Apendisitis akut merupakan salah satu kondisi medis yang sering ditemukan di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia, dengan angka kejadian yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Variasi lamanya rawat inap yang terjadi pada pasien apendisitis akut perlu diperhatikan, karena dapat mencerminkan efektivitas penatalaksanaan yang diberikan. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk menstandardisasi pelayanan dan meningkatkan mutu adalah penerapan clinical pathway (CP). Evaluasi efektivitas penerapan CP penting dilakukan, terutama terkait dengan average length of stay (AvLOS) dan hasil akhir perawatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan penerapan clinical pathway pada kasus apendisitis akut dengan AvLOS di Aulia Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional, memanfaatkan data sekunder dari rekam medis dan lembar ceklis pelaksanaan CP. Sebanyak 133 data pasien dengan diagnosis apendisitis akut dianalisis untuk melihat keterkaitan antara penerapan CP dan AvLOS. Uji bivariat menggunakan Chi-Square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pelaksanaan CP pada apendisitis akut dengan penurunan AvLOS (p = 0,000). Selain itu, penerapan CP juga terbukti berhubungan secara signifikan dengan outcome pasien (p = 0,005). Namun, tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara AvLOS dan outcome (p = 0,89). Mayoritas pasien berusia 17–25 tahun, berjenis kelamin perempuan, berasal dari Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan dilayani menggunakan jaminan BPJS kelas III. Penerapan clinical pathway pada pasien dengan apendisitis akut terbukti memberikan dampak positif terhadap efisiensi pelayanan melalui pengurangan lama rawat inap dan peningkatan hasil klinis pasien