diri serta bertahan menghadapi tekanan saat bekerja di luar negeri.
Pro-Environmental Behavior among Urban Millennial Workers: a Focus Group Discussions Marbun, Yovita Ramos; Artiawati; Azaria, Renny
Journal of Educational, Health and Community Psychology VOL 14 NO 1 MARCH 2025
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/jehcp.vi.30350

Abstract

Waste management has been a critical issue in Indonesia, demanding urgent attention for sustainability and public health. The lack of public awareness underscored the need to understand pro-environmental behaviors, particularly waste sorting. Indonesia’s urban millennial workforce was expected to drive change in raising environmental awareness. This study explored the waste sorting behavior of urban millennial workers, influenced by work and family environments. Using Focus Group Discussions (FGDs) with 18 participants (8 in Jakarta, 10 in Surabaya), data was analyzed using NVIVO 14. The qualitative approach was chosen for its ability to provide in-depth insights into participants’ behaviors and perspectives. Findings revealed that inadequate facilities, lack of social support, and weak regulation enforcement hindered waste sorting, despite positive attitudes toward sustainability. The study suggested improving infrastructure, enforcing regulations, and enhancing socialization to promote sustainable waste sorting among urban millennial workers. The findings emphasized the need for policy development and corporate responsibility and recommended further research on the long-term effects of education, socialization, and regulation enforcement.
Menggali Perspektif Lintas Budaya: Analisis Perbandingan Perilaku Memilah Sampah di Indonesia dan Jerman Marbun, Yovita Ramos; Yunanto, Taufik Akbar Rizqi
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol. 9 No. 2 (2024): Januari
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v9i2.48970

Abstract

Studi ini menganalisis perbedaan perilaku memilah sampah antara Indonesia dan Jerman menggunakan dimensi budaya Hofstede yaitu jarak kekuasaan, individualisme-kolektivisme, dan penghindaran ketidakpastian. Meskipun telah ada upaya untuk mengelola sampah, penelitian ini membantu menjelaskan mengapa negara berkembang, termasuk Indonesia, menemui tantangan dalam menerapkan perilaku pro-lingkungan, terutama dalam memilah sampah. Kajian literatur digunakan dengan pendekatan psikologi lintas budaya yang merupakan studi perbandingan kritis tentang bagaimana budaya memengaruhi psikologi. Melalui kajian literatur dengan pendekatan psikologi lintas budaya, studi ini membandingkan tentang bagaimana budaya mempengaruhi psikologi. Pada budaya jarak kekuasaan, Indonesia memerlukan teladan dalam implementasi kebijakan lingkungan, sedangkan Jerman memiliki partisipasi masyarakat tinggi dalam pemilahan sampah. Indonesia termasuk kolektivis cenderung memilah sampah bersama dalam komunitas, sementara Jerman yang individualis menekankan tanggung jawab individu. Pada budaya penghindaran ketidakpastian, Indonesia memerlukan standarisasi aturan dan fasilitas bank sampah, sementara Jerman memberlakukan aturan dan sanksi jelas untuk memperkuat perilaku memilah sampah. Kesimpulannya, terdapat perbedaan perilaku memilah sampah antara Indonesia dan Jerman yang terkait faktor kebijakan. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan studi yang lebih eksploratif dan komprehensif dalam setiap dimensi budaya, dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal lainnya.  This study analyzes the differences in waste sorting behavior between Indonesia and Germany using Hofstede's cultural dimensions: power distance, individualism-collectivism, and uncertainty avoidance. Despite efforts to manage waste, this research helps explain why developing countries, including Indonesia, face challenges in implementing pro-environmental behavior, particularly in waste sorting. A literature review is used with a cross-cultural psychology approach, which critically examines how culture influences psychology. Within the power distance culture, Indonesia requires role models in environmental policy implementation, while Germany exhibits high public participation in waste sorting. Indonesia, as a collectivist society, tends to sort waste jointly in communities, whereas Germany, an individualistic society, emphasizes individual responsibility. In the uncertainty avoidance culture, Indonesia needs standardized rules and waste bank facilities, while Germany enforces clear regulations and sanctions to strengthen waste sorting behavior. In conclusion, there are differences in waste sorting behavior between Indonesia and Germany related to policy factors. Also, several efforts can be considered to improve waste sorting behavior in Indonesia. Further research is recommended to conduct more exploratory and comprehensive studies in each cultural dimension, considering other internal and external factors.