Pawestri, Natasya Rahma Dewi
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

AUTOIMMUNE ENCEPHALITIS: DIAGNOSTIC AND TREATMENT APPROACH Hamdani, Ismi Adhanisa; Agustina, Lydia; Sasongko, Hari Andang; Gaharu, Maula Nuruddin; Rachmatullah, Fahmi; Ghufira, Nanda; Stevany, Nabila; Pawestri, Natasya Rahma Dewi; Fatahuddin, Rahaliya Salsabila; Natasya, Natasya
MNJ (Malang Neurology Journal) Vol. 10 No. 2 (2024): July
Publisher : PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia Cabang Malang) - Indonesian Neurological Association Branch of Malang cooperated with Neurology Residency Program, Faculty of Medicine Brawijaya University, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.mnj.2024.010.02.13

Abstract

Autoimmune encephalitis is a type of brain inflammation induced by an inappropriate immune response to a neuronal antigen, resulting in the generation of autoantibodies. Autoimmunity as important cause of encephalitis in recent years has not been much reported in Indonesia. Increased familiarity with autoimmune encephalitis among physician, not only neurologist, is extremely important for early detection. Prompt diagnosis and early immunotherapy leads to better prognosis in this potentially treatable disease, despite a long disease course. Autoimmune encephalitis is characterized by acute-subacute progressive neuropsychiatric symptoms with associated cognitive dysfunction, encephalopathy, psychiatric disorders, movement disorders and seizures, with anti-N-methyl-D-aspartate (NMDA) receptors encephalitis as the most common type. In addition to clinical features, further diagnostic investigations needed are brain magnetic resonance imaging (MRI), electroencephalography (EEG), cerebrospinal fluid (CSF) analysis, and autoantibody testing. Challenges in establishing diagnosis include wide range of clinical symptoms, absence of abnormalities in brain MRI, unspecified EEG findings, negative antibody testing, and limited availability of antibody testing in Indonesia. This literature review discusses the recognition, diagnosis and principle of treatment of autoimmune encephalitis.
Perbandingan Terapi Metformin dan Insulin Pada Pasien Chronic Kidney Disease (Ckd) Pawestri, Natasya Rahma Dewi; Novitasari, Diana
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 (2024): OKTOBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jn.v8i2.23649

Abstract

Diabetes adalah kondisi yang umum dan memiliki dampak signifikan pada berbagai sistem tubuh, dengan sekitar 40% kasus diabetes menjadi lebih rumit dengan Penyakit Ginjal Kronis (CKD). Komplikasi ini termanifestasi melalui ketidaknormalan persisten dalam fungsi ginjal, yang sering kali ditandai dengan peningkatan ekskresi albumin dalam urin atau penurunan Tingkat Filtrasi Glomerulus (GFR). Memahami pengelolaan diabetes dalam konteks CKD sangat penting untuk mengoptimalkan perawatan pasien. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk secara komprehensif mendeskripsikan dan mengevaluasi penggunaan obat antidiabetes oral dan suntikan insulin khususnya pada pasien CKD dengan diabetes. Di antara banyaknya obat antidiabetes yang tersedia, metformin menjadi agen hipoglikemik oral garis depan yang direkomendasikan dalam sebagian besar pedoman diabetes kontemporer. Namun, penggunaannya dikontraindikasikan pada individu dengan GFR kurang dari 30 mL/menit/1,73m² karena kekhawatiran terkait asidosis laktat. Saat ini, tidak ada konsensus standar atau pedoman yang diterima secara luas mengenai penggunaan optimal insulin pada pasien CKD dengan diabetes. Ketidakjelasan dalam bidang ini membutuhkan investigasi komprehensif lebih lanjut dan pemahaman yang lebih dalam tentang interaksi antara diabetes, CKD, dan strategi pengelolaan yang tepat, khususnya dalam penggunaan insulin. Memecahkan ketidakpastian ini sangat penting untuk menyempurnakan protokol perawatan dan memastikan keamanan serta efektivitas pengelolaan diabetes pada individu dengan CKD bersamaan. Oleh karena itu, tinjauan dan analisis mendalam terhadap data yang ada, bersama dengan studi prospektif, sangat diperlukan untuk menetapkan rekomendasi yang terdefinisi dengan baik untuk pengelolaan diabetes pada pasien CKD, terutama dalam penggunaan insulin.