Suwignyo, Hanum Lintang Siwi
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Frasa nomina posesif bahasa Indonesia dalam antologi cerita anak terpilih—Rara dan sepasang sepatu Suwignyo, Hanum Lintang Siwi
SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik Vol 25 No 2 (2024): SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik
Publisher : Diterbitkan oleh Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember bekerja sama dengan Himpunan Sarjana - Kesusastraan Indonesia (HISKI), Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) dan Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/semiotika.v25i2.48180

Abstract

Bearing in mind that Indonesian has a D-M word order, making possessive noun phrases— possessiveness in Indonesian cannot be marked with certainty so it cannot be singular-universal. This paper aims to look at the number of words in the BI Possessive FN, the variety of functions in sentences, describe the variations in the BI Possessive FN construct, as well as the relationship between the elements forming the BI Possessive FN found from the data source of the selected children's story anthology Rara and a Pair of Shoes. Data in the form of possessive noun phrases contained in single-compound sentences were analyzed by creating immediate constituents in the form of tree diagrams. Then count the number of words in the Possessive FN, analyze their function and category in the sentence and construct the forming elements in the phrase. The results found that 1) the BI Possessive FN can consist of 2-4 words, 2) the BI Possessive FN occupies the function of subject, object and mandatory-non-obligatory information, and 3) has 6 BI FN constructs, namely a) noun+proper name, b) noun+ kinship word, c) noun+ word of honor or title, d) noun + professional word, e) noun+ personal pronoun, and f) noun+ noun+enclitic 4) contains 4 relationships between its constituent elements, namely a) kinship relationship b) partial relationship overall c) relationship between something and its attributes, and d) locative relationship.
Medan Makna Konsep Aktivitas Inderawi (Penglihatan, Pendengaran, Penciuman, Peraba, Perasa) Bahasa Lamboya, Pulau Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur Suwignyo, Hanum Lintang Siwi; Proklawati, Desy; Ledi, Andreas Wuraka; Ngura, Serlin Peda
Jurnal Iswara : Jurnal Kajian Bahasa, Budaya, dan Sastra Indonesia Vol 3 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.iswara.2023.3.1.8922

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian semantik yang bertujuan untuk merevitalisasi bahasa Lamboya dengan mendeskripsikan leksem-leksem yang mengacu pada aktivitas inderawi yang dilakukan oleh indera penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa dalam bahasa Lamboya. Data dalam tulisan ini diinventaris dengan metode cakap sejajar dengan wawancara kepada penutur jati bahasa Lamboya yang dianalisis dengan metode analisis komponensial dengan; 1) mengidentifikasi dimensi pembeda dan dimensi yang sama pada leksem-leksem yang ada, 2) membuat matriks analisis, 3) menjabarkan stuatus fitur-fitur semantik di dalam matriks (-, 0, +), 4) menguraikan komponen makna yang dimiliki setiap leksem, dan 5) menyimpulkan definisi dari setiap leksem. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam merujuk suatu aktivitas yang sama dalam bahasa Lamboya, jumlah leksem yang sama, lebih sedikit daripada jumlah leksem yang berbeda. Ditemukan beberapa memiliki leksem yang berbeda dengan kondisi leksem yang mengalami penambahan fonem serta korespondensi fonemis. 25 definisi leksem yang mengacu pada aktivitas inderawi dalam bahasa Lamboya, yakni definisi dari leksem dengan 1) indera penglihatan; torowe-etawe, kejele-gilaka, toro, tambrage-tamra, toro kabunyi, haangu-angudi, kabula-hawula, kamatarage-tamratorodage, toro-hamatara-kapida-hapid dakanan matana, kaworoi-kabat deka, kapidi-kapit daka, hakeleng, 2) indera pendengaran; harange, tabararange-hato, hangada-hatonage, 3) indera penciuman; hangahana-hangaha, ngahayi-hangaha, kanutra, kabaina-kadananage, 4) indera perasa; jalnani-hajali, huge lamana-pohuge lamana, tangrayanage-kabadi, mamanani-kajaka, dan 5) indera perasa; karigta-kalika. Perbedaan leksem yang merujuk pada aktivitas yang sama tersebut, menunjukkan bahwa bahasa Lamboya yang digunakan oleh suku-suku yang berbeda di desa-desa yang berbeda pada wilayah yang sama, tidak memunculkan leksem yang sama. Kemunculan leksem yang sama, ada dengan hubungan kontra; leksem yang bermakna paling umum atau justru leksem yang bermakna paling khusus. Kata kunci: medan makna, aktivitas inderawi, bahasa Lamboya, analisis komponensia, revitalisasi bahasa