Musba, A. M. Takdir
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh Erector Spinae Plane Block (ESPB) dengan Stabilitas Hemodinamik dan Kadar Kortisol Serum pada Operasi Tulang Belakang Kristiono, Evan; Musba, A. M. Takdir; Salahuddin, Andi; Gaus, Syafruddin; Hisbullah; Rum, Muhammad
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 41 No 2 (2023): Juni
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55497/majanestcricar.v41i2.302

Abstract

Latar Belakang: Nyeri pada bedah vertebra sulit dikendalikan dengan anestesi umum sehingga regional anestesi berperan penting dalam mengurangi fluktuasi hemodinamik. Namun belum terdapat rekomendasi anestesi regional untuk pasien yang menjalani bedah vertebra. Teknik erektor spinae plane block (ESPB) memberikan agen anestetik lokal pada ramus posterior sebelum selama prosedur dimulai, telah terbukti memperbaiki kualitas nyeri dan hemodinamik pada pasien kasus kardiovaskular.Tujuan: Mengetahui efek ESPB terhadap hemodinamik dan kadar kortisol serum serta korelasinya pada pasien yang menjalani bedah vertebra.Subjek dan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian experimental prospective dengan consecutive random sampling. Sampel terdiri dari kelompok GA ESP (kelompok dengan intervensi ESPB) dan GA (kelompok kontrol) dengan jumlah sampel masing-masing 30 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Penilaian tekanan darah sistolik, diastolik, laju nadi, pada saat sebelum, saat insisi bedah, dan saat pemasangan implant, jumlah anestetik volatil, jumlah opioid dan pengambilan darah untuk pemeriksaan konsentrasi kortisol serum sebelum, 2 jam setelah insisi bedah, dan 4 jam setelah insisi bedah. Data dianalisis menggunakan SPSS 25 untuk windows.Hasil: Laju nadi meningkat bermakna pada kelompok GA saat insisi (p=0,041), serta saat implantasi (p=0,012) dibandingkan prabedah. Tekanan darah sistolik saat insisi meningkat bermakna pada kedua kelompok (GA, p=0,005 ; GA ESP, p=0,001) dibandingkan sebelum prosedur dimulai. Tekanan darah diastolik pada kelompok GA mengalami penurunan bermakna saat implantasi (p=0,003) dibandingkan sebelum prosedur bedah. Kelompok GA ESP menggunakan using opioid (p=0,0001) and isoflurane (p=0,001) lebih rendah dibandingkan kelompok GA.Penurunan serum kortisol kedua kelompok ditemukan berbeda bermakna namun perubahan tersebut tidak berbeda antara kedua kelompok.Simpulan: Kelompok GA mengalami perubahan hemodinamik lebih bermakna dibandingkan kelompok GA ESP. Kebutuhan isofluran dan fentanyl lebih rendah pada kelompok GA ESP. Serum kortisol mengalami penurunan pada kedua kelompok namun tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok.
Perbandingan Antara Kombinasi Ibuprofen dan Parasetamol dengan Ketorolak dan Parasetamol Intravena Terhadap Derajat Nyeri dan Rasio Neutrofil Limfosit Pasca-Functional Endoscopic Sinus Surgery Rahim, Muh. Rezah; Musba, A. M. Takdir; Palinrungi, Ari Santri; Ahmad, Muh. Ramli; Muhadi, Ratnawati; Rum, Muhammad
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 12, No 3 (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15851/jap.v12n3.3889

Abstract

Functional endoscopic sinus surgery (FESS) adalah metode gold-standard pada manajemen rinosinusitis kronik. Prosedur ini tetap menimbulkan rasa nyeri pascaoperasi, walaupun tindakan bersifat minimal invasif. Parasetamol yang dikombinasikan dengan obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) dapat digunakan untuk analgesik pascaoperasi. Hal lain yang perlu diperhatikan sebagai faktor prognostik adalah nilai rasio neutrofil limfosit (RNL). Penelitian ini mengamati penggunaan analgesia multimodal pada nyeri pascaoperasi serta apakah terdapat hubungan dengan RNL yang dilakukan di RSUlP Wahidin Suldirohulsodo dan rumah sakit jejaring antara bulan Agustus 2023 hingga Februari 2024. Desain penelitian adalah uji acak tersamar ganda yang membandingkan kelompok P1 (pemberian kombinasi parasetamol dan ibuprofen intravena [IV]) dengan kelompok P2 (kombinasi parasetamol dan ketorolak IV) pascaoperasi FESS. RNL dihitung perioperatif, jam ke-6 dan ke-24 pascaoperasi. Penilaian derajat nyeri dilakukan pada 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam pascaoperasi. Total didapatkan 40 pasien yang dibagi ke dua kelompok. Tidak ditemukan perbedaan bermakna pada derajat nyeri antar kelompok (p>0,05) dan juga RNL (p>0,05). Kombinasi parasetamol baik dengan ibuprofen maupun ketorolak dapat menjadi pilihan sebagai multimodal analgesia pascaoperasi.