Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Implementasi Injil Adalah Kekuatan Allah Berdasarkan Studi Surat Roma 1:16-17 Obehetan, Yeheskiel; Buan, Yehu; Lawolo, Mey Daman
JURNAL LUXNOS Vol. 9 No. 2 (2023): LUXNOS: JURNAL SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PELITA DUNIA EDISI DESEMBER 2023
Publisher : STT Pelita Dunia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47304/jl.v9i2.365

Abstract

Abstract: In the Bible Paul proclaimed the truth of the gospel openly to the Romans to confirm the believers' faith in Christ. However, today it seems like a shadow to Christians. The truth of the gospel is not understood because the lives of Christians are often surrounded by a massive spirit of legalism. The research method used is a literature review by emphasizing on literature research that is significant to the research topic. By understanding the gospel as the power of God, salvation is a gift of God and is certain. There is no condition capable of saving someone from the bondage of sin, except God Himself. Therefore, realizing the gospel as the power of God as God's grace given freely, Christians must implement it by believing it firmly because it contains the certainty of salvation. And every believer must actively proclaim it to every human being wherever and whenever. Abstrak: Dalam Alkitab Paulus menyatakan kebenaran Injil secara terang-terangan kepada jemaat di Roma untuk meneguhkan iman orang percaya di dalam Kristus. Akan tetapi, di masa kini hal tersebut tampak seperti bayang-bayang bagi orang Kristen. Kebenaran Injil tidak terpahami sebab kehidupan orang Kristen seringkali dikelilingi dengan spirit legalisme yang masif. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian pustaka dengan menandaskan pada penelitian literatur yang signifikan dengan topik penelitian. Dengan memahami Injil sebagai kekuatan Allah, keselamatan merupakan anugerah Allah dan yang bersifat kepastian. Tidak ada syarat apa pun yang mampu menyelamatkan seseorang dari belenggu dosa, kecuali Allah itu sendiri. Oleh karena itu, menyadari Injil sebagai kekuatan Allah sebagai anugerah Allah yang diberikan dengan cuma-cuma, maka orang Kristen harus mengimplementasikannya dengan mengimaninya secara kokoh sebab di dalamnya terkandung kepastian keselamatan. Setiap umat percaya harus giat memberitakan hal tersebut kepada setiap umat manusia di mana dan kapan pun.
ANALISIS TEOLOGIS TENTANG PRAKTIK FANANÕ BUNGA SI BOHOU DI LINGKUNGAN GEREJA ANGOWULOA FA’AWÕSA KHÕ YESU (AFY) Tasey, Arianto; Lawolo, Mey Daman; Buan, Yehu; Buaya, Nur Hayati
Didache: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol. 6 No. 2 (2025): Didache: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen (Vol.6, No.2, June 2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Moriah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55076/didache.v6i2.381

Abstract

Kehidupan setelah kematian merupakan misteri yang tak terpecahkan bagi orang-orang yang belum memahami makna kematian yang sesungguhnya. Isu ini mendorong kita untuk memikirkan tempat jiwa manusia pasca kematian. Atas ketidakmengertian, banyak ritual yang dilakukan keluarga dengan melibatkan pihak rohaniwan untuk membebaskan jiwa almarhum dari dunia orang mati. Fenomena ini telah menjadi ciri khas Gereja AFY, di mana setelah tiga hari almarhum dikuburkan akan dilaksanakan Fananõ Bunga Si Bohou. Keberagaman pemahaman dari para pelayan di Gereja AFY menimbulkan kekeliruan terhadap dogmatika gereja yang berdasarkan pada teologi Lutheran. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, penelitian ini menawarkan sebuah kesimpulan kritik evaluatif demi merekonstruksi makna praktik Fananõ Bunga Si Bohou di kalangan jemaat AFY dengan pertimbangan yang utuh terhadap teologi yang Alkitabiah. Fananõ Bunga Si Bohou harus dipertahankan sebagai ciri khas dengan makna bahwa almarhum sudah berada di tempat yang layak bagi dia menurut imannya dan akan dibangkitkan pada saat Kristus Yesus datang kembali.Life after death is an unsolved mistery for people who do not understand the true meaning of death. This issue encourages us to think about the place of the human soul after death. Out of ignorance, many rituals are performed by families with the involvement of clergy to free the soul of the deceased from the world of the dead. This phenomenon has became a characteristic of the AFY Church, where after three day the deceased is buried, the Fananõ Bunga Si Bohou will be held. The diverse understandings of the ministers in the AFY Church have led to miunderstandings of church dogmatics based on Lutheran theology. Using a descriptive qualitative method, this study offers an evaluative critical conclusion in order to reconstruct the meaning of the practice of Fananõ Bunga Si Bohou among the AFY congregation with full consideration of biblical theology. Fananõ Bunga Si Bohou should be maintained as a distinctive featue with the meaning that the deceased is already in a place worthy of him according to his faith and will be resurrected at the return of Christ Jesus.