Sa’adah, Hamidus Daris
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Edukasi Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan Dalam Meningkatkan Status Gizi Balita di Dsn. Ngronggi, Ds. Grudo, Kab. Ngawi Sa’adah, Hamidus Daris; Kurniasih, Erwin; Komalawati, Rini
Jurnal Pengabdian Kesehatan Vol 7, No 2 (2024): Jurnal Pengabdian Kesehatan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIKES Cendekia Utama Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31596/jpk.v7i2.430

Abstract

Latar belakang: Upaya peningkatan status gizi dimulai dari masa awal kehidupan janin. Hal ini menjadi penting karena dapat menunjang tumbuh kembang serta perbaikan gizi anak. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk perbaikan gizi adalah pemenuhan gizi seimbang pada seribu hari pertama kehidupan. Periode ini disebut dengan periode emas (golden periode) dan Bank Dunia menyebutnya sebagai “window of opportunity”.   Tujuan: Kegiatan dibuat bertujuan untuk menambah tingkat pengetahuan orang tua balita mengenai 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan perubahan perilaku gizi yang baik sehingga dapat meningkatkan status kesehatan dan gizi anak. Metode: Kegiatan Pengabdian dilaksanakan melalui penyuluhan langsung di Posyandu Balita dengan menggunakan Media Leaflet. Hasil: Kegiatan Pengabdian kepada masyarakat didapatkan 50 ibu kader  yang memenuhi kriteria. Hasil kegiatan ini adalah orangtua terutama ibu hamil dan ibu balita mengetahui pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan untuk mencegah terjadinya masalah gizi pada balita dan meningkatkan status kesehatan dan gizi anak. Berdasarkan kegiatan tersebut dilakukannya diskusi dan pemberian materi terkait 1000 Hari Pertama Kehidupan, dan Pemberian Alat timbangan berat badan untuk menunjang kegiatan posyandu balita. Kegiatan ini dihadiri Bu bidan desa, bu kasun, bu Kader, dan ibu-ibu yang mengantar anak nya posyandu balita. Kesimpulan: Kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan meliputi kegiatan  pendidikan kesehatan tentang edukasi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan pemberian cinderama timbangan berat badan untuk menunjang kegiatan posyandu balita. Pendidikan kesehatan pada ibu-ibu yang datang dalam kegiatan posyandu balita dan perlu adanya keberlanjutan materi lainnya terkait kesehatan anak untuk meningkatkan pengetahuan dan peningkatan kesehatan masyarakat. 
Edukasi Kesehatan Tentang Perkembangan Anak Berdasarkan Denver Developmental Screening Test (DDST) Pada Seluruh Siswa di TK Kartika IV/24 Ngawi Sa’adah, Hamidus Daris; Nisak, Raudhotun; Prawoto, Edy; Koesmadi, Dita Primashanti
Jurnal Pengabdian Kesehatan Vol 8, No 1 (2025): Jurnal Pengabdian Kesehatan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIKES Cendekia Utama Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31596/jpk.v8i1.513

Abstract

Masa balita merupakan periode pertumbuhan dasar yang dapat mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada usia ini otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat yang dikenal dengan istilah Masa Emas (The Golden Age). Gangguan perkembangan anak di Amerika Serikat pada tahun 2014 sebesar 5,76 % dan meningkat pada tahun 2016 menjadi 6,9 %. Di Indonesia sebesar 7,51 % anak balita mengalami gangguan perkembangan. Gangguan tumbuh kembang anak dapat dikendalikan sejak awal, tergantung kepada orang tua dalam memberikan stimulasi pada anak.Salah satu metode untuk mendeteksi kelainan perkembangan anak yaitu dengan Denver Development Screening Test (DDST). Hasil studi pendahuluan di TK Kartika IV/24 Ngawi didapatkan fakta bahwa para orang tua belum memahami secara maksimal penerapan metode skrining perkembangan anak dengan DDST (Denver Development Screening Test).  Hasil identitikasi di TK Kartika IV/24 Ngawi didapatkan hasil bahwa ditemukan sejumlah 27 siswa    (77,1%) memiliki perkembangan yang normal dengan tidak ada delay, tidak ada caution, dan terdapat advance, sedangkan sejumlah 8 siswa (22,9 %) memiliki lebih dari satu delay sehingga dinyatakan suspect (dicurigai) mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Dengan demikian perlu adanya upaya penyuluhan atau sosialisasi kepada orang tua  tentang metode skrining pemantauan perkembangan anak dengan DDST sekaligus pemantauan langsung terhadap perkembangan pada anak yang berada di TK tersebut.