Varasvasti, Jyestha
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Pemanfaatan Pati Sagu Pregelatinasi Taut Silang Fosfat sebagai Matriks Tablet Lepas Lambat Natrium Diklofenak Nawatila, Roisah; Wati, Annisa Mahdia; Varasvasti, Jyestha; Aulia, Frea Widia; Avanti, Christina
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol. 16 No. 1 (2024): Jurnal Farmasi Indonesia
Publisher : Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35617/jfionline.v16i1.182

Abstract

Sediaan lepas lambat merupakan sediaan yang dirancang agar bahan aktif dapat mencapai pelepasan obat secara perlahan dalam jangka waktu yang lama. Natrium diklofenak memiliki waktu paruh biologis yang relatif singkat (1- 2 jam) sehingga dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan tablet lepas lambat. Pati sagu memiliki potensi untuk dapat dikembangkan menjadi matriks tablet lepas lambat. Tujuan penelitian ini untuk memanfaatkan pati sagu yang sebelumnya telah dimodifikasi dengan teknik pregelatinasi dan ditaut silang fosfat (PSTF) agar dapat dikembangkan menjadi matriks tablet lepas lambat natrium diklofenak. Pada penelitian ini dibuat PSTF pada konsentrasi 20% (F2), 22,5% (F3), 25% (F4), 27,5% (F5), 30% (F6), dan 32,5% (F7). Selain itu, matriks hidrofilik sintetik yang dapat digunakan dalam sediaan lepas lambat lainnya adalah Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) dengan konsentrasi 20% sebagai pembanding (F1). Proses pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah. Sediaan tablet yang sudah dibuat selanjutnya dilakukan pengujian mutu fisik dan pengujian pelepasan obat pada jam ke-1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Hasil pengujian mutu fisik tablet menunjukkan bahwa semua formula telah memenuhi spesifikasi, walaupun F1 memiliki kekerasan tablet yang paling rendah (4,15 Kp+0,63). Hasil uji disolusi F1 menunjukkan bahwa 3,05% obat dilepaskan selama 1 jam, sedangkan 54,70% obat dilepaskan selama 5 jam, dan sisanya 45% obat dilepaskan dalam sisa 6 jam berikutnya. Hasil uji disolusi F2-F7 pada jam ke-1 berturut-turut melepaskan obat sebesar 89,69%; 56,01%; 85,96%; 65,67%; 68,71%; 85,73%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa matriks PSTF belum bisa memberikan pola pelepasan obat yang lambat.