Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Tradisi Petik Laut Sebagai Pelestarian Kearifan Lokal di Pesisir Mayangan Probolinggo Ryzca Siti Qomariyah,; Andini Nur Firdaussy; Ajunaida Kurniawati; Devi Puspita; Farihah Zamili
Jurnal Pendidikan Sosial Dan Konseling Vol. 1 No. 4 (2024): Januari - Maret
Publisher : CV. ITTC INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Petik laut merupakan sebuah ungkapan rasa syukur masyarakat nelayan di Pesisir Mayangan Probolinggo terhadap laut yang telah menjadi sumber kehidupan. Disisi lain juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberi keselamatan dan limpahan rezeki melalui hasil laut.Sejarah petik laut merupakan ritual yang selalu dinantikan yang rutin dilaksanakan dikalangan komunitas para nelayan termasuk para nelayan pesisir Mayangan. Petik laut ini rutin dilaksanakan setiap awal tahun hijriah yaitu pada bulan suro atau bulan muharram. Dengan adanya tradisi petik laut ini, dapat menimbulkan rasa tanggungjawab untuk melestarikan kebudayaan lokal yaitu petik laut di Pesisir Mayangan. Metode penulisan ini menggunakan deskriptif. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bersama tokoh masyarakat setempat, bahwa maksud dan tujuan dari berbagai upacara sedekah laut tersebut biasanya sama, yaitu memohon pada Tuhan agar para nelayan dianugerahi hasil laut yang melimpah pada tahun yang akan datang dan dihindarkan pula dari malapetaka selama melaut. Perkembangan era modern tidak membuat upacara petik laut menghilang namun tetap lestari dan mengalami perubahan serta perkembangan. Hal tersebut tidak terlepas dari masyarakat pendukungnya yang tetap melestarikan dan mempertahankannya sebagai tradisi karena memiliki manfaat sehingga dapat dikatakan juga sebagai kearifan lokal. Inti dari prosesi upacara petik laut adalah larung sesaji dan pada perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh berbagai unsur budaya islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upacara petik laut bukan hanya sekedar budaya atau tradisi masyarakat melainkan bentuk kearifan lokal yang memiliki manfaat dan nilai yang dapat digunakan di kehidupan modern. Manfaat dari petik laut ini adalah untuk menjaga kelestarian laut serta mengandung berbagai nilai penting dalam kehidupan masyarakat, yaitu nilai gotong royong, sosial, estetika, dan religi.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBANTUAN MEDIA TEKA TEKI SILANG (TTS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPAS KELAS VI SD NEGERI PAJURANGAN Ajunaida Kurniawati; Ludfi Arya Wardana; Shofia Hattarina
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Vol. 10 No. 2 (2025): Volume10 Nomor 2, Juni 2025
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23969/jp.v10i2.24918

Abstract

The objective of this study is to examine the implementation and improvement of students’ critical thinking skills in the IPAS subject through the Problem-Based Learning (PBL) model assisted by crossword puzzle at SD Negeri Pajurangan. This research uses a Classroom Action Research (CAR) method following the Kemmis and McTaggart model, conducted over two cycles. Each cycle consisted of two meetings and followed four stages: planning, action, observation, and reflection. The research subjects were 21 sixth-grade students at SDN Pajurangan, consisting of 7 male students and 14 female students. Data collection techniques included observation, tests, and documentation. The results showed that in Cycle I, only 13 students achieved the minimum mastery criteria, representing 61.90%, with an average score of 67.14. Meanwhile, the average score for critical thinking skills was 48.38. In Cycle II, the number of students who met the criteria increased to 18, or 85.71%, with a class average of 82.61, and the average critical thinking score improved significantly to 80.76. These results indicate an overall improvement in both learning outcomes and critical thinking skills, meeting the classical completeness threshold set by the researcher at 70%.