Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN COPING STRATEGY PADA MAHASISWA BARU DI JAKARTA (STUDI PADA MASA PANDEMI COVID-19) Novel, Shakira; Monika
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 6 No. 3 (2022): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v6i3.19139.2022

Abstract

Pandemi COVID-19 membawa perubahan pada aspek pendidikan. Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) menjadi hal baru yang disertai kendala bagi sebagian orang, kondisi ini harus dirasakan oleh mahasiswa baru yang mengalami perubahan dan permasalahan pada tingkat awal perkuliahan, hal tersebut menjadi pemicu kecemasan. Beberapa penelitian sebelumnya diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan coping strategy. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecemasan dengan coping strategy pada mahasiswa baru di Jakarta pada masa pandemi COVID-19. Partisipan penelitian ini terdiri dari 391 mahasiswa dengan rentang usia 18-25 tahun yang aktif menjalani perkuliahan jarak jauh. Alat ukur yang digunakan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) dan Brief-COPE Scale. Pengambilan data menggunakan teknik sampling non-probability sampling dengan jenis penelitian yaitu kuantitatif non-eksperimental. Pengujian analisis menghasilkan bahwa (1) tidak terdapat hubungan signifikan antara kecemasan dengan problem focused coping, (2) terdapat hubungan signifikan antara kecemasan dengan emotional focused coping, dan (3) terdapat hubungan signifikan antara kecemasan dengan avoidant coping. Ditemukan hasil terkait adanya perbedaan kecemasan berdasarkan jenis kelamin dan usia pada mahasiswa baru, hal tersebut dikarenakan mahasiswa baru berjenis kelamin perempuan lebih menekankan perasaan, beban, serta pandangan yang berasal dari orang sekitar dalam menghadapi permasalahan, sedangkan laki-laki dapat berpikir lebih logis, bersikap lebih tenang, dan tidak terlalu terpengaruh oleh pandangan orang sekitar. Kemudian, mahasiswa baru yang berusia lebih dewasa menunjukkan kematangan proses berpikir yang memungkinkan untuk menghadapi kecemasan.
PENERAPAN FORGIVENESS THERAPY BERBASIS ART THERAPY PADA INDIVIDU SCHIZOPHRENIA PARANOID Novel, Shakira; Suryadi, Denrich
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 4 No. 2 (2024): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v4i2.35849

Abstract

Schizophrenia paranoid merupakan gangguan psikologis yang ditandai dengan waham dan halusinasi, sehingga menurunkan fungsi sosial, kognitif, dan emosional individu. Konflik keluarga, terutama dengan figur ayah, dapat memperparah kondisi partisipan dan memicu kekambuhan. Forgiveness therapy merupakan pendekatan psikoterapi yang membantu individu mengatasi konflik emosional melalui proses pemaafan, sedangkan art therapy memberi ruang bagi partisipan untuk mengekspresikan emosi, mengurangi stres, serta meningkatkan self-efficacy. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas forgiveness therapy dengan pendekatan art therapy pada partisipan schizophrenia paranoid. Studi kasus dilakukan terhadap laki-laki berusia 41 tahun dengan diagnosis schizophrenia paranoid. Metode asesmen mencakup wawancara, observasi, serta tes psikologis (MMSE, WBIS, grafis, TAT, dan SSCT). Intervensi dilaksanakan dalam 11 sesi forgiveness therapy berbasis art therapy, termasuk aktivitas scribble, menggambar pengalaman, menulis surat, free painting, hingga tote bag painting. Efektivitas terapi juga diukur menggunakan General Self-Efficacy Scale (GSES) sebelum dan sesudah intervensi. Hasil menunjukkan adanya peningkatan skor self-efficacy dari 13/40 (rendah) menjadi 28/40 (sedang). Partisipan mengalami penurunan emosi negatif, termasuk terkait perasaan marah, kecewa, sedih, dan kecurigaan, disertai peningkatan kesadaran diri serta perbaikan relasi dengan ayah. Pada follow-up satu bulan, partisipan menunjukkan perkembangan signifikan berupa keterlibatan aktif dalam kegiatan sehari-hari, menjalankan ibadah rutin, dan interaksi positif dengan keluarga. Kesimpulannya, forgiveness therapy berbasis art therapy efektif mengurangi gejala psikologis dan meningkatkan self-efficacy pada partisipan schizophrenia paranoid, dengan dukungan keluarga dan lingkungan sebagai faktor penting keberlanjutan terapi.