Schizophrenia paranoid merupakan gangguan psikologis yang ditandai dengan waham dan halusinasi, sehingga menurunkan fungsi sosial, kognitif, dan emosional individu. Konflik keluarga, terutama dengan figur ayah, dapat memperparah kondisi partisipan dan memicu kekambuhan. Forgiveness therapy merupakan pendekatan psikoterapi yang membantu individu mengatasi konflik emosional melalui proses pemaafan, sedangkan art therapy memberi ruang bagi partisipan untuk mengekspresikan emosi, mengurangi stres, serta meningkatkan self-efficacy. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas forgiveness therapy dengan pendekatan art therapy pada partisipan schizophrenia paranoid. Studi kasus dilakukan terhadap laki-laki berusia 41 tahun dengan diagnosis schizophrenia paranoid. Metode asesmen mencakup wawancara, observasi, serta tes psikologis (MMSE, WBIS, grafis, TAT, dan SSCT). Intervensi dilaksanakan dalam 11 sesi forgiveness therapy berbasis art therapy, termasuk aktivitas scribble, menggambar pengalaman, menulis surat, free painting, hingga tote bag painting. Efektivitas terapi juga diukur menggunakan General Self-Efficacy Scale (GSES) sebelum dan sesudah intervensi. Hasil menunjukkan adanya peningkatan skor self-efficacy dari 13/40 (rendah) menjadi 28/40 (sedang). Partisipan mengalami penurunan emosi negatif, termasuk terkait perasaan marah, kecewa, sedih, dan kecurigaan, disertai peningkatan kesadaran diri serta perbaikan relasi dengan ayah. Pada follow-up satu bulan, partisipan menunjukkan perkembangan signifikan berupa keterlibatan aktif dalam kegiatan sehari-hari, menjalankan ibadah rutin, dan interaksi positif dengan keluarga. Kesimpulannya, forgiveness therapy berbasis art therapy efektif mengurangi gejala psikologis dan meningkatkan self-efficacy pada partisipan schizophrenia paranoid, dengan dukungan keluarga dan lingkungan sebagai faktor penting keberlanjutan terapi.