Hadits sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah Al-Qur’an, cukup banyak terekam dalam berbagai kitab Hadits yang memotivasi umatnya untuk menuntut ilmu. Dalam literatur Hadits dijumpai bab khusus mencantumkan Hadits-Hadits tentang keutamaan ilmu dan penuntut ilmu. Dalam Shahih al-Bukhari misalnya terdapat 85 bab Hadits mengenai ilmu, 29 bab pada Shahih Muslim, 26 bab pada Sunan Abi Dawud, 42 bab pada Sunan at-Tirmizi, dan 113 bab pada Sunan Ibnu Majah berisikan tentang pengobatan, Nabi Muhammad Saw yang memuji ilmu dan penuntut ilmu, mendorong umatnya untuk belajar dan mengembangkan keilmuan. Artikel ini hendak mendiskusikan proses integrasi dua keilmuan yang mempunyai dimensi berlainan, yaitu kajian studi Hadits (dimensi ketuhanan) dengan ilmu-ilmu sosial (dimensi kemanusiaan). Dalam konteks ini Hadits Nabi didudukkan sebagai objek material dan ilmu-ilmu sosial dipergunakan sebagai objek formalnya. Dengan maksud lain Hadits Nabi di interpretasikan dengan pendekatan disiplin ilmu-ilmu sosial yang ada. Diharapkan dengan adanya tulisan ini akan menambah semarak kajian-kajian integrasi agama dan dan ilmu untuk ilmu-ilmu sosial yang salah satunya termasuk ke dalam ranah ilmu Pendidikan, yang mana konsep integrasi hadits dalam ilmu saat ini sedang banyak digalakkan dalam lembaga pendidikan. Mengingat pentingnya konsep Integrasi Hadits yang diperoleh dari konsep Diam, Perkataan, dan Perbuatan yang telah Nabi Muhammad Saw lakukan akan diintegrasikan dalam disiplin ilmu, maka penulis akan membahas tentang “Nabi Muhammad Saw Bicara Model Integrasi Ilmu."