Kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris menjadi tantangan signifikan bagi mahasiswa teknik elektro. Observasi menunjukkan bahwa keterampilan bahasa mereka, terutama keterampilan spesifik, masih sangat kurang berkembang, meskipun mereka memiliki keinginan untuk meningkatkan hasil belajar. Perkembangan teknologi komunikasi diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka secara efektif. Penelitian ini berfokus pada mahasiswa yang secara konsisten menghadapi hambatan unik dalam menguasai bahasa tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa teknik elektro dalam mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris. Data untuk penelitian ini diperoleh dari populasi yang terdiri dari 30 mahasiswa teknik elektro yang bersedia berpartisipasi. Penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif yang didukung oleh instrumen untuk mengukur tingkat kecemasan melalui kuesioner yang diadaptasi dari Horwitz’s Foreign Language Anxiety Scale (FLAS). Kuesioner tersebut terdiri dari 15 item yang dianalisis menggunakan skala Likert dengan rentang 1 hingga 5. Untuk meningkatkan kemampuan berbicara, pendekatan komunikatif dan teknik role-playing diterapkan, memungkinkan mahasiswa untuk berlatih secara intensif melalui percakapan berbasis teks yang terdiri dari 4 hingga 10 dialog. Penelitian ini mengikuti model Classroom Action Research (CAR), yang mencakup siklus perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dilakukan dalam dua siklus. Analisis Likert menunjukkan bahwa peserta jarang berlatih dengan cepat, mengalami kepanikan (65%), kesulitan menghafal (52%), lambat merespons (63,2%), kurang percaya diri (65,6%), takut membuat kesalahan (64%), takut dikritik (68%), takut dinilai (64,8%), merasa kurang mampu untuk berpartisipasi (67,2%), kesulitan menulis (71%), dan kesulitan memahami instruksi (61,1%).