Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pengaruh Positif Media Sosial Terhadap Perkembangan Spiritualitas Generasi Zillenial Zebua, Eka Kurniawan; Angelina, Claudia
ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 6, No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54024/illuminate.v6i2.219

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada para pengguna media sosial, bahwa media sosial memberikan pengaruh positif dalam perkembangan spiritualitas generasi muda saat ini. Media sosial adalah media yang berbasis internet, dimana para pengguna mudah melakukan komunikasi dengan sesama pengguna. Media sosial dalam perkembangan spiritualitas generasi Z seringkali zaman sebelumnya tidak mengakui bahwa media sosial memberikan dampak positif dalam perkembangan spiritualitas Z. Salah satu dampak positif media sosial dalam perkembangan spiritualitas generasi Z adalah mudah untuk mendapatkan informasi dan bahkan mudah belajar hal baru yang berhubungan dengan tujuan hidup mereka. Dalam artikel ini, penulis menggunakan metode studi literatur, dimana tidak terpaku dalam satu sumber melainkan pada semua sumber yang dapat membantu penulis untuk menyelesaikan masalah yang sedang dibahas. Hasil penelitian ini, memberikan suatu gambaran kepada para pembaca, khususnya generasi Z untuk tidak terus berpandangan negatif dalam menggunakan media sosial, sebab media sosial juga memberikan dampak yang sangat mempengaruhi setiap para penggunanya. Oleh karena itu, hubungan media sosial dengan perkembangan spiritualitas adalah memberikan pedoman kepada generasi Z untuk mendapatkan motivasi diri dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai, sehingga motivasi tersebut akan mendorong untuk terus berusaha dan akhirnya sampai pada titik akhir yang sudah direncanakan.
Konsep Perpecahan Gereja Barat dan Gereja Timur Serta Implementasinya dalam Pertumbuhan Gereja Saat Ini Zebua, Eka Kurniawan
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 9, No 2 (2023): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v9i2.799

Abstract

Artikel ini menjelaskan bagaimana perpecahan itu dapat terjadi sehingga dengan mengetahui apa yang menjadi penyebabnya maka penulis akan membuat suatu pemahaman dan penjelasan yang baru untuk dipaparkan. Perpecahan merupakan pokok permasalahan yang sangat penting dalam artikel ini untuk diketahui secara jelas. Perpecahan ialah keterpisahan yang terjadi antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Akan tetapi, perpecahan timbul karena memiliki aspek yang mempengaruhi setiap kelompok tersebut, diantaranya aspek politik, budaya, dan ekonomi. Dalam artikel ini, penulis menggunakan metode study literatur yang mengkaji buku, jurnal-jurnal yang dapat membantu penulis untuk dapat menguraikan isi yang akan dibahas. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa perpecahan gereja adalah suatu keterpisahan yang timbul karena ulah manusia itu sendiri sehingga mengalami konflik. Perpecahan gereja memberikan dua dampak bagi jemaat, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak yang timbul tersebut memberikan pengaruh yang besar bagi gereja untuk terus mencari apa penyebab terjadinya perpecahan tersebut. Oleh karena itu, perpecahan gereja memberikan dorongan bagi gereja saat ini untuk dapat bersatu dalam satu komunitas.
Studi Eksegesis Yohanes 12: 44-50 Tentang Arti Dan Makna Firman Yang Menghakimi Zebua, Eka Kurniawan; Telaumbanua , Peniel
Kaluteros Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen Vol 7 No 1: Kaluteros Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Juni 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Adhi Wacana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60146/kaluteros.v7i1.67

Abstract

The interpretation of John 12:44-50 regarding "the word that judges" raises a theological paradox in understanding Jesus' soteriological mission. Previous exegetical studies have not explored the tension between salvific and judgmental aspects in Johannine theology. This research analyzes the theological meaning of "the word that judges" through historical-grammatical exegesis to reveal the soteriological dimension within the context of Jesus' mission. The methodology employs historical-grammatical exegesis with lexicographical analysis of the Greek text NA28, contextual hermeneutical approach, and comparison of parallel pericopes within the Johannine corpus. Lexicographical analysis demonstrates that κρίνω carries nuances of "separation" (separative) rather than "condemnation" (punitive). "The word that judges" functions as a natural consequence of rejection toward φῶς (light), not as the primary purpose of the incarnational mission. The literary context reveals John 12:44-50 as the climax of the light-darkness theme with soteriological emphasis. "The word that judges" refers to a revelatory function that exposes humanity's spiritual condition, not God's active judgment. These findings contribute to understanding Johannine soteriology and provide a hermeneutical framework for contemporary pastoral application.
Menggali Gaya Kepemimpinan Demokratis: Studi Deskriptif Pada Pemimpin Kristen dalam Pelayanan Zebua, Eka Kurniawan; Angelina, Claudia
Student Evangelical Journal Aiming At Theological Interpretation Vol 1 No 2: SEJATI (Student Evangelical Journal Aiming at Theological Interpretation) 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69668/sejati.v1i2.61

Abstract

This study explores the application of democratic leadership in church ministry, emphasizing congregation participation, team collaboration, and Biblical values such as humility and service. The research background highlights the need for effective leadership to build harmonious relationships between leaders and congregations. A qualitative literature study was conducted to examine key elements of democratic leadership in Christian ministry contexts. The findings reveal that democratic leadership enhances congregation involvement in decision-making, strengthens effective communication, and fosters harmonious teamwork within church ministries. This leadership style reflects the principles of Jesus Christ’s servant leadership, centered on service and love. In conclusion, democratic leadership positively impacts the quality of church ministry, creating an inclusive environment and achieving collective goals effectively.
Makna Tato: Apakah Orang Kristen Boleh Bertato? Zebua, Eka Kurniawan
GENEVA: JURNAL TEOLOGI DAN MISI Vol. 14 No. 1 (2024): JUNI 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili Abdi Allah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71361/gjtm.v14i1.121

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tahu dan memberikan pemahaman kepada orang yang telah menerima Tuhan sebagai Juruselamat untuk tidak meraja tubuhnya dengan tato. Tato merupakan sebuah karya seni yang dibuat pada kulit dengan tujuan untuk mengenang pengalaman hidup dan juga sebagai jimat agar tubuhnya tetap aman. Tato juga dapat dikatakan sebagai goresan pada bagian tubuh manusia yang dibuat dengan menggunakan jarum dan zat pewarna sehingga terlihat indah dan menarik pada tubuh. Akan tetapi, tato dalam pandang iman Kristen sangat tidak boleh karena manusia seakan-akan merasa berkuasa atas diriya. Kemudian, merusak gambar Allah karena manusia adalah gambar dan rupa Allah sehingga timbul rasa tidak taat dalam diri manusia itu sendiri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif atau metode studi pustaka. Dengan metode ini, maka penulis menemukan satu pembahasan tentang makna tato dan apakah orang Kristen dapat bertato. Oleh karena itu, tato dalam kalangan iman Kristen tidak boleh. Jadi, dengan penelitian ini maka para pembaca dapat mengerti dan memahami bahwa orang Kristen tidak dapat mentato tubuhnya sebab tubuhnya adalah gambar dan rupa Allah.
Konsep Kejatuhan Manusia Dalam Dosa Menurut Pandangan St. Maximos The Confessor Zebua, Eka Kurniawan
Views : Jurnal Teologi dan Biblika Vol. 2 No. 1 (2024): VIEWS: Jurnal Teologi dan Biblika Edisi April 2024
Publisher : Vieka Wahana Semesta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63248/views.v2i1.27

Abstract

Abstract: The purpose of this study is to explain how the concept of the fall of man in sin according to the view of St. Maximos The Confessor in the book Philokalia. The fall of man begins with human disobedience so that humans prefer not to do what God wants humans to do. The fall of man is a human action that ultimately leads to destruction. Destruction exists because of sin so that humans will experience separation from God. The fall of man in sin is a human negligence that tends to live in his pleasure, so that man is unable to control himself from things that lead to the fall. Therefore, with the fall of man into sin, man experienced glory and had to be willing to be separated from God's love. However, because God is love, He took the initiative to descend into the world in order to reunite mankind with God in glory. This research uses the literature study method with the discussion of the concept of the fall of man in sin according to the view of St. Maximos the Confessor. Therefore, with the research, the author concludes that the fall of man in sin makes man lose God's love so that man experiences suffering and is far from God. Keywords: Sin, Incarnation, Fall, St. Maximos.  Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana konsep kejatuhan manusia dalam dosa menurut pandangan St. Maximos The Confessor dalam buku philokalia. Kejatuhan manusia berawal dari ketidaktaatan manusia sehingga manusia lebih memilih untuk tidak melakukan apa yang Tuhan kehendaki untuk manusia kerjakan. Kejatuhan manusia merupakan tindakan manusia yang pada akhirnya menuju kepada kebinasaan. Kebinasaan ada karena dosa sehingga manusia akan mengalami keterpisahan dengan Allah. Kejatuhan manusia dalam dosa adalah suatu kelalaian manusia yang cenderung dirinya hidup dalam kesenangannya, sehingga manusia tidak mampu mengendalikan dirinya dari hal-hal yang membawa kepada kejatuhan. Oleh karena itu, dengan kejatuhan manusia ke dalam dosa maka manusia mengalami kemuliaan dan harus rela untuk terpisah dengan kasih Allah. Namun, karena Allah adalah kasih maka dengan inisiatif-Nya ia turun ke dalam dunia dengan tujuan, agar manusia dapat bersatu kembali dengan Allah dalam kemuliaan. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dengan bahasan konsep kejatuhan manusia dalam dosa menurut pandangan St. Maximos the Confessor. Oleh karena itu, dengan penelitian maka penulis menyimpulkan bahwa kejatuhan manusia dalam dosa membuat manusia kehilangan kasih Allah sehingga manusia mengalami penderitaan dan jauh dari Allah.
Pengaruh Nilai-Nilai Kebudayaan terhadap Pembentukan Kepribadian Manusia: Tinjauan Psikologi Perkembangan Zebua, Eka Kurniawan; Waruwu, Notatema; Santosa, Monica
Scientificum Journal Vol. 1 No. 3 (2024): Mei
Publisher : Yayasan Almahmudi Bin Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/sj.v1i3.11

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah memberikan pemaparan kepada para pembaca bahwa nilai-nilai kebudayaan dalam suatu daerah memiliki pengaruh dalam pembentukan kepribadian seseorang. Kepribadian adalah suatu hal yang mencakup seluruh aspek pikiran, tingkah laku, perasaan, kesadaran maupun ketidaksadaran. Di dalam kepribadian setiap orang tidak akan terbentuk sendiri, tetapi membutuhkan bantuan atau faktor dari luar dirinya. Pembentukan kepribadian seseorang dapat melalui faktor keluarga, faktor sosial, faktor gereja, faktor komunitas dan sebagainya. Namun satu hal yang perlu ditawarkan, pembentukkan kepribadian tidak lepas juga dari nilai-nilai kebudayaan. Kebudayaan adalah sebuah sistem yang kompleks dengan merangkum pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, aturan, kebiasaan ada di dalamnya yang menjadi pedoman bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, dengan mempelajari dan menghidupi makna dari nilai-nilai kebudayaan maka setiap orang dapat menemukan jati diri yang sesungguhnya. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur, dimana penulis mengumpulkan data pustaka, membaca dan menulis kembali bahan yang dikaji, serta menarik kesimpulan dari data yang telah diolah sehingga mendapatkan hasil dari data yang akan diteliti. Jadi, kebudayaan memiliki pengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang, karena banyak mengandung pelajaran moral dalam hidup setiap orang
Analisis Empat Lapisan Makna Keluaran 13: 20-22: Tiang Awan dan Tiang Api Sebagai Bukti Kedaulatan Allah Zebua, Eka Kurniawan
ICHTUS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 6 No. 2 (2025): November
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Borneo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63830/4tq14350

Abstract

Artikel ini menganalisis Keluaran 13:20-22, yang menggambarkan tiang awan dan tiang api yang membimbing bangsa Israel keluar dari Mesir, melalui pendekatan teologis dan sastra. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menginterpretasi empat lapisan makna yang terkandung dalam teks tersebut. Lapisan makna pertama adalah makna literal, di mana tiang awan dan tiang api dipahami sebagai manifestasi kehadiran Tuhan yang terlihat secara fisik. Lapisan kedua adalah makna alegoris, yang menafsirkan tiang awan dan tiang api sebagai simbol penyertaan dan perlindungan Tuhan selama perjalanan hidup umat-Nya. Lapisan ketiga adalah makna moral, yang menekankan tiang awan dan tiang api sebagai panggilan untuk mengikuti kehendak Tuhan dan taat pada petunjuk-Nya. Lapisan keempat adalah makna mistis, yang menggambarkan tiang awan dan tiang api sebagai pengalaman perjumpaan dengan Tuhan yang transenden dan penuh kemuliaan.