Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

TERAPI PERILAKU KOGNITIF PADA GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF BERKOMORBID DENGAN GANGGUAN DEPRESIF BERULANG: LAPORAN KASUS PUTRA, I PUTU RISDIANTO EKA; TRISNOWATI, RINI
KNOWLEDGE: Jurnal Inovasi Hasil Penelitian dan Pengembangan Vol. 4 No. 1 (2024)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/knowledge.v4i1.3260

Abstract

Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) comorbid with Recurrent Depressive Disorder is a complex clinical combination and often worsens the patient's psychological well-being. Cognitive Behavioral Therapy (CBT) has been shown to be effective in treating OCD, but its application to patients with comorbid Recurrent Depressive Disorder requires a more integrated approach. This study explores the effectiveness of CBT in treating cases of OCD comorbid with Recurrent Depressive Disorder, with a focus on interventions specifically designed to address both disorders simultaneously. Through a CBT approach that includes techniques such as exposure and response prevention, as well as cognitive management of negative thought patterns associated with depression, this therapy aims to significantly reduce the symptoms of OCD and Recurrent Depressive Disorder. The results of this case report show that CBT is not only effective in reducing obsessive-compulsive symptoms, but also improves mood and depressive affect in patients. This case report also highlights the importance of adapting CBT techniques to address the dynamics of these dual disorders, as well as the need for an approach that is holistic and focuses on the integration of cognitive and behavioral techniques for optimal outcomes. These findings support the use of CBT as a therapeutic method in the management of patients with comorbid OCD and Recurrent Depressive Disorder, and pave the way for further management of similar cases in the development of more effective therapeutic strategies. ABSTRAKGangguan Obsesif-Kompulsif (OCD) berkomorbid dengan Gangguan Depresif Berulang merupakan kombinasi klinis yang kompleks dan sering kali memperburuk kesejahteraan psikologis pasien. Terapi Perilaku Kognitif (CBT) telah terbukti efektif dalam mengatasi OCD, tetapi penerapannya pada pasien dengan komorbiditas Gangguan Depresif Berulang memerlukan pendekatan yang lebih terintegrasi. Studi ini mengeksplorasi efektivitas CBT dalam menangani kasus OCD yang berkomorbid dengan Gangguan Depresif Berulang, dengan fokus pada intervensi yang dirancang khusus untuk mengatasi kedua gangguan secara bersamaan. Melalui pendekatan CBT yang mencakup teknik seperti paparan dan respons pencegahan, serta pengelolaan kognitif terhadap pola pikir negatif yang terkait dengan depresi, terapi ini bertujuan untuk mengurangi gejala OCD dan Gangguan Depresif Berulang secara signifikan. Hasil laporan kasus ini menunjukkan bahwa CBT tidak hanya efektif dalam mengurangi gejala obsesif-kompulsif, tetapi juga memperbaiki mood dan afek depresif pada pasien. Laporan kasus ini juga menyoroti pentingnya penyesuaian teknik CBT untuk menangani dinamika gangguan ganda ini, serta perlunya pendekatan yang holistik dan berfokus pada integrasi teknik kognitif dan perilaku untuk hasil yang optimal. Temuan ini mendukung penggunaan CBT sebagai metode terapi dalam manajemen pasien dengan OCD dan Gangguan Depresif Berulang yang berkomorbid, serta membuka jalan bagi penatalaksaan kasus serupa lebih lanjut dalam pengembangan strategi terapeutik yang lebih efektif.
EVALUASI PEMERIKSAAN PSIKOMETRI PADA TATALAKSANA AWAL GANGGUAN CEMAS MENYELURUH DENGAN GANGGUAN DEPRESIF BERULANG: SEBUAH LAPORAN KASUS PUTRA, I PUTU RISDIANTO EKA; MARIANTO, MARIANTO; SRIANDARI, LUH PUTU FEBY
HEALTHY : Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 4 (2024)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/healthy.v3i2.3441

Abstract

This case report discusses a 32-year-old female patient who presented with generalized anxiety disorder and recurrent depressive disorder, current episode severe without psychotic symptoms. The patient presented with complaints of excessive anxiety that had persisted for three years and had worsened in the last three months, accompanied by physical complaints such as heartburn, palpitations, and frequent feelings of fainting. In addition to anxiety, the patient also experienced depressive symptoms such as feelings of sadness, fatigue, sleep disturbances, and loss of interest in daily activities. The results of the mental status examination showed an anxious and sad mood with preoccupation with health problems. Psychodynamic assessment identified the presence of ego defense mechanisms such as repression and somatization related to past traumatic experiences and strict parenting. The diagnostic formulation led to a primary diagnosis of generalized anxiety disorder and recurrent depressive disorder, with anankastic and anxious-avoidant personality factors supporting the patient's clinical symptoms. The management provided included pharmacotherapy with sertraline, clobazam, and risperidone, as well as non-pharmacological interventions in the form of psychoeducation, supportive psychotherapy, relaxation, and psychodynamic psychotherapy. Family therapy was also applied to increase support from the husband and family. The patient's prognosis was dubia ad bonam, with aggravating factors in the form of immature ego defense mechanisms and less than optimal family support. This report highlights the importance of a holistic approach in the management of anxiety and depressive disorders involving psychotherapy and family support in addition to pharmacological therapy. ABSTRAKLaporan kasus ini membahas seorang pasien perempuan berusia 32 tahun yang mengalami gangguan cemas menyeluruh dan gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik. Pasien datang dengan keluhan kecemasan berlebihan yang telah berlangsung selama tiga tahun dan semakin memburuk dalam tiga bulan terakhir, disertai keluhan fisik seperti nyeri ulu hati, berdebar-debar, dan sering merasa akan pingsan. Selain kecemasan, pasien juga mengalami gejala depresi seperti perasaan sedih, mudah lelah, gangguan tidur, dan kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari. Hasil pemeriksaan status mental menunjukkan adanya mood cemas dan sedih dengan preokupasi terhadap masalah kesehatan. Penilaian psikodinamik mengidentifikasi adanya mekanisme pertahanan ego seperti represi dan somatisasi yang berkaitan dengan pengalaman traumatis masa lalu serta pola asuh yang ketat. Formulasi diagnostik mengarah pada diagnosis utama gangguan cemas menyeluruh dan gangguan depresif berulang, dengan faktor kepribadian anankastik dan cemas menghindar yang mendukung gejala klinis pasien. Penatalaksanaan yang diberikan meliputi farmakoterapi dengan sertraline, clobazam, dan risperidone, serta intervensi non-farmakologis berupa psikoedukasi, psikoterapi suportif, relaksasi, dan psikoterapi psikodinamik. Terapi keluarga juga diterapkan untuk meningkatkan dukungan dari suami dan keluarga. Prognosis pasien bersifat dubia ad bonam, dengan faktor pemberat berupa mekanisme pertahanan ego imatur dan dukungan keluarga yang kurang optimal. Laporan ini menyoroti pentingnya pendekatan holistik dalam manajemen gangguan cemas dan depresi yang melibatkan psikoterapi dan dukungan keluarga selain terapi farmakologi.
NEUROBIOLOGI DAN TATALAKSANA GANGGUAN KOGNITIF PADA SKIZOFRENIA PUTRA, I PUTU RISDIANTO EKA; MARIANTO, MARIANTO
Jurnal Hasil Penelitian dan Pengembangan (JHPP) Vol. 1 No. 3 (2023): Juli
Publisher : Perkumpulan Cendekia Muda Kreatif Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61116/jhpp.v1i3.155

Abstract

Skizofrenia merupakan sebuah gangguan psikiatri yang berat dan kronik yang menyebabkan gejala psikotik dengan penurunan fungsi berat seseorang. Gangguan fungsi kognitif merupakan salah satu gangguan yang nyata terjadi pada orang dengan skizofrenia. Patofisiologi dari skizofrenia bersifat kompleks dan telah dipelajari selama bertahun-tahun dengan banyak faktor yang belum sepenuhnya diketahui walaupun hingga saat ini beberapa faktor yang diduga saling berkaitan yaitu faktor genetik, lingkungan, perkembangan neuron, neurokimia, anatomi, dan sistem imun. Banyak faktor yang dapat mengakibatkan gangguan kognitif pada skizofrenia. Gangguan kognitif diketahui terjadi sebelum onset dari gejala psikotik pertama. Hal ini ada memburuk secara progresif seiring perkembangan skizofrenia. Tatalaksana pasien skizofrenia, mencakup tatalaksana gangguan kognitif juga merupakan rangkaian manajemen demi kelangsungan pasien. Pemberian antipsikotik pada skizofrenia sendiri tidak dapat mengembalikan kondisi kognitif pada pasien Skizofrenia. Pemulihan kondisi kognitif pada pasien skizofrenia sangat penting agar dapat kembali ke fungsi pekerjaan sehari-hari. Remediasi merupakan terapi baku emas untuk gangguan kognitif pada skizofrenia. Hingga saat ini, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai fungsi kognitif pada skizofrenia.
TERAPI PERILAKU KOGNITIF PADA PASIEN LAKI-LAKI DENGAN GANGGUAN CEMAS MENYELURUH DENGAN SERANGAN PANIK: SEBUAH LAPORAN KASUS Putra, I Putu Risdianto Eka; Harianja, Sahat Hamonangan; Aryani, Luh Nyoman Alit; Yuanita, Savitri
HEALTHY : Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan Vol. 4 No. 1 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/healthy.v4i1.4609

Abstract

Generalized Anxiety Disorder (GAD) with panic attacks is a debilitating condition that significantly disrupts daily functioning and quality of life. Cognitive Behavior Therapy (CBT) is an evidence-based intervention known to be effective in treating anxiety-related disorders. This study was a qualitative study with case study appoach using in-dept interview, presenting the treatment process and outcomes of a male patient diagnosed with GAD who frequently experiences panic attacks. The patient underwent structured CBT sessions focusing on cognitive restructuring, exposure techniques, and relaxation strategies. Throughout the treatment, the patient demonstrated a reduction in anxiety symptoms, decreased frequency of panic attacks, and improved coping mechanisms. These findings highlight the effectiveness of CBT in managing GAD with panic attacks and emphasize the importance of an individualized therapeutic approach. This case contributes to the growing body of evidence supporting CBT as a primary treatment modality for anxiety disorders. ABSTRAKGangguan cemas menyeluruh/ Generalized Anxiety Disorder  (GAD) dengan serangan panik adalah kondisi yang melemahkan dan secara signifikan mengganggu fungsi sehari-hari dan kualitas hidup. Terapi Perilaku Kognitif/Cognitive Behavior Therapy (CBT) adalah intervensi berbasis bukti yang dikenal efektif dalam mengobati gangguan terkait kecemasan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan metode wawancara mendalam yang menyajikan proses perawatan dan luaran dari seorang pasien laki-laki yang didiagnosis dengan GAD dan sering mengalami serangan panik. Pasien menjalani sesi CBT terstruktur yang berfokus pada restrukturisasi kognitif, teknik pemaparan, dan strategi relaksasi. Selama perawatan, pasien menunjukkan penurunan gejala kecemasan, penurunan frekuensi serangan panik, dan peningkatan mekanisme koping. Temuan ini menyoroti efektivitas CBT dalam mengelola GAD dengan serangan panik dan menekankan pentingnya pendekatan terapeutik yang individual. Kasus ini berkontribusi pada pengumpulan bukti yang berkembang yang mendukung CBT sebagai modalitas tatalaksana utama untuk gangguan cemas.