Dina Poerwoningsih
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Merdeka Malang

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

FASILITAS UNTUK PEDESTRIAN ANAK-ANAK DALAM PERSIAPAN SISTEM ZONASI PPDB DI INDONESIA. Winansih, Erna; Poerwoningsih, Dina; Jati, Razqyan Mas Bimatyugra
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol 21, No 1 (2020): Maret 2020
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.31 KB) | DOI: 10.26905/mj.v21i1.4055

Abstract

ABSTRAK Sistem zonasi atau pengaturan proses penerimaan siswa baru sesuai wilayah tempat tinggal tampaknya menjadi pilihan yang dipertahankan dalam beberapa tahun mendatang. Dampak dari pemberlakuan sistem tersebut adalah jarak tempuh sekolah yang semakin dekat, sehingga dapat berkontribusi pula pada berkurangnya kepadatan transportasi kota. Sekolah yang berada dalam radius permukiman perkotaan memiliki tantangan tersendiri. Alasan pemerintah dalam keputusan sistem Zonasi salah satunya adalah memberikan akomodasi siswa prestasi dan tidak mampu, semestinya bisa didukung oleh upaya peningkatan sarana prasarana siswa sekolah khususnya pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Kebijakan sistem zonasi dapat menjadi faktor pendukung dalam rangka mewujudkan Kota Ramah Anak (Children Friendly Cities atau CFC). Salah satunya dengan memfasilitasi kebutuhan pejalan kaki anak-anak (pedestrian way for kids) di lingkungan perkotaan. Tulisan ini bermaksud memaparkan beberapa gagasan pedestrian way yang ramah anak di lingkungan perkotaan. Metode yang digunakan adalah mereview beberapa referensi peraturan, pengalaman praktis dan jurnal penelitian yang terkait dengan pedestrian way for kids. Permukiman perkotaan yang berada pada radius sekolah di pusat kota perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pengaturan dan penyelenggaraan fasilitas bagi pedestrian anak-anak yang menjadi sasaran siswa sekolah. Tulisan ini menekankan pembahasan pada dua atribut penting yang sesuai dengan kondisi di Indonesia yaitu: pertama adalah atribut ketersediaan ruang bagi pejalan kaki anak-anak serta kedua adalah atribut karakter bermain anak-anak.   Keywords: pejalan kaki anak-anak, pedestrian way for kids, sistem zonasi PPDB, kota ramah anak ABSTRACT The regulation of zoning system as an admission process according to the area of ​​residence seems to be a choice that is maintained in the coming years. The impact of the implementation of the system is the school distance that is getting closer, so that it can also contribute to the reduction in urban transportation density. Schools that are within the radius of urban settlements have their own challenges. One reason for the government in the decision of the Zoning system is that one of them is to provide accommodation for students who are not able to afford, and should be able to be supported by efforts to improve the infrastructure of school students, especially at primary and secondary education levels. Zoning system policies can be a supporting factor in realizing Child Friendly Cities (CFC). One of them is by facilitating the needs of pedestrian way for kids in urban environments. This paper intends to explain some ideas of child-friendly pedestrian way in an urban environment. The method used is to review some regulatory references, practical experience and research journals related to pedestrian way for kids. Urban settlements within the school radius in the city center need special attention in the arrangement and administration of facilities for children pedestrian who are targeted by school students. This paper emphasizes the discussion on two important attributes that are in accordance with the conditions in Indonesia, namely: first is the attribute of space availability for children pedestrians and second is the attribute of children's play characters.   Keywords: children pedestrian, pedestrian way for kids, PPDB zoning system, child friendly cityDOI: https://doi.org/10.26905/mj.v21i1.4055
IDENTIFICATION OF THE PHILOSOPHY, TRADITIONS AND THE CONCEPT OF ISLAMIC EDUCATION AND ITS IMPLEMENTATION IN THE DESIGN OF ARCHITECTURE Izzuddin, Achmad; Poerwoningsih, Dina
International Conferences SDGs 2030 Challenges and Solutions Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : International Conferences SDGs 2030 Challenges and Solutions

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (884.741 KB)

Abstract

Education in Islam plays an important role in the progress of a nation. Through basic education the transformation of philosophy and tradition, Islam developed into a concept in life. The concept of education in Indonesia is supposed to accommodate the values of Islam that became the basis of the life of most of the Indonesian nation. The main tradition of education in Islam Al-Qur'an and Al-Hadith emphasizes on akhlaqul Karimah which originated from informal education from mosque activities or surau and in its development became a pesantren. In its development in line with the advancement of the era and the demands of the government curriculum, pesantren developed into a formal educational institution in the form of madrassas that adhered to the philosophy, traditions and concepts of Islamic education. Implementation of these developments is the demand of educational activities based on general education and religion that have different characteristics to the needs of specific facilities architecturally. For example is the need for space for teaching the science of religion more than just a mosque. This paper aims to explore the philosophy, traditions and concepts of Islamic education through the study of a number of references that are expected to contribute to the sustainability of Islamic values in education in Indonesia. This paper also tries to link it to several examples of the implementation of Islamic values in spatial and architectural concepts.
PLANNING PREFABRICATED HOMES USING THE FASTER, BETTER, CHEAPER CONCEPT Agung, Devie; Tutuko, Pindo; Budiyanto, Hery; Poerwoningsih, Dina
International Conferences SDGs 2030 Challenges and Solutions Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : International Conferences SDGs 2030 Challenges and Solutions

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5154.72 KB)

Abstract

Prefabrication as a technology that has long been used in Europe, have a big potential to help fulfill the housing backlog in Indonesia. Project time and cost efficiency along with multiple other benefits have proven that prefabrication system is a valid alternative to the conventional construction system. One of the biggest problem delaying the implementation was the perception of construction practitioners and home buyers about the structural and visual quality, and a prefabricated home owners’satisfaction when compared to a conventionally built home owners’. Faster, Better, Cheaper concept may be the guide to planning a house building project that can be finished faster, be more cost efficient, while achieving higher user satisfaction.
PELUANG DAN TANTANGAN ARSITEKTUR DALAM INDIKATOR TEMATIK BUDAYA, AGENDA 2030 Dina Poerwoningsih; Imam Santoso
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol 20, No 1 (2019): Maret 2019
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.567 KB) | DOI: 10.26905/mj.v20i1.3772

Abstract

Tulisan ini dimaksudkan untuk melihat peluang dan tantangan arsitektur di era SDGs-2030 ini. Salah satunya dengan pendekatan keterkaitan dan hubungan arsitektur dan budaya. Salah satu alasan eksternal adalah baru di era SDGs-2030 inilah budaya mendapatkan pengakuan dan tempat sebagai penentu perubahan dunia. Hidup di dunia yang terglobalisasi adalah sebuah keniscayaan, oleh karenanya diperlukan pola pikir global dalammenghadapi tantangan dan realitas global tersebut. Demikian pula semestinya dalam cara dan pola pikir kita pelaku akademis dan praktisi bidang arsitektur di era tersebut. Tulisan ini bertujuan menyampaikan eksistensi peluang dan tantangan arsitektur di era SDGs-2030 khusunya dalam tema budaya. Strategi yang dilakukan adalah membaca peluang dalam isu-isu utama Agenda 2030 yang tertuang dalam sebuah konvensi Culture 2030 Indicator. Penelitian yang mendukung tulisan ini bersifat deskriptif eksploratif. Sejumlah 22 poin konvensi dalam tema budaya yang terdapat pada 4 isu utama Agenda 2030 digunakan sebagai alat utama analisis. Sementara itu klasifikasi bidang atau kegiatan arsitektur diperlukan untuk melihat bobot peluang dan tantangan yang berbeda-beda. Analisis dilakukan secara interpretatif terhadap setiap poin konvensi dalam keterkaitannya dengan setiap klas kegiatan arsitektur. DOI: https://doi.org/10.26905/mj.v20i1.3772
EDITORIAL: Walkabilty sebagai Topik Seksi SDG’s 2030 Dina Poerwoningsih
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol 21, No 1 (2020): Maret 2020
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.679 KB) | DOI: 10.26905/mj.v21i1.4414

Abstract

Sektor perkotaan saat ini menunjukkan fenomena ruang kota yang tidak memberikan layanan memadai bagi pedestrian, sementara kebutuhan pemenuhan aktifitas berjalan semakin tinggi. Kepadatan manusia yang semakin tinggi diikuti interaksi antar manusia yang semakin tinggi menantang kota untuk lebih menjanjikan masyarakat lebih nyaman dan mudah berjalan kaki. Walkability menjadi ukuran keramahan sebuah kota, menjadi ukuran kota yang layak ditinggali, yang menjadikan warga lebih bahagia dan sehat, hingga mendukung keberlanjutan sebuah kota. Walkability menjadi topik riset yang "seksi" setidaknya telah menjadikannya salah satu indikator dalam penilaian keberlanjutan sebuah kota menurut 2030-Sustainable Devevelopment Goals. Walkability sangat melekat dengan pedestrian (pejalan kaki) dan pedestrian way (jalur pejalan kaki). Kota-kota di negara maju dengan indeks kesejahteraan tinggi  terbukti lebih siap merencanakan dan mengembangkan sarana bagi pedestrian yang terintegrasi dengan transportasi aktif lainnya termasuk berkendaraan dan bersepeda. Walkability saat ini semakin populer melalui tema-tema penelitian yang menghubungkannya dengan aspek ekonomi seperti nilai property pada perumahan/real estate, aspek sosial seperti tingkat kejahatan, tingkat kreativitas dan tingkat demokratis sebuah kota, hingga tingkat kesehatan masyarakat.DOI: https://doi.org/10.26905/mj.v21i1.4414
KONSEP HUNIAN ADAPTIF SEBAGAI UPAYA PENANGANAN RUMAH TINGGAL TIDAK LAYAK HUNI TERHADAP RESISTENSI PENYAKIT INFEKSI Septi Dwi Cahyani; Dina Poerwoningsih; Erlina Laksmiani Wahjutami
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol 20, No 2 (2019): September 2019
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.585 KB) | DOI: 10.26905/mj.v20i2.3800

Abstract

Isu kesehatan lingkungan menjadi hal yang penting untuk diteliti sebagai keberlanjutan topik di bidang Arsitektur Lingkungan. Kejadian penyakit merupakan hasil hubungan interaktif antara manusia dengan perilaku dan lingkungan yang berpotensi penyakit. Kontak tersering dari aktivitas berhuni manusia terjadi pada hunian mereka. Penyakit Infeksi sebagai kategori penyakit menular ditemukan memiliki tingkat prevalensi dengan keadaan Rumah Tinggal Tidak Layak Huni. Ketika lingkungan hunian tercemar, agen pembawa Penyakit Infeksi akan dengan mudah masuk dan menyerang saat sistem kekebalan tubuh manusia turun (melalui sistem pernapasan, sistem pencernaan, dan permukaan kulit). Rumah tinggal yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan memudahkan jalan media penularan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan model konseptual hunian yang secara adaptif mampu meminimalisir permasalahan Penyakit Infeksi ISPA, Diare, Pneumonia, dan TB Paru (sebagai jenis Penyakit Infeksi dengan jumlah mayoritas di Kota Malang dan prioritas Indonesia) pada kondisi Rumah Tinggal Tidak Layak Huni di Kota Malang. Metode penelitian menggunakan rancangan kualitatif eksplanatoris. Studi dilakukan sebagai bentuk kajian content analysis dari data literatur jurnal kesehatan. Hasil penelitian ini dijadikan pijakan awal sebagai upaya pengembangan formulasi model konseptual hunian adaptif terhadap prevalensi Penyakit Infeksi. DOI: https://doi.org/10.26905/mj.v20i2.3800
KONSEP BIOREGION DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA LANSEKAP ARSITEKTUR NUSANTARA Dina Poerwoningsih; Imam Santoso; Erlina Laksmiani Wahjutami
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol 19, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.352 KB) | DOI: 10.26905/mj.v19i2.3219

Abstract

Sumberdaya lansekap di Indonesia sangat kaya, beragam dan bernilai baik secara ekonomi sosial dan budaya. Keunikan dan keragamannya membutuhkan model pengelolaan yang tepat berbasis pada data dan keterlibatan stakeholder yang dilakukan secara terus menerus. Salah satunya adalah model pengelolaan lansekap alam dan budaya di komunitas atau kampung adat. Terdapat konsep hubungan yang sangat kuat antara manusia/masyarakat lokal dengan lingkungan alam dan budayanya. Oleh karenanya sudah seharusnya dilakukan upaya pengelolaan kampung adat termasuk lansekap ruangnya dalam cara pandang tersebut. Konsep dalam bidang pengelolaan sumberdaya lingkungan yang diangkat dalam tulisan ini adalah Konsep Bioregion. Tulisan ini dimaksudkan mengeksplorasi entitas-entitas lansekap arsitektur yang bersesuaian dengan Konsep Bioregion dalam pembahasan yang bersifat interdisipliner. Tulisan ini disusun dalam dua sub tema pembahasan yaitu (1) aspek-aspek permasalahan ruang dan lansekap arsitektur Nusantara dan (2) aspek-aspek dan permasalahan Bioregional yang terkait. Pembahasan lebih lanjut diharapkan menjadi peluang dalam studi arsitektur lansekap  yang mendukung terwujudnya model pengelolaan lansekap kampung adat di Indonesia. Dalam bidang arsitektur, kampung adat lebih banyak dibahas sebagai entitas rumah atau bangunan, permukiman atau ruang luar mikro diantara bangunan. Tulisan ini berupaya mempertegas posisi lansekap  kampung adat sebagai bagian dari ruang arsitektur. Beberapa metode perencanaan lansekap  berkelanjutan yang telah dikembangkan secara eksplisit memasukkan perspektif ekologi lansekap di dalamnya. Tren lansekap  berkelanjutan tersebut seharusnya menjadi motivasi untuk memposisikan lansekap kampung adat sebagai aset atau sumberdaya lingkungan. Pembahasan dalam tulisan ini menegaskan beberapa gagasan pengelolaan lansekap  kampung adat dalam upaya konservasi arsitektur Nusantara yaitu (1) tesis adanya konsep boregion dalam substansi kearifan lokal lansekap arsitektur Nusantara dan (2) fleksibilitas skala ruang bioregional. DOI: https://doi.org/10.26905/mj.v19i2.3219
FASILITAS UNTUK PEDESTRIAN ANAK-ANAK DALAM PERSIAPAN SISTEM ZONASI PPDB DI INDONESIA. Erna Winansih; Dina Poerwoningsih; Razqyan Mas Bimatyugra Jati
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol 21, No 1 (2020): Maret 2020
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.31 KB) | DOI: 10.26905/mj.v21i1.4055

Abstract

ABSTRAK Sistem zonasi atau pengaturan proses penerimaan siswa baru sesuai wilayah tempat tinggal tampaknya menjadi pilihan yang dipertahankan dalam beberapa tahun mendatang. Dampak dari pemberlakuan sistem tersebut adalah jarak tempuh sekolah yang semakin dekat, sehingga dapat berkontribusi pula pada berkurangnya kepadatan transportasi kota. Sekolah yang berada dalam radius permukiman perkotaan memiliki tantangan tersendiri. Alasan pemerintah dalam keputusan sistem Zonasi salah satunya adalah memberikan akomodasi siswa prestasi dan tidak mampu, semestinya bisa didukung oleh upaya peningkatan sarana prasarana siswa sekolah khususnya pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Kebijakan sistem zonasi dapat menjadi faktor pendukung dalam rangka mewujudkan Kota Ramah Anak (Children Friendly Cities atau CFC). Salah satunya dengan memfasilitasi kebutuhan pejalan kaki anak-anak (pedestrian way for kids) di lingkungan perkotaan. Tulisan ini bermaksud memaparkan beberapa gagasan pedestrian way yang ramah anak di lingkungan perkotaan. Metode yang digunakan adalah mereview beberapa referensi peraturan, pengalaman praktis dan jurnal penelitian yang terkait dengan pedestrian way for kids. Permukiman perkotaan yang berada pada radius sekolah di pusat kota perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pengaturan dan penyelenggaraan fasilitas bagi pedestrian anak-anak yang menjadi sasaran siswa sekolah. Tulisan ini menekankan pembahasan pada dua atribut penting yang sesuai dengan kondisi di Indonesia yaitu: pertama adalah atribut ketersediaan ruang bagi pejalan kaki anak-anak serta kedua adalah atribut karakter bermain anak-anak.   Keywords: pejalan kaki anak-anak, pedestrian way for kids, sistem zonasi PPDB, kota ramah anak ABSTRACT The regulation of zoning system as an admission process according to the area of ​​residence seems to be a choice that is maintained in the coming years. The impact of the implementation of the system is the school distance that is getting closer, so that it can also contribute to the reduction in urban transportation density. Schools that are within the radius of urban settlements have their own challenges. One reason for the government in the decision of the Zoning system is that one of them is to provide accommodation for students who are not able to afford, and should be able to be supported by efforts to improve the infrastructure of school students, especially at primary and secondary education levels. Zoning system policies can be a supporting factor in realizing Child Friendly Cities (CFC). One of them is by facilitating the needs of pedestrian way for kids in urban environments. This paper intends to explain some ideas of child-friendly pedestrian way in an urban environment. The method used is to review some regulatory references, practical experience and research journals related to pedestrian way for kids. Urban settlements within the school radius in the city center need special attention in the arrangement and administration of facilities for children pedestrian who are targeted by school students. This paper emphasizes the discussion on two important attributes that are in accordance with the conditions in Indonesia, namely: first is the attribute of space availability for children pedestrians and second is the attribute of children's play characters.   Keywords: children pedestrian, pedestrian way for kids, PPDB zoning system, child friendly cityDOI: https://doi.org/10.26905/mj.v21i1.4055
BANGUNAN “SEMI VERTIKAL” DI KAWASAN DINDING BENTENG KRATON YOGYAKARTA. KAJIAN ASPEK VERNAKULAR DALAM PELESTARIAN SETING BANGUNAN DAN KAWASAN Dina Poerwoningsih
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol 18, No 2 (2017): September 2017
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.441 KB) | DOI: 10.26905/mintakat.v18i2.1539

Abstract

Benteng Kraton Yogyakarta merupakan salah satu elemen pembentuk struktur kota tradisional Yogyakarta disamping Kraton, Tamansari, dan Dalem. Seperti halnya permasalahan kota-kota yang bernilai historis lainnya, isu-isu preservasi dan konservasi menjadi salah satu wacana dalam menyikapi pertumbuhan dan perkembangan kota. Secara visual dan fisik, saat ini Benteng Kraton Yogyakarta hanya tersisa kurang dari seperempat bagian saja. Selebihnya dan sebagian besar kini menjadi area hunian bagi sebuah komunitas masyarakat Yogyakarta. Kondisi benteng saat ini  sangat memperlihatkan karakter kontemporer suatu lingkungan urban. Seperti halnya Tamansari yang telah mengalami perubahan fisik jauh lebih awal, Benteng Kraton dapat diprediksi akan mengalami hal yang sama. Lingkungan Kraton Yogyakarta dengan keberadaan monumen bersejarahan di dalamnya menuntut upaya pemeliharaan, di sisi lain kebutuhan masyarakat warga lingkungan Kraton menuntut pemenuhan yang tidak sejalan dengan upaya pemeliharaan tersebut. Salah satu upaya Kraton untuk melestarikan eksistensi Benteng Kraton sebagai bangunan bernilai sejarah adalah diaturnya ketinggian bangunan di kawasan Kraton yang tidak melebihi tinggi Bangunan Kraton. Kondisi yang ada saat ini menunjukkan adanya kecenderungan untuk mengabaikan aturan tersebut untuk alasan-alasan pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan masyarakat kawasan. Diperlukan  suatu pemahaman dan upaya-upaya kompromi yang dapat  menghubungkannya. Upaya revitalisasi merupakan salah satu pendekatan yang dipandang paling optimal. Mendukung upaya revitalisasi tersebut, memahami bagaimana suatu komunitas hidup dalam suatu urban heritage menjadi sangat penting. Bangunan ”Semi Vertikal” merupakan  salah satu fenomena-vernakular yang dilakukan masyarakat dalam rangka mengapresiasi aturan Kraton. Tulisan ini ditujukan untuk memaparkan fenomena ”istimewa” tersebut. DOI: https://doi.org/10.26905/mintakat.v18i2.1539
EDITORIAL INTRODUCTION Sustainable Development Goals 2030: Challenges and Its Solutions Diana Zuhroh; Dina Poerwoningsih; Pindo Tutuko; Sari Yuniarti
International Conferences SDGs 2030 Challenges and Solutions Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : International Conferences SDGs 2030 Challenges and Solutions

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.037 KB)

Abstract

According to United Nations Development Programme, the SustainableDevelopment Goals (SDGs), otherwise known as the Global Goals, are auniversal call to action to end poverty, protect the planet and ensure that allpeople enjoy peace and prosperity. The goals listed in Sustainable DevelopmentGoals 2030 (SDGs) are an action plan for people, the planet and prosperity. It alsoseeks to strengthen universal peace in greater freedom. We are all aware thateradicating poverty in all its forms and dimensions, including extreme poverty,is the greatest global challenge and the indispensable requirement for sustainabledevelopment (Transforming our world: the 2030 Agenda for SustainableDevelopment). Under the agenda, all countries and all stakeholders, acting incollaborative partnerships, will implement the plan. On the agenda it wasdecided to free humanity from the tyranny of poverty and desire and to heal andsecure our planet. Furthermore, 17 Goals of SDGs seek to build the MillenniumDevelopment Goals and resolve what is not achieved, which is to achieve allhuman rights and to achieve gender equality and empowerment of all womenand girls. It should be integrated and inseparable and balancing the threedimensions of sustainable development: economic, social and environmental.