Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Citra Perempuan dalam Kumpulan Cerpen Perempuan karya Mochtar Lubis Sebagai Alternatif Bahan Ajar Cerita Pendek di SMA Sumarni, Sumarni; Wardianto, Bayu Suta; Kurniawan, Heru; Fadilah, Nurmilah
Kibas Cenderawasih Vol. 19 No. 2 (2022): Kibas Cenderawasih, October 2022
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/kc.v19i2.324

Abstract

Women and literary works are inseparable unity. This is where the study of feminism in literary works oriented towards the state of women in literature was born. This study describes aspects of women's image contained in the group of women's short stories by Mochtar Lubis. The method applied to this study is qualitatively decisriptive. Data in research is analyzed by applying content analysis techniques, data collection processes applying library techniques, reading techniques, and recording techniques. The results and findings of the study are four forms of female imagery, namely: (1) physical image, (2) psychic image, (3) family image, and (4) community image. In addition, Mochtar Lubis's women's short story collection book can also be used as an alternative teaching material in short story learning which in the revised edition of the 2013 curriculum is contained in K.D. 3.8 about identifying the value of life contained in short stories and K.D. 3.9 about analyzing elements of short story builders by making the short story collection book as an increase in the wealth of short stories used in learning.
Latar Sosial Budaya dalam Tiga Cerpen dalam Kumpulan Cerpen Kumpulan Budak Setan Fadilah, Nurmilah; Zulyeno, Bastian
Imajeri: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 7 No. 2 (2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/imajeri.v7i2.14404

Abstract

Penghadiran benda gaib dalam cerpen “Jimat Sero” karya Eka Kurniawan, “Goyang Penasaran” karya Intan Paramaditha, dan “Topeng Darah” karya Ugoran Prasad menunjukkan latar sosial budaya masyarakat yang masih terpengaruh dengan kepercayaan tradisional. Sehingga, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengungkapkan pengaruh benda gaib terhadap latar sosial dan budaya masyarakat yang masih terpengaruh dengan kondisi tradisional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data baca dan catat yang ditindaklanjuti dengan analisis data untuk memperjelas data-data yang mengungkap latar sosial dan budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kepercayaan masyarakat masih terpengaruh dengan sistem kepercayaan tradisional atau dinamisme seperti menggunakan benda gaib untuk mencapai tujuan sehingga menyebabkan adanya dampak negatif seperti pelanggaran norma dan menimbulkan sanksi bagi penggunanya. Dari dampak negatif tersebut menunjukkan adanya objektifikasi perempuan yang dijadikan tumbal atas penggunaan benda gaib. Ketiga cerpen tersebut menunjukkan kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang terpengaruh dengan benda gaib hanya merasakan kesenangan sementara.
DINAMIKA HEGEMONI BUDAYA DALAM FILM HUMBA DREAMS KARYA RIRI RIZA Fadilah, Nurmilah; Rusdiarti, Suma Riella
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 9, No 1 (2025): April
Publisher : Universitas Batanghari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/aksara.v9i1.1019

Abstract

The film Humba Dreams directed by Riri Riza in 2019 is a drama genre with a duration of 75 minutes raising cultural wealth, natural beauty, and social conflicts found in Sumba society. The film shows the cultural instability caused by Martin returning from the city and the social problems faced by Sumbanese people regarding human trafficking. The existence of cultural instability shows the dynamics of cultural hegemony. This study aims to reveal the level of integral, degenerate, and minimum cultural hegemony contained in the film Humba Dreams (2019). By using qualitative methods to reveal cinematographic elements as signs that indicate the dynamics of cultural hegemony with Pierce's semiotic theory. The researcher divided the sequence of events of the film into 63 sequences to assist in analyzing the data which was then calcified based on the level of hegemony of Gramsci, with the following results: ideal hegemony in Waingapu society, Sumba there were 9 sequences, degenerate hegemony which showed social criticism there were 5 sequences, and Martin character's awareness of ideal hegemony there were 2 sequences. The practice of cultural hegemony contained in Riri Riza's Humba Dreams (2019) is shown in the form of power that applies values and customs based on ancestral heritage, so that it can be interpreted as signs and symbols. The practice of cultural hegemony experiences dynamics, especially in Martin's character
Pemberontakan Tokoh Kiran terhadap Dogma Agama dalam Novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! Karya Dahlan Fadilah, Nurmilah; Bastian Zulyeno
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Vol. 10 No. 4 (2024)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/onoma.v10i4.4427

Abstract

Perasaan absurditas dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! (2023) karya Muhidin M. Dahlan dialami oleh tokoh Kiran akibat kegagalannya untuk mendekatan diri kepada Tuhan dengan mengikuti organisasi Islam. Penelitian ini berfokus untuk mengungkapkan perwujudan absurditas yang dialami oleh tokoh Kiran dan pemberontakan tokoh Kiran terhadap dogma agama. Tujuan utama dari penelitian ini untuk mengidentifikasi pemberontakan yang dilakukan tokoh kiran untuk mendapatkan kebebasan atas batinnya yang terkurung dalam kenyataan yang tidak sesuai dengan kesempurnaan yang diidamkan. Melalui pendekatan kualitatif dengan kajian absurditas Camus, penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis dengan teknik pengumpulan data simak, baca, dan catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perwujudan absurditas tokoh Kiran berupa perasaan kegagalan, penderitaan, keterasingan, pertentangan, kecemasan. Tokoh Kiran untuk mendapatkan kebebasan atas batinnya yang terkurung dalam kenyataan yang tidak sesuai dengan kesempurnaan yang diidamkan dengan melakukan pemberontakan metafisik dan historis. Dalam pemberontakan metafisik mengarah pada tindakan tokoh Kiran untuk menentang kondisi hidupnya dengan penolakan terhadap takdir dan pengingkaran moral. Sedangkan, pemberontakan historis mengarah pada penggantian nilai-nilai agama dengan nilai-nilai yang sesuai dengan penalarannya, sehingga tokoh Kiran melenyapkan keyakinannya terhadap Tuhan