Kanker esofagus merupakan salah satu kanker paling mematikan dengan tingkat kelangsungan hidup lima tahun yang rendah, yaitu kurang dari 20%. Dua subtipe utama kanker esofagus adalah karsinoma sel skuamosa (ESCC) dan adenokarsinoma (EAC), dengan perbedaan epidemiologi dan faktor risiko. Diagnosis seringkali terlambat karena gejala nonspesifik seperti disfagia dan penurunan berat badan, sehingga pasien sering didiagnosis pada stadium lanjut dengan prognosis buruk. Ilustrasi Kasus: Ny. S, perempuan 69 tahun, dirawat di IGD dengan keluhan utama perut penuh dan mual selama tiga minggu. Disfagia progresif (kesulitan menelan makanan padat) selama satu bulan, sensasi makanan tersangkut, dan penurunan berat badan 5 kg dalam dua bulan terakhir disertai lemas setelah makan. Riwayat GERD >10 tahun tidak terkontrol dan kebiasaan konsumsi makanan pedas/asam. Pemeriksaan fisik menunjukkan konjungtiva anemis, nyeri tekan epigastrium ringan, massa keras di epigastrium yang tidak bergerak saat menelan. Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan anemia mikrositik hipokrom dan karsinoma sel skuamosa. Pasien didiagnosis dengan karsinoma sel skuamosa esofagus, anemia penyakit kronis, dan kolelithiasis. Tata laksana yang diberikan berupa transfusi PRC (2 kolf), suplemen vitamin. Kesimpulan: Laporan kasus ini menggambarkan temuan kasus kanker esofagus yang ditangani hingga pasien stabil untuk mendapat terapi definitif.