Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERAN TERNAK BABI SEBAGAI BIO-TILLAGE SYSTEMS PADA LAHAN KEBUN DALAM BUDAYA BERTANI MASYARAKAT ARFAK, PAPUA BARAT Hanike Monim; Dwi Nurhayati; Darius Trirbo; Alnita Baaka; Alexander Yaku; Deny Anjelus Iyai; Sartji Taberima; Miksen Sangkek
Agrika Vol 14, No 2 (2020)
Publisher : Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31328/ja.v14i2.1545

Abstract

ABSTRAKMengetahui seberapa jauh aplikasi penggunaan ternak babi dalam kebun masyarakat Arfak di Pegunungan Arfak penting untuk dipelajari karena Arfak memiliki kondisi agroekologi penting. Masyarakat Arfak memiliki kearifan dalam bertani serta  memiliki hubungan yang dekat dengan ternak babi. Hasil tinjauan di lapang dan referensi menunjukkan bahwa ternak babi relatif masih digunakan pada lahan pertanian atau kebun keluarga masyarakat Arfak sebagai hewan penggembur tanah (soil dozer). Ternak babi, kebun dan masyarakat Arfak saling berinteraksi dengan memberikan peranan kepada masing-masing komponen. Kelebihan ternak babi sebagai penggembur tanah kebun biologis mampu membantu petani orang Arfak. Terdapat 7 keunggulan penggunaan ternak babi dalam kebun. Namun jumlah ternak yang dapat dimasukkan serta sejauhmana kinerja ternak babi dalam setiap luasan lahan secara ekonomis, ekologis dan sosiologis masih harus dikaji secara intensif. ABSTRACTKnowing how far the application of pig farming in Arfak people 's gardens in the Arfak Mountains is important to learn because Arfak has important agro ecological conditions, the Arfak people have wisdom in farming and have a close relationship with pigs. The results of the review in the field and references show that the pigs are relatively still used on agricultural land or Arfak people's family farms as soil dozers. Pigs and gardens and Arfak people interact with each other by providing service to each component. The advantages of pigs as biological gardeners are able to help Arfak farmers. There are 7 benefits of using pigs as bio-tillage inside Arfak household gardens. However, the number of livestock that can be included and the extent to which the performance of pigs in each area of land economically, ecologically and sociologically, must still be studied intensively.  
Sistem, Konstrain, Sustainabilitas, dan Skenario Peternakan Ayam Kampung di Manokwari, Papua Barat B. E. Homer; D. A. Iyai; M. Sangkek
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 12, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.12.1.24-37

Abstract

Ayam kampung telah menjadi ternak primadona bagi peternak lokal Papua. Namun, usaha beternak yang dijalankan adalah masih bersifat ekstensif. Masih banyak dijumpai constraint yang menjadi factor limitasi perkembangan peternakan ayam kampung skala rumah tangga. Penelitian lapang dilaksanakan selama kurang lebih 2 (dua) bulan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2016 pada daerah dataran rendah di Kabupaten Manokwari yang meliputi distrik Prafi, Masni, dan Warmare. Metode penelitian yang dipilih adalah metode deskriptif dengan teknik penelitian dan pengambilan sampel adalah teknik survey dan observasi dengan pola snowball sample technique. Jumlah responden yang telah dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 98 peternak yang terdiri dari peternakan ayam etnis Papua dan Non Papua. Sebanyak 30 pertanyaan digunakan dalam kuisioner untuk interview yang terdiri dari aspek-aspek pemeliharaan ayam kampung. Analisis data menggunakan statistika deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peternak ayam kampung didominasi oleh peternak etnis Non Papua dan tergolong usia produktif. Sumber matapencahariaan utama adalah sebagai Petani dengan jumlah anggota keluarga cukup kecil dan memiliki tenaga kerja per rumah tangga yang efektif. Sistim pemeliharaan secara semi-intensif dengan kandang tradisional dan bahan kandang kayu dan papan.  Tempat pakan dan minum dimiliki dalam kandang ada dengan berbagai jenis bahan yang dibuat seperti ember, gelas plastic, jerigen, alat toko, bambu, dan seng/kaleng. Pakan tambahan diberikan peternak dengan delapan kombinasi pakan dan jumlah pemberian 1-2 kg/hari dan frekuensi pemberian pagi, dan sore. Untuk air minum juga diberikan dengan air mentah, air sumur dan air masak. Permasalahan utama oleh peternak adalah penyakit, kandang/pakan dan modal usaha dan selama ini ppl yang ditemui. Penyuluhan jarang dilakukan, berkisar 1-2 kali/tahun dan peternak jarang ikut pelatihan/kursus, sehingga peternak belum merasa puas.Harapan peternak adalah bantuan bibit, kandang, obatan dan modal usaha.Kata kunci: ayam kampung, sistim peternakan, konstrain, sustainabilitas, Manokwari.
Evaluasi karkas dan kualitas fisik daging babi pada tempat usaha pemotonggan ternak babi di Distrik Masni Kabupaten Manokwari Miksen M. Sangkek; Marlyn N. Lekitoo; Hanike Monim
Cassowary Vol 4 No 1 (2021): Januari
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30862/casssowary.cs.v5.i1.85

Abstract

This study aims to evaluate the carcass and examine the physical quality of pork in the local pork slaughterhouse, Masni District and the relationship between slaughter weight and carcass weight, carcass percentage, carcass length, fat, pH and cooking losses. The results showed the range of slaughtering age of local pigs from 6 - 60 months (male pigs 10-12 months old and female pigs 18-20 months old). The average sliced ​​weight had a very significant effect (P <0.01) on carcass weight, while the carcass percentage had no significant effect based on the regression analysis between cut weight and carcass percentage was Y = 63.85 + 0.1463, with a coefficient of determination (R2) of 9.43%. Cut weight had a very significant effect (P <0.01) on carcass length in regression analysis Y = 37.42 + 0.3722, with a coefficient of determination (R2) of 71.48%). The regression analysis between cut weight and back fat thickness was Y = 0.322 + 0.04044, with a coefficient of determination (R2) of 39.87%, which means that cutting weight has a very significant effect (P <0.01) on the thickness of back fat, while the regression analysis of the relationship between cut weight and pH Local pork is Y = 6.357 - 0.00362, with a coefficient of determination (R2) of 5.54% that the slaughter weight has no significant effect (P> 0.05) on meat pH. Cut weight has no significant effect (P> 0.05) on cooking loss based on regression analysis is Y = 30.12 - 0.1106 with a coefficient of determination (R2) 9.63%. The results showed that cut weight has a close relationship with carcass weight, carcass length, and fat thickness but not to carcass percentage, meat pH and cooking loss.
Penggunaan Asap Cair terhadap Kualitas Fisik dan Mikrobiologis Daging Broiler. Andy, Andy; Warangkiran, Eklesia Dian Milenia; Aulyani, Tutik Lusyta; Azhar, M.; Sangkek, Miksen Merko; Kusuma, Satria Budi
Buletin Peternakan Tropis Vol. 5 No. 1 (2024)
Publisher : BPFP Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/bpt.5.1.107-113

Abstract

The aim of this research was to determine the effect of marinating broiler meat using liquid smoke on the physical and microbiological quality of broiler meat at various concentrations. The research was carried out at the Gowa Polbangtan Product Processing Laboratory and the BBVet Maros Laboratory. The research was carried out using a Completely Randomized Anova Design followed by the Duncan test, with 4 treatments, namely: P0: (Control), P1: 1% liquid smoke, P2: 2% liquid smoke, P3: 3% liquid smoke and 4 repetitions with parameters pH, Total Bacteria and Beginning of Decay. Based on the test results, it shows that the concentration of liquid smoke has no significant effect on pH and the start of decay. However, it affects total bacteria. Marinating meat with liquid smoke up to a concentration of 2% showed the lowest total bacteria compared to other treatments.   Keywords: Liquid Smoke, Broiler Meat, Beginning of Decay, pH.
Mapping Strategic and Sustainable Relevant Actors of Poultry Production and Business Using Stakeholder Network Analysis Desni Triana Ruly Saragih; Meky Sagrim; Hendrik Fatem; Stepanus Pakage; Yosina Waromi; Daniel Seseray; Aisyah Bauw; Hendrik Arwam; Miksen Sangkek; Deny Iyai
Jurnal Agripet Vol 20, No 2 (2020): Volume 20, No. 2, Oktober 2020
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v20i2.16006

Abstract

ABSTRACT. Stakeholders and their network place top rank of value chain business and ruled prominent roles in the livestock development sector particularly poultry commodity. The involvement of many stakeholders and other parties is questionable because they perform and shape the market and business chain. The study was done in Manokwari using focus group discussion towards twenty-four various represented individuals, groups and mass organizations. The key queries discussed concerning the introduced background of the organization, shared resources, inter-connectivity amongst actors, intervention and innovation preferences and shared by actors. Stakeholder Network Analysis was employed to run the network and relationship between actors using the Pearson Correlation Coefficient and Hierarchical Clustering Analysis. The finding is that the stakeholders in the poultry farming systems are dominated by private group actors who are working in groups to manage the farms and its value chain process and officially have been under laws. These actors commonly act like positive important stakeholders, who ruled the farms. The threats are real and exist and should be lowering as much as possible to mitigate the turn-back effect. The top five shared resources are access, spaces, time, policy, knowledge and skills. Those resources will stay longer to sustain the strong needs of poultry farms. The relationship of actors is dominated by the ranges of correlation are varying in between negative, neutral to positive. Actors are not delivering the intervention and innovation yet. Actors with low interest and low power should then be promoted to high interest and high power by using aids, guidance, and services from each actor from its value chain and cooperation and farming business. (Pemetaan Pemangku Produksi dan Bisnis Unggas Strategis dan Berkelanjutan Dengan Aplikasi Analisis Jaringan Stakeholder) ABSTRAK. Pemangku kepentingan dan jaringannya menempati peringkat teratas dalam bisnis rantai nilai dan memegang peran penting dalam sektor pengembangan peternakan khususnya komoditas unggas. Keterlibatan banyak pemangku kepentingan dan pihak lain patut dipertanyakan. Penelitian dilakukan di Manokwari dengan menggunakan FGD terhadap dua puluh empat perwakilan individu, kelompok dan ormas. Pertanyaan utama membahas tentang latar belakang organisasi yang diperkenalkan, sumber daya bersama, interkoneksi antar aktor, preferensi intervensi dan inovasi dan dibagikan oleh aktor. Analisis Jaringan Pemangku Kepentingan digunakan untuk menjalankan jaringan dan hubungan dengan menggunakan Koefisien Korelasi Pearson dan Analisis Pengelompokan Hirarkis. Temuannya adalah bahwa para pemangku kepentingan dalam sistem peternakan unggas didominasi oleh pelaku kelompok swasta yang bekerja dalam kelompok untuk mengelola peternakan dan proses rantai nilainya dan secara resmi berada di bawah undang-undang. Aktor ini biasanya bertindak seperti pemangku kepentingan penting yang positif, yang mengatur pertanian. Ancaman itu nyata dan ada dan harus diturunkan sebanyak mungkin untuk mengurangi efek balik. Lima sumber daya bersama teratas adalah akses, ruang, waktu, kebijakan, pengetahuan, dan keterampilan. Sumber daya tersebut akan bertahan lebih lama untuk menopang kebutuhan kuat peternakan unggas. Hubungan antar aktor didominasi oleh rentang korelasi yang bervariasi antara negatif, netral hingga positif. Para pelaku belum melakukan intervensi dan inovasi. Pelaku dengan kepentingan rendah dan kekuasaan rendah kemudian harus dipromosikan menjadi kepentingan tinggi dan kekuasaan tinggi dengan menggunakan bantuan, bimbingan, dan layanan dari masing-masing pelaku dari rantai nilai dan koperasi dan usaha tani.