Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Studi Literatur : Molekular Docking Senyawa Anti Covid-19 terhadap Enzim 3c-Like Protease Berliana, Cantila Dewi; Rahmawati, Nurma Dwi; Nailuvar, Regita; Anggraini, Sridevi; Andini, Syfa Dwi; Nurfadhila, Lina
PharmaCine : Journal of Pharmacy, Medical and Health Science Vol 3 No 2 (2022): PharmaCine : Journal of Pharmacy, Medical and Health Science
Publisher : Bachelor of Pharmacy Study Program, Faculty of Health Sciences, Universitas Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35706/pc.v3i2.8034

Abstract

Latar Belakang : Organization (WHO) menyatakan COVID-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). COVID-19 menyebar dengan cepat melalui transmisi kontak, aerosol, dan droplet). SARS-CoV-2 adalah virus beta-korona yang menginfeksi saluran pernapasan bagian atas (yaitu sinus, hidung, dan tenggorokan) dan saluran pernapasan bagian bawah (yaitu tenggorokan dan paru-paru). Pasien biasanya mengalami gejala mulai dari ringan hingga berat yang mengancam jiwa, termasuk batuk, sakit tenggorokan, demam, dispnea, kelelahan, diare, sindrom gangguan pernapasan akut, sepsis dan syok septik Tujuan: mengetahui interaksi senyawa anti virus dengan enzim papain-like protease pada covid-19 melalui penambatan molecular untuk memprediksi sifat makromolekul protein Metode: studi literatur. Hasil: beberapa tumbuhan memiliki sifat anti covid, 9 senyawa uji anti virus yang di docking dengan enzim Papain-like protease menghasilkan senyawa uji terbaik yaitu umifenovir. Catechin gallat (CG) memiliki score docking -11,407 dan epicatechin gallat (ECG) memiliki score docking -111.391. Kedua senyawa ini memiliki potensi sebagai alternative pengganti remdesivir dalam menghambat main protease SARS-CoV-2. Kata Kunci : Anticovid-19, Molecular docking, covid.
Penggunaan Albumin Oral, Albumin Injeksi Dan Kombinasi Keduanya Terhadap Kadar Albumin Darah Pada Pasien Hipoalbuminemia Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Paru DR. H. A. Rotinsulu Anggraini, Sridevi; Yudhista, Giva Olviana; Eriyanto, Eriyanto; Azhara, Dennisa
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 11 (2025): Volume 12 Nomor 11
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i11.21568

Abstract

Hipoalbuminemia merupakan kondisi yang sering ditemui pada pasien penyakit paru dan berhubungan dengan peningkatan morbiditas, lama rawat inap, serta prognosis klinis. Terapi albumin diberikan dalam berbagai bentuk sediaan, seperti albumin oral, albumin injeksi, dan kombinasi keduanya. Namun, bukti mengenai efektivitas komparatif antar sediaan albumin pada pasien paru di Indonesia masih terbatas. Menilai perubahan kadar albumin pre- dan post-terapi serta membandingkan efektivitas albumin oral, injeksi, dan kombinasi. Hipotesis penelitian ini adalah adanya perbedaan peningkatan kadar albumin yang signifikan antar ketiga bentuk terapi.Penelitian ini menggunakan desain comparative one-group pretest–posttest dengan data rekam medis pasien hipoalbuminemia di RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu (Januari–Desember 2024). Dari 169 pasien, sebanyak 30 pasien memenuhi kriteria inklusi. Uji Paired t-test digunakan untuk menganalisis perubahan pre–post, sedangkan perbandingan antar kelompok terapi dianalisis menggunakan ANOVA. Perbaikan klinis didefinisikan sebagai peningkatan ≥0,3 g/dL. Terdapat peningkatan signifikan kadar albumin setelah terapi (mean difference = −0,23 ± 0,44 g/dL; p = 0,007). Terapi Human Albumin 20% menunjukkan peningkatan tertinggi (mean +0,52 g/dL), diikuti terapi kombinasi (mean +0,47 g/dL) dan albumin oral (mean +0,32 g/dL). Pada pretest, terdapat perbedaan signifikan antar kelompok (p = 0,003), tetapi perbedaan tersebut tidak lagi signifikan pada posttest (p = 0,088). Human Albumin 20% demonstrated the greatest increase, suggesting superior bioavailability compared to oral preparations. Semua bentuk terapi albumin memberikan peningkatan kadar albumin, namun albumin injeksi 20% menunjukkan respons paling besar dan konsisten. Meskipun demikian, setelah terapi, ketiga kelompok menunjukkan peningkatan yang setara secara statistik, menandakan bahwa terapi oral dan kombinasi tetap dapat menjadi alternatif efektif pada kasus tertentu.