Articles
PERAWATAN BEDAH ENDODONTIK APIKOEKTOMI KISTA RADIKULER GIGI SENTRAL INSISIVUS PASCA RETREATMENT: LAPORAN KASUS
Djaynurdin, Novia Alamsyah;
Nidyasari, Ferdina;
Hadriyanto, Wignyo;
Untara, Raphael Tri Endra
E-Prodenta Journal of Dentistry Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi UB
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21776/ub.eprodenta.2021.005.02.8
Latar Belakang: Proses inflamasi periapikal terus berlangsung dan akan menstilmulasi sisa epitel malassez yang ada di ligamen periodontal. Sebagai pertahanan pertama, pulpa akan membentuk granuloma, dimana granuloma akan menjadi kista radikuler ketika gigi tidak segera dirawat. Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk mengevaluasi perawatan lesi periapikal gigi dalam bentuk kista. Kasus: Seorang wanita usia 25 tahun datang ke klinik konservasi gigi Universitas Gadjah Mada dengan keluhan utama gigi depan bawah terkadang terasa sakit. Gigi tersebut telah dilakukan perawatan saluran akar. panatalaksanaan kasus ini dengan pendekatan non bedah, dan dilanjutkan pendekatan non bedah setelah dievaluasi. Penatalaksanaan: Bedah periradikuler dilakukan setelah retreatment dari gigi tidak menunjukan hasil penyembuhan di jaringan periodontal. Lesi periapikal kemudian dievaluasi dengan Cone Beam Computed Tomography (CBCT) kemudian dilakukan apikoektomi dan kuretase. Sebanyak 3mm dari apeks direseksi dan dilakukan dibawah anastesi lokal. Jaringan patoloigis kemudian dikirim ke departemen patologi setelah dikuretase. Bahan bonegraft dan apical seal dengan MTA diberikan dan diikuti penutupan flap. Evaluasi postoperatif dilakukan setelah satu minggu, tiga minggu, dan tujuh minggu. Gambaran radiograf menunjukan lesi periapikal mengecil dan pasien tidak ada keluhan. Kesimpulan: Bedah periradikuler dilakukan setelah retreatment endodotik konvensional tidak berhasil.
Bicuspidization and crown lengthening on mandibular second molar
Putu Mariati Kaman Dewi;
Raphael Tri Endra Untara
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (404.051 KB)
|
DOI: 10.22146/mkgk.49229
Endodontically treated teeth were more susceptible to fractures due to loss of coronal sections caused by caries, trauma, and root canal treatment itself. Posts are used to increase the retention of the restoration on the tooth with extensive defect. Radix Anchor system is one of metal post that has a high elastic modulus and with the excessive mastication forces, it can lead to fractures. This article reported the result of surgical endodontic treatment followed by porcelain fused to metal crown on endodontically treated tooth which fracture after being restored with Radix Anchor post. A 46 years old male patient came with complaints of pain in the lower right molar after eating a solid food. Root canal treatment was conducted onthe same tooth 2 years ago. According to subjective, objective and radiograph examination, diagnosis of this case is non-vital tooth after root canal treatment with class VI Ellis fracture and grade 2 bifurcation lesion. The treatment for this case is bicuspidization and crown lengthening of the tooth 47. The tooth was restored with full porcelain fused to metal crown and fiber post on mesial root. One month after treatment, the symptoms diminished and the tooth was normallyfunctioned. Bicuspidization was an alternative treatment to avoid extraction and preserve remaining tooth strucure to build a functional restoration. ABSTRAKGigi pasca perawatan saluran akar rentan mengalami fraktur karena kehilangan bagian koronal yang cukup banyak akibat karies, trauma, serta perawatan saluran akar itu sendiri. Pasak digunakan untuk meningkatkan retensi restorasi pada gigi dengan kerusakan yang luas. Radix anchor adalah salah satu pasak metal yang memiliki modulus elastisitas yang tinggi sehingga tekanan pengunyahan yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Studi kasus inimelaporkan hasil perawatan bikuspidisasi dan crown lengthening yang diikuti restorasi mahkota porselin fusi metal pada gigi pasca perawatan saluran akar yang mengalami fraktur setelah direstorasi dengan pasak Radix Anchor. Seorang pasien laki-laki usia 46 tahun datang dengan keluhan gigi geraham kanan bawah sakit saat mengunyah setelah makan makanan keras. Gigi tersebut pernah dilakukan perawatan saluran akar 2 tahun yang lalu. Berdasarkan pemeriksaan subjektif, objektif dan radiografis, diagnosis dari kasus ini adalah gigi nonvital pasca perawatan saluran akar disertai fraktur Ellis kelas VI dan lesi pada bifurkasi derajat 2. Perawatan yang dilakukan adalah bikuspidisasi gigi 47 dan crown lengthening, kemudian gigi direstorasi dengan mahkota penuh porselin fusi metal dengan pasak fiber pada akar mesial. Satu bulan pasca perawatan menunjukkan bahwa gejala sakit saat mengunyah sudah tidak ada dan gigi dapat berfungsi dengan normal. Bikuspidisasi merupakan perawatan alternatif untuk menghindari pencabutan gigi dan menjaga jaringan keras yang tersisa untuk membangun restorasi yang fungsional.
Perawatan saluran akar dengan restorasi resin komposit teknik semi-indirek disertai penguat pita fiber
Isyana Ginarsi Kalalembang;
Raphael Tri Endra Untara
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/mkgk.61362
Perawatan saluran akar merupakan perawatan konservatif non bedah pada gigi dengan kerusakan atau kematian pulpa. Tahapannya meliputi pembersihan, pembentukan, sterilisasi serta pengisian saluran akar. Laporan kasus ini bertujuan untuk memaparkan keberhasilan perawatan saluran akar dengan restorasi resin komposit teknik semi-indirek disertai penguat pita fiber. Seorang pasien wanita usia 42 tahun datang ke RSGM UGM Prof. Soedomo untuk menambalkan gigi belakang kiri bawah yang berlubang. Terdapat kavitas pada bagian oklusal hingga mesial dengan pulpa terbuka. Gigi pernah sakit spontan, namun saat datang tidak ada rasa sakit. Pemeriksaan radiograf menunjukkan kavitas telah mencapai pulpa disertai lesi periapikal. Restorasi resin komposit teknik semi-indirek dengan penguat pita fiber dipilih dengan mempertimbangkan sisa jaringan keras gigi yang ada untuk mencegah gigi fraktur, memudahkan contouring serta mengurangi waktu kunjungan. Pencetakan flexible model dengan irreversible hydrocolloid, diisi dengan light body dan putty, aplikasi resin komposit onlei lalu dilakukan polimerisasi. Hasil evaluasi setelah enam bulan menunjukkan adaptasi tepi restorasi baik, tidak terdapat keluhan dan hasil pemeriksaan radiograf menunjukkan lesi periapikal mengecil. Dapat disimpulkan bahwa dengan pemilihan kasus dan diagnosis yang tepat serta restorasi yang adekuat maka perawatan saluran akar dapat berhasil dan tahan lama.
Apeksifikasi dengan mineral trioxide aggregate dan perawatan intracoronal bleaching pada gigi insisivus sentralis kiri maksila non vital diskolorasi
I. Inajati;
Raphael Tri Endra Untara
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 2, No 2 (2016): August
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1124.831 KB)
|
DOI: 10.22146/majkedgiind.11251
Affecification with mineral trioxide aggregate and care of intracoronal bleaching on the non vital discoloration maxillary left central incisor. Maxillary anterior teeth in children and adults often experience trauma. This later makes the dental pulp roots that are not completely formed face the necrosis and apical closure stop later causing the apex wide and open. The opened apex can be coped with the care of affecification. Mineral Trioxide Aggregate (MTA) is the best material of affecification used for the formation of apical barrier. The purpose of this case report was to report the achievement of the apical sealing using MTA in the non-vital permanent maxillary left central incisor with the opened apical due to the trauma. The complaints of male patients aged 20 years was about the broken and discoloured left upper front teeth and becomes a traumatic event since the age of 10 years due to a fall and hit the cement floor. A clinical examination of non-vital teeth used the fracture Ellis IV class with wide open apex and discoloration. The radiographic image showed a widely opened apex with large root canal and there was a periapical radiolucency. The treatment given was affecification with MTA followed obturation with gutta-percha and sealer AH 26. In the following week it was continued with intracoronal bleaching with the application of sodium perborate and 30% hydrogen peroxide. Before treatment, the teeth were brownish (C4) and after treatment it turned into yellowish white (B2). A week after the bleaching treatment was completed and the installation of fibre post was done, followed by giving the composite resin restorations class IV cavity. The 2-week control later showed no abnormalities. In conclusion, the affecification treatment with MTA can accelerate treatment with the formation of apical barrier that stimulates the healing and may be followed by obturation with guttap percha followed by doing intracoronal bleaching and final restoration. ABSTRAKGigi anterior rahang atas pada anak-anak maupun dewasa sering mengalami trauma. Akibatnya pulpa gigi yang akarnya belum terbentuk sempurna akan mengalami nekrosis, dan penutupan apeks terhenti yang menyebabkan apeks lebar dan terbuka. Apeks yang terbuka dapat diatasi dengan perawatan apeksifikasi. Mineral Trioxide Aggregate (MTA) adalah bahan pilihan terbaik yang dipakai sebagai bahan apeksifikasi untuk pembentukan apical barrier. Tujuan laporan kasus ini adalah untuk melaporkan keberhasilan penutupan apikal dengan menggunakan MTA pada gigi permanen insisivus sentralis kiri maksila non vital dengan apikal yang terbuka karena trauma. Pasien laki-laki usia 20 tahun dengan keluhan gigi depan atas kiri patah dan berubah warna. Kejadian trauma sejak usia 10 tahun karena jatuh dan terbentur lantai. Pemeriksaan klinis gigi non vital dengan fraktur Ellis kelas IV disertai apeks terbuka lebar dan diskolorasi. Pada gambaran radiografis menunjukkan apeks yang terbuka lebar dengan saluran akar besar serta terdapat radiolusensi periapikal. Perawatan yang dilakukan adalah apeksifikasi dengan MTA dilanjutkan obturasi dengan gutta percha dan sealer AH 26. Setelah seminggu kemudian dilakukan intracoronal bleaching dengan aplikasi sodium perborat dan hidrogen peroksida 30%. Sebelum perawatan, gigi berwarna kecoklatan (C4) setelah dilakukan perawatan menjadi warna putih kekuningan (B2). Seminggu setelah perawatan bleaching selesai kemudian dilakukan pemasangan pasak fiber, dilanjutkan dengan restorasi resin komposit kavitas kelas IV. Kontrol 2 minggu kemudian tidak menunjukkan adanya kelainan. Kesimpulan hasil perawatan apeksifikasi dengan MTA dapat mempercepat waktu perawatan dengan terbentuknya barier apikal yang merangsang penyembuhan dan dapat dilanjutkan dengan obturasi dengan gutta percha, kemudian dilakukan bleaching intracoronal bleaching dilanjutkan dengan restorasi akhir.
Apeksifikasi Menggunakan Mineral Trioxide Aggregate dan Restorasi Resin Komposit dengan Pasak Fiber Reinforced Composite
Ida Ayu Tribumiana;
Raphael Tri Endra Untara
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 17, No 1 (2010): August
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (2002.282 KB)
|
DOI: 10.22146/majkedgiind.16021
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan MTA (Mineral Trioxide Aggregate) sebagai bahan apeksifikasi dan bleaching intrakoronal serta restorasi resin komposit dengan FRC (Fiber Reinforced Composite) pada gigi insisivus sentralis kiri maksila, sehingga dapat mempertahankan dan mengembalikan fungsi gigi. Seorang pasien wan ita muda datang ke RSGM Prof. Soedomo untuk merawatkan gigi depan atas kiri yang patah ketika berusia 10 tahun. Diagnosa gigi insisivus sentralis kiri maksila fraktur Kelas III Ellis, pulpa nekrosis dengan lesi periapikal, apeks terbuka, dan diskolorasi. Prosedur perawatan diawali dengan preparasi saluran akar teknik konvensional, apeksifikasi menggunakan MTA dan bleaching intrakoronal teknik walking bleach. Restorasi resin komposit aktivasi sinar kavitas kelas IV dengan pasak FRC. Hasil evaluasi klinis dan radiografis setelah 3 bulan menunjukkan perbaikan lesi periapikal, warna restorasi resin komposit tidak berubah, bentuk dan kontur gigi baik, kerapatan tepi baik, dan pasien merasa puas dengan perawatan yang telah dilakukan. Fungsi gigi juga telah dapat dikembalikan, antara lain fungsi estetik dan fonetik.
Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan pada Gigi Molar Pertama Kanan Mandibula Nekrosis Pulpa dengan Abses Periapikal dan Fistula
Tranantika Rakhma;
Raphael Tri Endra Untara
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 18, No 1 (2011): August
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (5317.221 KB)
|
DOI: 10.22146/majkedgiind.16491
Latar belakang. Perawatan saluran akar satu kunjungan merupakan perawatan yang prosesnya diselesaikan dalam satu kunjungan. Hal ini memberikan keuntungan untuk memperkecil resiko kontaminasi bakteri dan mikroorganisme dalam saluran akar serta menghemat waktu perawatan. Tujuan. Penulisan laporan kasus ini adalah untuk untuk menginformasikan hasil evaluasi perawatan saluran akar satu kunjungan pada gigi molar pertama kanan mandibula dengan abses periapikal dan fistula. Kasus. Pasien perempuan berusia 29 tahun datang ke klinik Konservasi Gigi RSGM FKG UGM ingin merawat gigi bawah kanan yang berlubang. Berdasarkan pemeriksaan subyektif, obyektif dan radiografis diperoleh diagnosis gigi molar pertama kanan mandibula nekrosis pulpa dengan abses periapikal dan fistula. Perawatan yang dilakukan perawatan saluran akar satu kunjungan, dilanjutkan dengan preparasi onlei PFM. Kesimpulan. Kasus gigi molar pertama kanan mandibula dengan abses periapikal dan fistula dapat dirawat dengan perawatan saluran akar satu kunjungan. Perawatan saluran akar dengan baik dan sempurna serta dengan pemilihan teknik, bahan-bahan irigasi dan obturasi yang tepat serta dikerjakan dengan asepsis akan meningkatkan keberhasilan perawatan.
Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan Disertai Ekstrusi dan Mahkota Jaket Porselin Fusi Metal dengan Fraktur Ellis Kelas III Subgingiva (Pada Gigi Insisivus Sentralis Kanan Maksila)
Yulita Kristanti;
Wignyo Hadriyanto;
Raphael Tri Endra Untara
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 18, No 1 (2011): August
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (6072.355 KB)
|
DOI: 10.22146/majkedgiind.16492
Latar Belakang dan Tujuan. Laporan kasus ini dibuat dengan tujuan untuk menginformasikan hasil perawatan saluran akar, ekstrusi gigi dan restorasi mahkota jaket porselin fusi metal dengan penguat inti pasak tuang pada gigi insisivus sentralis kanan maksila yang mengalami fraktur Ellis klas III subgingiva dengan pulpitis irreversibel. Kasus dan Penanganannya. Pasien laki-Iaki umur 20 tahun mengalami fraktur Ellis klas III subgingiva akibat keeelakaan satu minggu sebelum periksa. Cara perawatan yang dilakukan adalah dengan melakukan perawatan saluran akar satu kunjungan pada gigi insisivus kanan atas maksila. Setelah dilakukan kontrol pasea perawatan saluran akar dan menunjukkan tanda-tanda menuju kesembuhan, dilakukan ekstrusi. Ekstrusi dilakukan dengan terlebih dahulu mengambil sebagian guta perea disaluran akar untuk meletakkan kawat dengan coi/ di ujungnya. Selanjutnya bracket dan insisal bar dipasang pada 5 gigi anterior dan dihubungkan dengan kawat dengan coil diujungnya yang telah disementasikan dalam saluran akar dengan semen ionomer kaea tipe I. Setelah gigi terekstrusi, dan melewati periode stabilisasi selama 1 bulan dengan tidak terjadi relaps, perawatan dilanjutkan dengan preparasi pembuatan inti pasak tuang dan dilanjutkan dengan pembuatan mahkota jaket porselin fusi metal. Hasil. Hasil perawatan ini menunjukkan ekstrusi telah tereapai dalam waktu 1 bulan dan perawatan dilanjutkan dengan pembuatan inti pasak tuang dan mahkota jaket porselin fusi metal warna A2 (vitapan) dengan kontur, embrasur dibuat ideal, area kontak proksimal pada bagian sepertiga insisal. Kesimpulan. Perawatan saluran akar satu kunjungan disertai ekstrusi dan mahkota jaket porselin fusi metal efektif untuk menangani kasus gigi insisivus sentralis kanan maksila dengan fraktur Ellis Kelas III subgingiva.
Apical sealing ability of chitosan nanoparticles in epoxy-resin-based endodontic sealer
Raras Ajeng Enggardipta;
Raphael Tri Endra Untara;
Pribadi Santosa;
Aqilla Tiara Kartikaningtyas;
Andina Widyastuti;
Diatri Nari Ratih
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 5, No 2 (2019): August
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/majkedgiind.40995
A good sealing ability of apical part of root canal system is needed to prevent microleakage thus resulting long-lasting successful treatment. Chitosan nanoparticles as nanofillers could be added to epoxy resin sealer to increase adaptation to dentinal wall. The purpose of this study was to evaluate the apical sealing ability of chitosan nanoparticles addition to epoxy-resin-based sealer. Thirty mandibular premolars were used in this study. The root canals were prepared using rotary files up to #30/0.09. The canal was irrigated with 2.5% NaOCl and 17% EDTA, then was rinsed with sterile water. All teeth were randomly divided into 3 groups (n=10). Group I was obturated with gutta-percha, Group II was obturated with gutta-percha and epoxy resin sealer, group III was obturated with gutta-percha and epoxy resin sealer that was added with chitosan nanoparticles. All specimens were stored in an incubator for 7 days at 37 °C. After that, specimens were tested with centrifuging dye penetration method with methylene blue 2% solution. The specimens were longitudinally sectioned, observed under stereomicroscope (8x magnification) and measured in millimeters (mm). The data were analyzed using one-way Anova. The results of one-way Anova showed that dye penetration in apical part of the root canal in all groups was statistically significant difference. The addition of chitosan nanoparticles to epoxy resin sealer increases the apical sealing ability of root canal obturation material.
Effect of two different materials in sealing vertical root fractures of intentional replantation on epithelial thickness of periradicular tissue
Raphael Tri Endra Untara;
Widjijono Widjijono;
Widya Asmara;
Diatri Nari Ratih
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 7, No 2 (2021): August
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/majkedgiind.66092
Vertical root fractures of intentional replantation need a material capable of binding the fragments of the fracture line tightly and encouraging the regeneration of periradicular tissue. One of the indicators that regeneration of periradicular tissue takes place is epithelial thickness. This study aimed to investigate the effect of mineral trioxide aggregate (MTA) and self-adhesive resin cement as the adhesive materials in sealing vertical root fractures of intentional replantation on the epithelial thickness of periradicular tissue. This study used 27 male New Zealand rabbits with the age range of 8-12 weeks. The mandibular incisor was extracted, and the tooth was cut from the cervical border to the 2/3 apical third. The samples were assigned randomly into three groups of 9 each, namely Group 1 with no application of any material in the fracture line (control group), Group 2 with MTA, and Group 3 with self-adhesive resin cement. All the teeth in all the groups were then inserted back into the socket. Each group was further divided into three subgroups based on the observation time, namely days 7, 14, and 21. Histological observations of the epithelial thickness were carried out under the light microscope (400x magnification). Data were analyzed using a two-way ANOVA and LSD post hoc test with a confidence level of 95%. The two-way ANOVA analysis showed that the materials used for sealing the fracture lines had a significant effect on the epithelial thickness (p<0.05), while the observation time did not affect the epithelial thickness (p>0.05). No interaction occurred between the material used and observation times (p>0.05). It can be concluded that MTA generated a greater epithelial thickness of periradicular tissue compared than self-adhesive resin cement in sealing vertical root fractures of intentional replantation.
A Comparative microleakage analysis of two bioactive root perforation sealing materials
Indriani, Herliena Dyah;
Rinastiti, Margareta;
Untara, Raphael Tri Endra
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 10, No 1 (2024): April
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/majkedgiind.86748
Complications during root canal therapy, such as perforation, might lead to failure of root canal therapy. A root perforation allows the root canal system and periradicular tissue to communicate, which may affect the treatment outcome. The ability of perforated sealing materials to stop microleakage is also crucial to the success of the treatment. The latest bioactive materials, such as bioactive calcium silicate cement (BCSC) and enhanced resin-modified glass ionomer (ERMGIC), are used. This study compares the microleakage of BCSC and ERMGIC as a material for sealing root perforations at different observation times. Thirty post-extraction premolars, no caries, and single roots were used in this study. Samples were divided into two different groups. The perforation simulation was created using cylindrical fissure round-end burs at a distance of 2 mm from the cervical line. Following the use of BCSC and ERMGIC to seal the perforation, the samples were separated into three subgroups and immersed in a simulated body fluid for different durations in an incubator set at 37°C. As soon as the samples reached the immersion period, all samples were immersed in 1% methylene blue for 24 hours. It was then divided into two parts and examined under a microscope at 50x magnification. The two-way ANOVA test demonstrated no significant variation in the microleakage of the root perforation seal, depending on the material type and the observation time. This study found that microleakage, a material used to seal root perforations, was unaffected by the types of materials used or the length of the observation period.