Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hubungan Faktor Pemungkin dengan Minat Kunjungan Ulang Pasien Pemeriksaan Radiologi Konvensional di Instalasi Radiologi : Relationship of Possible Factors with Interest in Revisit of Conventional Radiological Examination Patients in Radiology Installations Hidayati, Alpha Olivia; Panu, Fadhillah S.; Zubad, Muhammad
Jurnal Kesmas Untika Luwuk : Public Health Journal Vol. 15 No. 1 (2024): Jurnal Kesmas Untika Luwuk: Public Health Journal
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51888/phj.v15i1.225

Abstract

Standar pelayanan minimal (SPM) digunakan sebagai tolak ukur standar mutu pelayanan di rumah sakit. Hal ini akan mempengaruhi pasien untuk melakukan kunjungan ulang. Salah satu faktor yang mempengaruhi minat kunjungan ulang adalah faktor pemungkin yang terdiri dari pelayanan, fasilitas dan lokasi. Berdasarkan capaian indikator mutu radiologi dengan kategori angka ketidaklengkapan klinis pada permintaan pemeriksaan radiologi konvensional tanpa kontras sebesar 16,57%, hal tersebut belum mencapai skor standar yang ditetapkan yaitu 0% selain itu jumlah kunjungan pasien pemeriksaan radiologi konvensional di Instalasi  Radiologi RSUD Pandan Arang Boyolali pada bulan April 2023 mengalami penurunan sebesar 31,8%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara faktor pemungkin dengan minat kunjungan ulang pasien pemeriksaan radiologi konvensional di instalasi radiologi RSUD Pandan Arang Boyolali. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif observasional analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada bulan Juni 2023 dengan subjek penelitian 70 pasien rawat jalan yang melakukan pemeriksaan radiologi konvensional dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang diolah menggunakan uji fisher’s exact. Hasil penelitian menunjukan 67 (95,7%) responden dengan persepsi pelayanan baik, 63 orang (90%) berminat melakukan kunjungan ulang dan 4 responden (5,7%) kurang berminat melakukan kunjungan ulang. Sedangkan 3 (4,3%) responden dengan persepsi pelayanan kurang baik, 2 (4,3%) responden kurang berminat melakukan kunjungan ulang dan 1 (1,4%) responden berminat melakukan kunjungan ulang. Berdasarkan uji statistik, faktor  yang berhubungan dengan minat kunjungan ulang adalah pelayanan (p 0,018 < 0,05) dan fasilitas (p 0,018 < 0,05), sedangkan lokasi tidak terdapat hubungan dengan minat kunjungan ulang pasien (p 0,239 > 0,05). Kesimpulannya adalah terdapat hubungan antara pelayanan dan fasilitas dengan minat kunjungan ulang. Sehingga perlu dilakukan peningkatan pelayanan dan fasilitas di Instalasi Radiologi guna menjamin mutu pelayanan di rumah sakit.   Minimum service standards (SPM) are used as a benchmark for service quality standards in hospitals. This will influence the patient to make repeat visits. One of the factors that influence the interest in repeat visits is the enabling factor consisting of services, facilities and location. Based on the achievement of radiology quality indicators with the category of clinical incompleteness in the request for conventional radiology examination without contrast of 16.57%, this has not reached the established standard score of 0%, in addition, the number of visits of conventional radiology examination patients at the Radiology Installation of Pandan Arang Boyolali Hospital in April 2023 has decreased by 31.8%. The purpose of this study was to determine whether there is a relationship between possible factors and interest in revisiting conventional radiology examination patients at the radiology installation of Pandan Arang Boyolali Hospital. This type of study is quantitative observational correlational analytics  with a cross sectional  approach conducted in June 2023 with research subjects of 70 outpatients who underwent conventional radiological examinations and have met the inclusion and exclusion criteria. This study used a questionnaire processed using the fisher's exact test. The results showed 67 (95.7%) respondents with a perception of good service, 63 people (90%) were interested in making repeat visits and 4 respondents (5.7%) were less interested in making repeat visits. While 3 (4.3%) respondents with poor service perception, 2 (4.3%) respondents are less interested in making repeat visits and 1 (1.4%) respondents are interested in making repeat visits. Based on statistical tests, the factors associated with interest in repeat visits were service (p 0.018 < 0.05) and facilities (p 0.018 < 0.05), while location was not associated with interest in repeat visits of patients (p  0.239 > 0.05). The conclusion is that there is a relationship between services and facilities and interest in repeat visits. So it is necessary to improve services and facilities at the Radiology Installation to ensure the quality of service in the hospital. 
THE STUDENTS’ VIEWS ON THE INDONESIA’S NON-MUSLIM LEADER’S PHENOMENON IN AISYIYAH UNIVERSITY YOGYAKARTA Zuhdi, M Nurdin; Setiawan, Iwan; Nawawi, M Anwar; Zubad, Muhammad; Iwanudin, Iwanudin; Asnawi, Habib Shulton
AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Agama Islam Negeri Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32332/akademika.v26i1.3123

Abstract

The phenomenon of non-Muslim leaders in Indonesia has given pros and cons in society. Those pros and cons do not only appear among the general public but also appear among students. This study analyzes the views of Muslim students at ‘Aisyiyah University Yogyakarta (UNISA) about the phenomenon of non-Muslim leaders in Indonesia. This research became important considering the last two issues that have emerged in the study of Islam in Indonesia, namely religious intolerance and moderation in few years. The type of this research is mixed qualitative-quantitative field research. The research findings show that there are two kinds of views of UNISA Muslim students about non-Muslim leaders; First, Muslim students who disagree about non-Muslim leaders. They argue that choosing a leader must be based on his/her religion first. This group believed that Islam is the main non-negotiable requirement for someone who wants to run for a leader. Some of them even firmly stated that choosing a non-Muslim leader is categorized as haram. Second, Muslim students agree and do not object to the existence of non-Muslim leaders. The second group believed that religion is not an absolute issue as the requirement for a person who wants to become a leader. This second group argues that track records are more important than religion or ethnicity. The educational background of students also influences their views. Students with religious education backgrounds tend to be more accepting of differences. On the other hand, students who have a general educational background tend not to easily accept differences. Therefore, it can be concluded that the better a person understands religion, the more tolerant of differences he/she will be.
Edukasi Berbasis Masyarakat sebagai Upaya Pencegahan dan Penanganan Penyakit Leptospirosis Hidayati, Alpha Olivia; Zubad, Muhammad; Meilani, Brigita Cindy; Virgita, Jesika Windi
APMa Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 1: Januari 2025
Publisher : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47575/apma.v5i1.684

Abstract

Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang Leptospirosis melalui kegiatan edukasi, diskusi dan tanya jawab. Kegiatan ini dilaksanakan di Wilayah Dasawisma 3 Kelurahan Prenggan Kotagede Yogyakarta dengan kelompok sasaran ibu-ibu. Media yang digunakan adalah leaflet. Pre test dan post test digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman terkait materi yang diberikan. Hasil PkM dapat diketahui bahwa pemahaman masyarakat tentang pengertian Leptospirosis meningkat 18%, pemahaman tentang faktor risiko meningkat 27%, pemahaman tentang cara pencegahan Leptospirosis meningkat 30%, pemahaman tentang gejala Leptospirosis meningkat 35%, dan pemahaman tentang cara penanganan Leptospirosis meningkat 26%. Pelaksanaan PkM ini dapat disimpulkan bahwa pemberian penyuluhan tentang Leptospirosis yang telah dilaksanakan di Wilayah Dasawisma 3 Kelurahan Prenggan Kotagede Yogyakarta me-nunjukkan adanya peningkatan pemahaman masyarakat. Sosialisasi tentang pencegahan dan penanganan Leptospirosis di masyarakat perlu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman sehingga masyarakat bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.