Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KLIEN LSL DENGAN HASIL SKRINING HIV DI UPT PUSKESMAS X KOTA BANDUNG Hazairina, Suzy Eka; Setiawati, Elsa Pudji; Amelia, Indah
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 3, No 3 (2018): Volume 3 Nomor 3 Maret 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.397 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v3i3.17003

Abstract

LSL adalah laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki. Prevalensi HIV pada LSL tertinggi dilaporkan terjadi di Surabaya sebesar 22,1%, Bandung 21,3%, dan Jakarta 19,6%. Jumlah kunjungan klien poli IMS di UPT Puskesmas X dari bulan Januari sampai bulan Oktober 2016 sebanyak 703 orang, 77,81% (547 orang) diantaranya adalah klien LSL. Sebanyak 691 orang melakukan skrining HIV, 538 diantaranya adalah klien LSL dengan hasil HIV positif 99 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik klien  LSL dengan hasil skrining HIV di UPT Puskesmas X. Penelitian ini merupakan penelitian analitik, cross sectional, nonprobability purposive sample. Periode penelitian Januari 2017 sampai Februari 2017. Data dianalisis berdasarkan distribusi karakteristik dan chi-square. Hasil penelitian dari 235 subjek, sebanyak 62 orang menunjukkan hasil skrining HIV positif dan didapatkan hubungan antara pendidikan terakhir (p=0,003), riwayat IMS (p=0,000), peran dalam hubungan seks (p=0,000), dan penggunaan kondom (p=0,000) dengan hasil skrining HIV. Hasil analisis ini merujuk pada hal-hal terkait resiko penularan HIV pada klien LSL di UPT Puskesmas X.Kata kunci: HIV, Karakteristik, LSL, Skrining
Hubungan antara Karakteristik Klinis Pasien Mola Hidatidosa dengan Performa Reproduksi Pascaevakuasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Harjito, Vanessa Natasha; Hidayat, Yudi Mulyana; Amelia, Indah
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 3, No 1 (2017): Volume 3 Nomor 1 September 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.166 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v3i1.13958

Abstract

Pada penderita mola hidatidosa terdapat beberapa karakteristik klinis yang dapat memengaruhi performa reproduksi, yaitu gambaran histopatologi proliferasi berlebih, besar uterus≥20minggu, kadarβ–hCG>100.000mIU/mL, dan kista lutein praevakuasi.Banyak penderita mola hidatidosa merasa khawatir kondisinya dapat memengaruhi fungsi reproduksinya di kemudian hari.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik klinis pasien mola hidatidosa dengan luaran kehamilan pascaevakuasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Penelitan analitik komparatif ini menggunakan desain kohort retrospektif. Subjek penelitian adalah penderita mola hidatidosa di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada periode 1 Januari 2010-31 Desember 2015 yang memenuhi kriteria penerimaan penelitian. Penelitian mencari hubungan antara variabel karakteristik klinis risiko tinggi (gambaran histopatologi proliferasi berlebih, besar uterus, kista lutein, dan kadar β-hCG) dengan variabel luaran kehamilan pascaevakuasi. Analisis data menggunakan uji Eksak Fisher dengan interval kepercayaan 95%.Subjek penelitian berjumlah 51orang, terdapat 28orang berkarakteristik klinis risiko tinggi. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik klinis dan luaran kehamilan pada tipe mola komplit dan mola parsial tidak memiliki perbedaan signifikan(p>0,05). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara gambaran histopatologi proliferasi berlebih, besar uterus, kista lutein, dan kadar β-hCG dengan luaran kehamilan pascaevakuasi(p>0,05). Penelitian ini menyimpulkan tidak terdapat hubungan antara karakteristik klinis pasien mola hidatidosa dengan performa reproduksi pascaevakuasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.Kata kunci: karakteristik klinis risiko rendah, karakteristik klinis risiko tinggi, luaran kehamilan, mola hidatidosa
Gambaran Psikososial pada Pasien Multidrug Resistant Tuberculosis dengan Gangguan Dengar Sensorineural di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Syarifah, Hayati; Amelia, Indah; Anggraeni, Ratna
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 3, No 4 (2018): Volume 3 Nomor 4 Juni 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.376 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v3i4.18494

Abstract

Pasien Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR TB) diterapi dengan obat anti tuberkulosis lini kedua, seperti kanamisin. Kanamisin  bersifat ototoksik, yang menyebabkan pasien berisiko mengalami gangguan dengar sensorineural (SNHL). Gangguan dengar ini dapat memberikan efek terhadap psikososisal seseorang yang menyebabkan keterbatasan dalam mejalankan kehidupan sehari-hari (handicap).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psikososial pada pasien MDR TB dengan gangguan dengar sensorineural di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Metode penelitian ini berupa deskriptif kuantitatif yang dilakukan dari September - Desember 2016. Penelitian dilakukan pada pasien yang berobat di Poli MDR TB RSHS yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek penelitian di wawancara melalui telepon dengan menggunakan kuesioner Hearing Handicap Inventory for Adults (HHIA). Jumlah subjek pada penelitian ini sebanyak 26 responden. Hasil penelitian ini  menunjukkan sebagian besar skor HHIA terhitung rendah, meskipun dengan rentang nilai yang cukup besar (0-48). Sebagian besar responden memiliki SNHL derajat ringan di telinga kiri-kanan (SNHL ringan-ringan).  Responden dengan SNHL ringan-ringan atau ringan-sedang tidak merasakan handicap. Responden dengan SNHL derajat ringan-berat dan sedang-sedang mengalami mild-moderate handicap. Responden dengan SNHL derajat berat-berat mengalami significant handicap. Kesimpulannya, keadaan psikososial pada pasien MDR TB dengan SNHL tergantung dari derajat SNHL yang diderita.Kata Kunci: handicap, MDR TB, psikososial, SNHL
Hubungan Persepsi tentang Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak terhadap Praktik Penggunaan Kontrasepsi pada Wanita Usia Subur Penerima Obat Antiretroviral di Kota Bandung Riska Regia Catur Putri; Zulvayanti Zulvayanti; Panji Fortuna Hadisoemarto; Deni K. Sunjaya; Elsa Pudji Setiawati; Helni Mariani; Indah Amelia
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 29 No 4 (2019)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v29i4.2179

Abstract

Abstract More than 90% of cases of Human Immunodeficiency Virus (HIV) / Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) in children, occur due to transmission from mother to child. Prevention of unwanted pregnancies with contraception in HIV positive women is important strategy to reduce the rate of mother to child HIV/AIDS transmission. The practice of contraceptive use in HIV positive women is strongly influenced by individual beliefs regarding the benefits and effectiveness of contraception for the prevention of mother to child HIV/AIDS transmission. This study aims to determine the relationship of perceptions based on the construct of the Health Belief Model (HBM) wich consists of perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit, perceived barrier, self efficacy, and cues to action and based on pluralistic ignorance on the practice of contraceptive use among woman of childbearing age recipients of antiretroviral in Bandung. The design of this study was quantitative non-experimental with survey methods. Data were collected for one month, using questionnaire from 188 women of childbearing age receiving antiretroviral drughs taken by consecutive sampling (non-probability) technique. Data were analyzed by logistic regression. The results revealed perceived susceptibility is an HBM construct that affects contraceptive use (Adjusted Odds Ratio (AOR):4.5). While knowledge (AOR:7.3) and age (AOR:0.801), emerged as other factors that influence contraceptive use among WUS recipients of antiretroviral in Bandung. The HBM is used to predict contraceptive behavior in women. HIV positive women who believe themselves to be at high risk of infecting HIV/AIDS from mother to child will tend to use contraception, besides that knowledge is the basis for HIV positive women taking action to use contraception. Abstrak Lebih dari 90% kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) pada anak, terjadi akibat penularan dari ibu ke anak. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan dengan kontrasepsi pada wanita HIV positif merupakan strategi penting untuk menurunkan angka penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Praktik penggunaan kontrasepsi oleh wanita HIV positif sangat dipengaruhi oleh keyakinan individu terkait manfaat dan efektivitas kontrasepsi terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi berdasarkan konstruk Health Belief Model (HBM) yang terdiri dari perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit, perceived barrier, self efficacy, dan cues to action serta berdasarkan ketidaktahuan majemuk terhadap praktik penggunaan kontrasepsi pada Wanita Usia Subur (WUS) penerima obat antiretroviral di Kota Bandung. Desain penelitian ini adalah kuantitatif non-experimental dengan metode survei. Data dikumpulkan selama satu bulan, menggunakan kuesioner dari 188 WUS penerima obat antiretroviral yang diambil dengan teknik consecutive sampling (non-probability). Data dianalisis dengan regresi logistik. Hasil penelitian mengungkapkan perceived susceptibility adalah konstruk HBM yang berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi (Adjusted Odds Ratio (AOR):4,5). Sementara pengetahuan (AOR:7,3) dan usia (AOR:0,801) muncul sebagai faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap praktik penggunaan kontrasepsi pada WUS penerima obat antiretroviral di Kota Bandung. HBM digunakan untuk memprediksi perilaku kontrasepsi pada wanita. Wanita HIV positif yang meyakini dirinya berisiko tinggi dapat menularkan HIV/AIDS ke anak, akan cenderung menggunakan kontrasepsi, disamping itu pengetahuan menjadi dasar bagi wanita HIV positif dalam mengambil tindakan untuk menggunakan kontrasepsi.
Mothers Knowledge and Perception of Toddler Growth Monitoring Using iPosyandu Application Ari Indra Susanti; Fedri Ruluwedrata Rinawan; Indah Amelia
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1593.041 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v7i2.3892

Abstract

Growth monitoring of toddler in Indonesia is an essential thing that should be done by a mother using the Child Health Card (Kartu Menuju Sehat/KMS). This card purpose is also to detect the growth interference of a toddler. However, the KMS cannot be directly filled by working mother because sometimes it is not her who takes the toddler to integrated service posts (pos pelayanan terpadu/posyandu). The iPosyandu application is an application that makes it easy for mothers at any time and anywhere to monitor their children growth. The iPosyandu application can be downloaded at Play Store for free. This research aims to see the knowledge and perception of the mothers in growth monitoring of the toddlers using iPosyandu. The descriptive study with cross-sectional approach conducted in October 2017 in Pasawahan Kidul village, Purwakarta regency. The subjects were 81 mothers with toddler recruited using purposive sampling technique. Results showed that 56% of mothers in 20–35 years old group and 42% of mothers with 2–3 children had only moderate knowledge. Thirty-eight percent of mothers 20–35 years old, 25% with 2–3 children and mostly had junior high school education level agreed that iPosyandu is beneficial. In conclusion, mothers who have sufficient knowledge would agree to use iPosyandu to monitor the growth of toddlers. PENGETAHUAN DAN PERSEPSI IBU DALAM MEMANTAU PERTUMBUHAN BALITA MENGGUNAKAN APLIKASI IPOSYANDUPemantauan pertumbuhan balita di Indonesia merupakan hal yang penting dilakukan oleh ibu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang bertujuan mengetahui gangguan pertumbuhan balita secara dini. Akan tetapi, KMS tersebut tidak dapat secara langsung dilihat oleh ibu yang sedang bekerja karena terkadang bukan ibu yang mengantar balita ke posyandu. Oleh karena itu, aplikasi iPosyandu merupakan suatu aplikasi yang memudahkan ibu setiap saat dan di mana pun berada untuk memantau pertumbuhan berat badan balita berdasar atas usia. Aplikasi iPosyandu dapat diunduh pada Play Store secara gratis. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengetahuan dan persepsi ibu dalam memantau pertumbuhan balita menggunakan aplikasi iPosyandu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 pada ibu yang memiliki balita di Desa Pasawahan Kidul, Kabupaten Purwakarta. Subjek penelitian adalah 81 ibu dengan balita yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56% ibu dalam kelompok 20–35 tahun dan 42% ibu dengan 2–3 anak hanya memiliki pengetahuan sedang. Tiga puluh delapan persen ibu berusia 20–35 tahun, 25% dengan 2–3 anak, dan sebagian besar berpendidikan sekolah menengah pertama setuju bahwa iPosyandu bermanfaat. Simpulan, ibu yang memiliki pengetahuan cukup setuju menggunakan iPosyandu untuk memantau pertumbuhan balita.
Evaluation on the Implementation of Rural-Based Program for Undergraduate Medical Student Nita Arisanti; Insi Farisa Desy Arya; Indah Amelia; Kuswandewi Mutyara; Elsa Pudji Setiawati
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (616.175 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v6i2.2986

Abstract

Evaluation of a program is needed to determine whether the program could be implemented and generate inputs to improve the program. The objective of this study was to evaluate the implementation of community-based programs for medical clerkship students in rural areas. This research was a qualitative study using interpretivism paradigm and case study approach. Data collection method was focus group discussions with the head of publichealth center (puskesmas) and preceptor. Data were analyzed through transcription, coding, categorization, and generating theme. The study was conducted from August 2015 to November 2016 in Sukabumi and Cianjur, West Java. Triangulation method and member check were conducted to elicit valid and reliable data. Two focus group discussions were conducted with 11 informants comprises 5 heads of puskesmas and 6 preceptors. There were 7 themes generated from the discussion. The themes were socialized and disseminate the information; collaboration and local government involvement; integration of education and service; encourage lifelong learning; encourage the improvement of performance; skill enhancement; and sustainability. Implementation of community-based medical education curriculum in rural areas has been implemented. Sustainability of the curriculum is needed to contribute to the improvement of community health status.EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DI DAERAH PEDESAAN UNTUK PROGRAM PROFESI DOKTER Evaluasi sebuah program dibutuhkan untuk mengetahui apakah program tersebut dapat dilaksanakan dan mendapatkan masukan yang akan digunakan dalam rangka memperbaiki program. Tujuan penelitian ini adalah melakukan evaluasi pelaksanaan program pendidikan kedokteran berbasis daerah pedesaan untuk mahasiswa profesi dokter. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan paradigma interpretivism dan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan diskusi kelompok terarah kepada kepala puskesmas dan preseptor lapangan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus 2015 sampai November 2016 di Sukabumi dan Cianjur, Jawa Barat. Analisis data hasil wawancara dilakukan melalui proses transkripsi, koding, kategorisasi, dan penyusunan tema. Triangulasi dan member check dilakukan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel. Dua diskusi kelompok terarah dilakukan kepada 11 informan yang terdiri atas 5 orang kepala puskesmas dan 6 orang preseptor. Berdasar atas hasil diskusi didapatkan 7 tema dalam evaluasi kurikulum pendidikan, yaitu sosialisasi dan diseminasi informasi; kolaborasi dan keterlibatan pemerintah setempat; integrasi pendidikan dan pelayanan; mendorong pembelajaran sepanjang hayat; mendorong peningkatan kinerja staf; pemahiran keterampilan; serta keberlanjutan. Pelaksanaan kurikulum pendidikan kedokteran berbasis komunitas di daerah pedesaan telah dilakukan dengan baik, hal ini terlihat dari beberapa manfaat yang dikemukakan oleh informan. Agar implementasi kurikulum ini memberikan hasil yang lebih baik untuk masyarakat dibutuhkan keberlanjutan program.
Penggunaan Mobile Apps Kesehatan oleh Kader Pada Anjungan Mandiri Posyandu (AMP) Di Kecamatan Pasawahan, Purwakarta Ari Indra Susanti; Fedri Ruluwedrata Rinawan; Indah Amelia
Jurnal Kesehatan Vokasional Vol 4, No 1 (2019): February
Publisher : Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.466 KB) | DOI: 10.22146/jkesvo.35835

Abstract

Background: Government needs community empowerment especially in Posyandu activity to improve health degree in Indonesia. Posyandu is the spearhead in maternal and child health services. Therefore, the cadre is a driver in Posyandu activities so that innovation is needed for an application to assist the task of cadres in reporting and recording of maternal and child health data.Objective: This study aims to determine the linkage of government policy in the use of mobile application apps by cadres on Anjungan Mandiri Posyandu (AMP).Method: The research method used is qualitative with case study approach. This research was conducted on active cadre in Posyandu of Pasawahan Village Kidul Subdistrict of Pasawahan Purwakarta Regency on May to July 2017. The data was collected by Focus Group Discussion (FGD) on 15 cadres. Sampling technique using purposive sampling. Results: The results of this study found that the recording and reporting of data in the form of Posyandu Information System (SIP) by cadres using AMP.Conclusion: It can be concluded in this research that with the application of mobile apps health on AMP can assist duty cadre in recording and reporting data to health center. Therefore, government policies are needed in the use of AMP for Posyandu in Indonesia.Keywords: Anjungan Mandiri Posyandu, Policy, Mobile Apps
PEKA BHD: Pelatihan Unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk Aksi Bantuan Hidup Dasar di Universitas Padjadjaran Matthew Prima Haratua Simandjuntak; Angelica Jovita Ciptady; Paulus Chandra; Fajwa Fikla Fachrina; Indah Amelia
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 8 (2024): Volume 7 No 8 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i8.15255

Abstract

ABSTRAK Bystander Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) sebagai salah satu bentuk Bantuan Hidup Dasar (BHD) telah terbukti dapat menurunkan risiko kerusakan otak dan meningkatkan peluang bertahan hidup pada Out of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) atau henti jantung hingga 2-3 kali lipat. Maka dari itu, pemahaman yang baik akan BHD secara luas, sangat berpotensi untuk meningkatkan kemungkinan bertahan hidup penderita OHCA. Pemahaman mengenai BHD dari pihak-pihak seperti anggota keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang secara rutin berada pada kegiatan kerumunan masih jauh dari optimal. Maka dari itu, diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan BHD bagi pihak K3 sehingga upaya peningkatan peluang hidup OHCA melalui BHD dapat menjadi optimal. Meningkatkan pengetahuan teoritis dan praktis terkait dengan BHD secara menarik dan mudah dimengerti, sehingga dapat menjadi percontohan untuk pertimbangan dilaksanakannya kegiatan edukasi secara rutin oleh pihak UNPAD bagi anggota K3. Kegiatan pelatihan yang mencakup edukasi, senam jantung, serta workshop dengan pengukuran evaluasi untuk pemahaman teoritis serta evaluasi keterampilan BHD untuk mengukur pemahaman praktis sasaran. Pengumpulan respons peserta juga akan dilakukan sebagai evaluasi bentuk kegiatan. Kegiatan PEKA-BHD berhasil meningkatkan pemahaman teoritis peserta terkait bantuan hidup dasar secara signifikan sebanyak 54,43% dan setiap peserta berhasil mengimplementasikan pemahaman secara praktis. Kegiatan ini juga mendapatkan respons sangat baik dari peserta dengan 96,7% peserta sangat puas dan 96,7% merasa kegiatan sangat berguna. Sebagai tindak lanjut kegiatan, 90% peserta merekomendasikan kegiatan untuk dilakukan secara berkelanjutan. Kegiatan pelatihan bantuan hidup dasar pada unit keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Universitas Padjadjaran melalui PEKA-BHD berhasil meningkatkan keterampilan peserta baik secara teoritis maupun secara praktis dalam melakukan bantuan hidup dasar. Kata Kunci: Pelatihan, Edukasi, Bantuan Hidup Dasar, Keselamatan dan Kesehatan Kerja ABSTRACT Bystander Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) as a form of Basic Life Support (BLS) has been proven to reduce the risk of brain damage and increase the chances of survival in Out of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) by 2-3 times. Therefore, a good understanding of BLS in general has the potential to increase the chances of survival of OHCA sufferers. Understanding of BLS from parties such as members of occupational safety and health unit or also known as K3 who are routinely involved in crowd activities is still far from optimal. Therefore, efforts are needed to improve the understanding and skills of BLS for K3 parties so that efforts to increase the life chances of OHCA through BLS can be optimal. Increase theoretical and practical knowledge related to BLS in an interesting and easy to understand manner, so that it can become a model for considering the implementation of routine educational activities by UNPAD for K3 members. Training activities include education, cardiovascular exercise, and workshops with evaluation measurements for theoretical understanding as well as evaluation of BLS skills to measure practical understanding of targets. Collecting participant responses will also be carried out as an evaluation of the form of activity. PEKA-BHD activities succeeded in increasing participants' theoretical understanding regarding basic life support significantly by 54.43% and each participant succeeded in implementing the understanding practically. This activity also received a very good response from participants with 96.7% of participants very satisfied and 96.7% finding the activity very useful. As a follow-up activity, 90% of participants recommended these activities to be carried out sustainably. Basic life support training activities at the occupational safety and health unit or K3 at Padjadjaran University through PEKA-BHD succeeded in improving participants' skills both theoretically and practically in carrying out basic life support. Keywords: Training, Education, Basic Life Support, Occupational Safety and Health