Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pernikahan Dini Dalam Perspektif Hadis Nabi Dan Undang Undang No. 16 Tahun 2019 Siti Fatimatuz Zahro’; Fahmi Husaini; Fatimah Azzahra; Aziz Miftahus Surur; Ika Novita Sari
FIQHUL HADITS : Jurnal Kajian Hadits dan Hukum Islam Vol 2 No 1 (2024): FIQHUL HADITS: Jurnal Kajian Hadits dan Hukum Islam
Publisher : Mahad Aly PP Zainul Hasan Genggong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pernikahan dini merupakan isu sosial dan keagamaan yang kontroversial di Indonesia, terutama dalam konteks harmonisasi antara ajaran agama dan peraturan perundang-undangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pernikahan dini dari dua perspektif utama: hadis Nabi dan Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Metode yang digunakan adalah kajian literatur dengan pendekatan kualitatif, yang mencakup analisis teks hadis terkait pernikahan serta interpretasinya dalam konteks modern, dan evaluasi perubahan hukum yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara pandangan tradisional yang ditemukan dalam hadis dengan regulasi hukum negara yang lebih protektif terhadap hak anak dan perempuan. Meskipun hadis Nabi tidak secara eksplisit melarang pernikahan dini, terdapat interpretasi yang menekankan kemaslahatan dan kesejahteraan individu sebagai prinsip utama. Sementara itu, Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 menetapkan batas usia minimal pernikahan menjadi 19 tahun, sebagai upaya untuk mengurangi risiko kesehatan, sosial, dan ekonomi bagi anak-anak yang menikah di usia dini.
Memudarnya Otoritas Keagamaan? (Polemik Nasab Habaib di Kalangan Pondok Pesantren Al-Nahdliyin) Aziz Miftahus Surur; Muhammad Anfa'u; Fathor Rosi; M. Ainun Fajrur Rohmain
Asy-Syari’ah : Jurnal Hukum Islam Vol. 10 No. 1 (2024): Asy-Syari'ah: Jurnal Hukum Islam, Januari 2024
Publisher : LP3M Universitas Islam Zainul Hasan Genggong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55210/assyariah.v10i1.1542

Abstract

Polemik nasab habaib yang semakin banyak di diskusikan oleh kalangan agamawan dan akademisi mengharuskan perlunya penelitian polemik nasab habaib dalam persepsi pondok pesantren al-nahdliyin. Sejak awal berdirinya organisasi NU tidak ditemukan keraguan nasab habaib sebagai keturunan nabi. Baru pada akhir-akhir ini sebagian kalangan NU meragukan nasab Bani Alawi sebagai keturunan nabi, bahkan sebagian lain secara tegas menolak. Tujuan penelian ini untuk mengetahui respon dan dampak polemik nasab Bani Alawi di pondok pesantren al-nahdliyin di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitian kepustakaan. Adapun sumber utama dalam penelitian ini adalah Buku Menakar Kesashihan Nasab Habaib di Indonesia yang disusun oleh KH. Imaduddin Utsman, dan buku Risalah Tentang Ahlul Bait Dan Nasab Baalawi yang disusun Team Tarbiyah wa Da’wah, Rabithah Alawiyah. Kedua buku ini saling bertentangan dalam memaknai geneologi Bani Alawi. Menurut Rabithah Alawiyah Habaib dan Bani Alawi memiliki ketersambungan darah hingga nabi, namun pernyataan ini ditolak oleh KH. Imaduddin, ia secara tegas menyatakan nasab Bani Alawi terpusut dari Abdullah atau Ubaidillah. Kedua kitab tersebut memiliki standart masing-masing dalam validasi nasab. Kitab nasab yang sezaman menjadi perdebatan dalam menentukan nasab Bani Alawi. Sebab KH Imaduddin dalam penelitiannya tidak menemukan kitab abad ke lima hingga sembilan yang menyatakan Abdullah sesbagai anak dari Ahmad bin Isa. Dari pro-kontra tersebut Pondok Pesantren al-Nahdliyin merespon dan memberikan data sesuai kecondongan masing-masing institusi.
Studi Komparatif Tentang Kebebasan Wanita Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia (HAM) Dan Ajaran Hadis Nadila Nur Karimah; Aziz Miftahus Surur; Bustanul Arifin
Ar-Rasyid: Jurnal Publikasi Penelitian Ilmiah Vol. 1 No. 5 (2025): Ar-Rasyid: Jurnal Publikasi Penelitian Ilmiah (Bulan November 2025)
Publisher : PT. Saha Kreasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.64788/ar-rasyid.v1i5.108

Abstract

This study is motivated by the conceptual dilemma between women's freedom in the perspective of Human Rights (HR), which demands total non-discriminatory freedom, and the teachings of hadith, which apply boundaries based on moral values and Islamic law, especially in student environments. The main problem addressed is how to realize proportional freedom for women, enabling freedom of expression, dress, and social participation to be implemented without negating either human rights or religious norms. This research applies a comparative analysis method via literature review and expert interviews, focusing on the three aspects of freedom. The findings reveal that the HR perspective provides broad opportunities for women's freedom, yet its application requires boundaries to avoid conflicting with collective values in religious societies. In contrast, the hadith approach emphasizes a balance between individual rights and moral responsibility, guided by ethics, the principles of amar ma’ruf nahi munkar, and covering the aurat. The study concludes that synergistic integration of universal HR principles and Islamic values in the practice of women's freedom within educational settings is necessary to foster character that is free, responsible, moral, and harmonious.