Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PROFILE OF VICTIMS OF SEXUAL VIOLENCE CASES AGAINST WOMEN EXAMINED AT THE HOSPITAL. Dr.PIRNGADI MEDAN PERIOD JANUARY 2021 TO JUNE 2023 Sidauruk, Horas Ahmad; Sitepu, Agustinus; Marbun, Doaris Ingrid; Petrus, Asan; Lubis, Adriansyah
Jurnal Forensik dan Medikolegal Indonesia Vol 5 No 2 (2024): Jurnal Forensik dan Medikolegal Indonesia
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jfmi.2024.5.2.11948

Abstract

Background: Forms of violence against women include physical, sexual, economic, political, and psychological violence that can be carried out by individuals, communities, and the state. The types of sexual violence that can occur are crimes, sexual violence (sexual violance) and obscenity. The purpose of this study is "Knowing the profile of victims of sexual violence cases against women examined at the hospital Dr.Pirngadi Medan for the period January 2021 to June 2023. Method: This study was conducted by collecting data using secondary data, all medical records of sexual violence against women examined at the Emergency Department of the Hospital. Dr. Pirngadi Medan on Cases of Sexual Violence Against Women in the period January 2021 to June 2023 and the data listed variables that will be studied in accordance with the specific objectives of this study. Results: The number of cases of sexual violence against women examined at Dr. Pirngadi Medan Hospital from January 2021 to June 2023 was 610 victims. The highest number of cases of sexual violence based on age was in the age group of adolescents 12-25 years as many as 508 victims with a percentage of 83.3%. The number of women who experienced cases of sexual violence based on marital status, as many as 599 victims, namely with unmarried status, with a percentage of 98.2%, and the lowest as many as 11 victims, namely with marital status with a percentage of 1.8%. K
MENENTUKAN HUBUNGAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG TUNGKAI BAWAH PADA ANGGOTA KEPOLISIAN SEKTOR SUNGGAL MEDAN Sihaloho, Kristina; Sitepu, Agustinus
Journals of Ners Community Vol 14 No 3 (2023): Journals of Ners Community
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55129/jnerscommunity.v13i3.2716

Abstract

Tinggi badan sebagai hasil pengukuran maksimum dari panjang tulang-tulang tubuh yang membentuk poros tubuh (the body axis), diukur dari puncak kepala (vertex) ke titik terendah tubuh dari tulang kalkaneus (tuberositas calcanei) yang disebut tumit (heel).Tinggi badan merupakan salah satu parameter dari pertumbuhan dan kesehatan manusia. Antropometri merupakan pengukuran terhadap manusia. Pada umumnya pengukuran tinggi badan korban pada proses identifikasi forensik adalah hal yang mudah, jika kondisi tubuhnya utuh, ataupun potongan-potongan tubuhnya lengkap, sehingga dapat disusun dan dilakukan pengukuran tinggi badan. Metode dalam antropologi forensik yaitu dapat digunakan untuk identifikasi ialah antropometri yaitu dengan cara mengukur bagian-bagian tubuh. Pengukuran antropometri berdasarkan tinggi badan, panjang dan lebar kepala, sidik jari, bentuk hidung, telinga, dagu, warna kulit, warna rambut, tanda pada tubuh, serta DNA.Penelitian ini adalah penelitian deskritif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Menggunakan sampel anggota kepolisian sektor sunggal medan yang telah memenuhi kriteria inklusi. Total sampel adalah 90 sampel, dimana yang diambil pada sampel adalah tinggi badan dan panjang tungkai bawah. Formula untuk merumuskan tinggi badan berdasarkan panjang tungkai bawah adalah : Anggota kepolisian sektor sunggal medan jenis kelamin Laki-laki : Tb (laki-laki)= 135,484 + 0,906 (panjang tungkai bawah kanan), Tb (laki-laki)= 137,187 + 0,864 (panjang telapak tangan kiri). Anggota kepolisian sektor sunggal medan jenis kelamin perempuan : Tb (perempuan)= 145,631 + 0,430 (panjang tungkai bawah kanan ), Tb (perempuan)= 152,385 +0,214 (panjang tungkai bawah kiri), Pada keseluruhan sampel Tb (cm) = 132,013 +0,998 (panjang tungkai bawah kanan), Pada keseluruhan sampel Tb (cm)= 135,537 + 0,898 (panjang tungkai bawah kiri).
MENENTUKAN HUBUNGAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG TUNGKAI BAWAH PADA ANGGOTA KEPOLISIAN SEKTOR SUNGGAL MEDAN Sihaloho, Kristina; Sitepu, Agustinus
Journals of Ners Community Vol 14 No 3 (2023): Journals of Ners Community
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55129/jnerscommunity.v13i3.2716

Abstract

Tinggi badan sebagai hasil pengukuran maksimum dari panjang tulang-tulang tubuh yang membentuk poros tubuh (the body axis), diukur dari puncak kepala (vertex) ke titik terendah tubuh dari tulang kalkaneus (tuberositas calcanei) yang disebut tumit (heel).Tinggi badan merupakan salah satu parameter dari pertumbuhan dan kesehatan manusia. Antropometri merupakan pengukuran terhadap manusia. Pada umumnya pengukuran tinggi badan korban pada proses identifikasi forensik adalah hal yang mudah, jika kondisi tubuhnya utuh, ataupun potongan-potongan tubuhnya lengkap, sehingga dapat disusun dan dilakukan pengukuran tinggi badan. Metode dalam antropologi forensik yaitu dapat digunakan untuk identifikasi ialah antropometri yaitu dengan cara mengukur bagian-bagian tubuh. Pengukuran antropometri berdasarkan tinggi badan, panjang dan lebar kepala, sidik jari, bentuk hidung, telinga, dagu, warna kulit, warna rambut, tanda pada tubuh, serta DNA.Penelitian ini adalah penelitian deskritif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Menggunakan sampel anggota kepolisian sektor sunggal medan yang telah memenuhi kriteria inklusi. Total sampel adalah 90 sampel, dimana yang diambil pada sampel adalah tinggi badan dan panjang tungkai bawah. Formula untuk merumuskan tinggi badan berdasarkan panjang tungkai bawah adalah : Anggota kepolisian sektor sunggal medan jenis kelamin Laki-laki : Tb (laki-laki)= 135,484 + 0,906 (panjang tungkai bawah kanan), Tb (laki-laki)= 137,187 + 0,864 (panjang telapak tangan kiri). Anggota kepolisian sektor sunggal medan jenis kelamin perempuan : Tb (perempuan)= 145,631 + 0,430 (panjang tungkai bawah kanan ), Tb (perempuan)= 152,385 +0,214 (panjang tungkai bawah kiri), Pada keseluruhan sampel Tb (cm) = 132,013 +0,998 (panjang tungkai bawah kanan), Pada keseluruhan sampel Tb (cm)= 135,537 + 0,898 (panjang tungkai bawah kiri).
Profil Korban Meninggal Pada Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Tahun 2021 Sampai dengan 2023 Andika Septiawan, Dedi; Sitepu, Agustinus; Ingrid Marbun, Doaris; Lubis, Adriansyah; Rahmadsyah, Rahmadsyah
COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 9 (2025): COMSERVA: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/comserva.v4i9.2803

Abstract

Cedera akibat kecelakaan lalu lintas yang merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang besar namun terabaikan sehingga memerlukan upaya bersama untuk pencegahan yang efektif dan berkelanjutan. Dari semua sistem yang harus dihadapi manusia sehari-hari, transportasi jalan raya merupakan salah satu yang paling rumit dan berbahaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil korban meninggal pada kasus kecelakaan lalu lintas di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan pada tahun 2021-2023. Penelitian ini menggunakan studi penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional retrospective, dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali saja dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari Visum et Repertum instalansi forensik di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada tahun 2021 sampai dengan 2023. Sampel penelitian adalah semua VeR jenazah kasus KLL yang mempunyai data yang lengkap meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, jenis luka, jenis trauma dan lokasi luka.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 84 sampel penelitian, didapatkan mayoritas iyalah berusia antara 18-65 tahun 68 orang (81%), Jenis kelamin laki-laki 66 orang (78,6%), Bekerja 58 orang (69%), Lokasi luka di Kepala, Ekstremitas Atas, Ekstremitas bawah sebanyak 7 kasus (8,4%), Kombinasi Luka lecet, luka memar, luka robek dan patah tulang 32 orang (38,1%), dan Trauma tumpul 84 orang (100%).
Perbedaan Lama Perkembangan Larva Lalat Hijau (Calliphoridae) Pada Bangkai Mencit (Mus Musculus) Antara Medan Dan Pangururan Sidauruk, Horas Ahmad Junister; Sitepu, Agustinus; Marbun, Doaris Ingrid; Lubis, Adriansyah
COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 12 (2025): COMSERVA: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/comserva.v4i12.3072

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur variabel lingkungan yang mempengaruhi perkembangan larva Lalat Hijau (Calliphoridae), seperti temperatur, ketinggian, kondisi cuaca harian, serta selisih waktu perkembangan larva di dua lokasi: Medan dan Pangururan. Metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptif analitik dengan rancangan penelitian prospektif. Variabel diukur bersamaan selama penelitian dengan menggunakan data primer untuk mengetahui perkembangan larva pada bangkai mencit (Mus musculus) di kedua wilayah tersebut. Sampel yang digunakan adalah 10 ekor mencit berusia 2-3 bulan dengan berat 20-25 gram, di mana 5 ekor ditempatkan di Medan dan 5 ekor di Pangururan. Prosedur dimulai dengan membunuh mencit menggunakan teknik cervical dislocation dan kemudian membuat sayatan pada perut mencit. Penangkapan lalat hijau dilakukan menggunakan jaring serangga setelah lalat mulai hinggap di bangkai, dan sampel larva diambil setiap pagi dan sore untuk diamati hingga fase pupa tercapai. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan waktu perkembangan larva Lalat Hijau antara Medan dan Pangururan. Durasi total perkembangan larva hingga fase dewasa di Medan adalah 10 hari, sementara di Pangururan mencapai 11 hari, dengan selisih waktu perkembangan antara kedua lokasi sebesar 1 hari. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan dapat mempengaruhi waktu perkembangan larva Lalat Hijau, yang penting untuk dipertimbangkan dalam kajian entomologi forensik.
Stab Wound on Chest Sitepu, Agustinus
Interdisciplinary Social Studies Vol. 1 No. 12 (2022): Special Issue
Publisher : International Journal Labs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55324/iss.v1i12.288

Abstract

Trying to figure out how someone died is difficult. Identifying whether a death was caused by suicide, an accident, or a homicide during the first stages of an inquiry is one of the most challenging tasks for a forensic expert and medical staff. The research aims to analyse the stab wound on chest through the lungs. A  case  was  reported.  A  corpse  known  by  the  initials  BS which based on the visum request letter dated September 08, 2020, No.K/04/IX/2020/Reskrim on behalf of Binjai Resort Police. On September 08 2020 at 21.00 Western Indonesia Time at the Forensic Room of the Djoelham  Hospital,  carried  out  external  examination  of the corpse and continued internal examination on September 8, 2020 at 22.05 Western Indonesian Time. Head and neck stab wounds are uncommon. The stabbing wound on the left chest is the most hazardous. The tendency is for someone to penetrate the left chest. Furthermore, a murderous person will stab themselves in the left chest. People believed the sufferer would pass away sooner because the majority of the heart is on the left side of the chest.