Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Evaluasi Model Formatif Pada Suatu Program Kesetaraan di PKBM Saffari Flexi School Kota Serang Banten Setiawan, Adam Pratama; Amalia, Alfida Mutih; Hildayanti, Dyah; Maghfiroh, Islamiatul; Salsabila, Salsabila
Transformasi : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Non Formal Informal Vol 10, No 1 (2024): Maret
Publisher : Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jtni.v10i1.9802

Abstract

Abstract: Basically, formative evaluation is an evaluation carried out during the learning system, which means looking at the extent of students' abilities in understanding the material or practices that have been presented. The purpose of this evaluation is to determine the sustainability of the program that has been designed, as well as to determine the obstacles when implementing a program, as well as to determine the form of action taken by the institution after the activity has taken place to measure the success of learning. PKBM Saffari has been in existence since 2020 until now. This PKBM has main programs, namely the Equality Program, Palwijan Training Program, and Homeschooling Program. The establishment of this equality program was based on the needs of the surrounding community and the many interests of people who were left behind in formal education. Apart from reasons of community needs, this program was held based on a high sense of desire by the founder of the PKBM Saffari Institute to shelter children who have dropped out of school, street children and children who are ostracized by their peers. Apart from providing formal education, this institution provides mental support to all students to continue their education. The type of formative evaluation carried out by PKBM Saffari is in the form of providing competency tests once a week or every 3 months to measure the success of learning when carrying out evaluations carried out simultaneously by PKBM Saffari. So so far, the equality program at PKBM has been running well with high public interest. So this writing is intended to find out in detail what formative evaluations and evaluations are implemented at PKBM Saffari using descriptive qualitative research methods directly in the field using field observations, literature studies, interviews and documentation studies, the results of which are presented in the form of written research articles.Key Words: Evaluation, Formative, EquityAbstrak: Pada dasarnya evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan selama berlangsungnya sistem pembelajaran yang berarti melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi ataupun praktek yang telah disampaikan. Tujuan dari evaluasi ini yaitu untuk mengetahui keberlangsungan program yang sudah dirancang, sekaligus untuk mengetahui hambatan saat menjalankan suatu program, serta untuk mengetahui bentuk tindakan yang dilakukan oleh lembaga setelah berlangsungnya kegiatan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran. PKBM Saffari ada sejak tahun 2020 hingga sekarang. Dalam PKBM ini memiliki program utama yaitu Program Kesetaraan, Program Pelatihan Palwijan, dan Program Homeschooling. Didirikannya program kesetaraan ini berdasarkan kebutuhan dari Masyarakat sekitar dan banyak minat Masyarakat yang tertinggal dalam Pendidikan formal. Selain alasan dari kebutuhan Masyarakat, program ini diadakan bedasarkan rasa keinginan yang tinggi oleh pendiri Lembaga PKBM Saffari untuk menaungi anak yang putus sekolah, anak jalanan, dan anak yang diasingkan oleh teman sebayanya. Selain memberikan Pendidikan formal, Lembaga ini memberikan support mental kepada seluruh peserta didiknya untuk tetap mau melanjutkan Pendidikan. Adapun jenis evaluasi formatif yang dilakukan oleh PKBM Saffari ini berupa memberikan uji komptensi seminggu atau per 3 bulan sekali untuk mengukur keberhasilan pembelajaran saat dilaksanakannya evaluasi yang dilakukan serentak oleh PKBM Saffari. Sehingga sejauh ini, program kesetaraan di PKBM ini dapat berjalan dengan baik dengan minat Masyarakat yang tinggi. Maka penulisan ini ditujukan agar mengetahui secara detail evaluasi formatif dan evaluasi yapa saja yang diterapkan di PKBM Saffari dengan metode penelitian kualitatif deskriptif secara langsung di lapangan dengan observasi lapangan, studi literatur, wawancara, dan studi dokumentasi yang hasilnya dituangkan dalam berupa tulisan artikel penelitian.Kata Kunci: Evaluasi, Formatif, Kesetaraan
Evaluasi Program Pelatihan Komputer di LPK Teknos Ciruas Serang Banten Hildayanti, Dyah; Permatasari, Rina; Sudrajat, Indra
Transformasi : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Non Formal Informal Vol 9, No 2 (2023): September
Publisher : Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jtni.v9i2.8314

Abstract

AbstractJob Training Institute (LPK) is an institution that aims to improve a life skill and is still in a non-formal education unit. According to Munthe 2015: 1, Program Evaluation is here to provide input, study and consideration in determining whether the program is worth continuing or stopping. The term makes program evaluation conditions commonplace in a non-formal and formal educational institution, including in training institutions and courses. In this context we use a descriptive study method with a qualitative approach. We evaluated the computer training program at LPK Teknoss Ciruas. The evaluation model used is the Contex-Input-Product (CPP) evaluation model. From the perspective of the learning process, no computer material or curriculum is developed in the rotation of batches per year. This means that the knowledge received by trainees is always the same in every generation or period and is not evolutionary. The implementation of Computer Training at LPK Teknoss Ciruas is based on the needs of students who have the motivation to learn to know computers to become proficient in both workers and students. So that the target and even the purpose of the computer training program at LPK Teknoss are in accordance with the needs of the training participants and the targets are in accordance with what is set. Supporting materials have also been carried out so that they are in accordance with the ideal standards of the curriculum. Media and learning tools consist of Modules, internet, and Computers. The computer training program at LPK Teknoss has achievement indicators that can be used as a benchmark for the success of training. Along with the development of the times, the needs in the world of work increasingly require us to have a skill. That's why there are currently many training programs that provide various programs to help improve skills.Key Words: Non Formal Education, CPP Evaluation, LPK Teknoss CiruasAbstrakLembaga Pelatihan Kerja (LPK) merupakan suatu lembaga yang bertujuan untuk meningkatkan suatu keterampilan hidup dan masih berada dalam satuan pendidikan non formal. Menurut Munthe 2015:1, Evaluasi Program hadir untuk memberikan masukan, kajian dan pertimbangan dalam menentukan apakah program layak untuk diteruskan atau dihentikan. Istilah tersebut membuat kondisi evaluasi program menjadi sesuatu yang lumrah di suatu Lembaga Pendidikan nonformal dan formal Tak terkecuali di Lembaga pelatihan dan kursus. Dalam konteks ini kami menggunakan metode studi descriptive dengan pendekatan kualitatif. Kami melakukan evaluasi pada program pelatihan komputer di LPK Teknoss Ciruas. Model evalusi yang digunakan adalah model evaluasi Contex-Input-Product (CPP). Dari perspektif proses pembelajaran, tidak ada materi atau kurikulum komputer yang dikembangkan dalam pergantian angkatan per tahunnya. Artinya pengetahuan yang diterima peserta pelatihan selalu sama pada setiap generasi atau periode dan bukan merupakan evolusi. Penyelenggaran Pelatihan Komputer di LPK Teknoss Ciruas didasarkan pada kebutuhan peserta didik yang memiliki motivasi ingin belajar mengenal computer hingga mahir baik pekerja maupun siswa. Sehingga sasaran bahkan tujuan dari adanya program pelatihan komputer di LPK Teknoss sudah sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan dan sasarannya pun sudah sesuai dengan yang ditetapkan. Materi penunjang pun sudah dilakukan sehingga sesuai dengan standar ideal kurikulum. Media dan alat belajar terdiri dari Modul, internet, dan Komputer. Program pelatihan komputer  di LPK Teknoss memiliki indikator ketercapaian yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dari pelatihan. Seiring berkembangnya zaman kebutuhan didunia kerja semakin menuntut kita untuk memiliki sebuah keterampilan. Karena hal itulah saat ini banyak sekali program pelatihan-pelatihan yang menyediakan berbagai program untuk membantu meningkatkan skills.Kata Kunci: Pendidikan Non Formal, Evaluasi CPP, LPK Teknoss Ciruas.
Efektivitas Strategi Pemasaran Homeschooling Kak Seto Bekasi dalam Menjaring Calon Peserta Didik Hanafi, Syadeli; Hildayanti, Dyah; Rosmilawati, Ila
EDU SOCIATA ( JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI ) Vol 8 No 1 (2025): Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi
Publisher : EDU SOCIATA ( JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI )

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/es.v8i1.3336

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas strategi pemasaran yang diterapkan oleh Homeschooling Kak Seto Bekasi dalam menjaring calon peserta didik. Metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi langsung dan wawancara mendalam terhadap 10 informan yang terdiri dari kepala sekolah, tim pemasaran, orang tua peserta didik, konselor, dan tutor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pemasaran yang dijalankan terbukti efektif, ditunjukkan oleh peningkatan jumlah pendaftar setiap tahun, persepsi positif orang tua terhadap fleksibilitas program, serta pendekatan psikologis terhadap kebutuhan anak. Tingginya partisipasi masyarakat dalam kegiatan institusi dan interaksi di media sosial turut memperkuat keberhasilan strategi tersebut. Faktor pendukung lainnya mencakup kualitas layanan, keterlibatan tutor dalam promosi, serta citra kuat Kak Seto sebagai tokoh pendidikan anak di Indonesia. Secara keseluruhan, strategi yang digunakan mampu membangun kepercayaan dan loyalitas masyarakat terhadap model pendidikan alternatif ini.