Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PELATIHAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENINGKATKAN PRESTASI PESERTA DIDIK Nurul Iflaha; Imaniar Mahmuda; Ismatul Rofi’a
SIRAJUDDIN : Jurnal Penelitian dan Kajian Pendidikan Islam Vol 3 No 2 (2024): Sirajuddin Juni 2024
Publisher : P3M STAI MIFTAHUL ULUM LUMAJANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55120/sirajuddin.v3i2.1886

Abstract

Dalam tulisan ini mendeskripsikan program pelatihan untuk guru yangditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi guru dalammelaksanakan proses pembelajaran. Banyak kontribusi yang didapatkan melaluipelatihan sehingga berpengaruh terhadap kualitas proses pemberian pendidikanterhadap peserta didik. Semakin berkualitas pembelajaran yang diberikan terhadappeserta didik, maka akan menghasilkan prestasi belajar peserta didik yang berkualitaspula. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan teknikpengumpulan data melalui pengumpulan materi-materi yang sifatnya ilmiah. Teknik analisa data menggunakan teknik analisa isi dengan tujuan untuk memperolehsimpulan yang valid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan memiliki pengaruhyang sangat signifikan terhadap efektifitas sebuah sekolah. Pelatihan memberikesempatan kepada guru untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikapbaru yang mengubah perilakunya, yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasibelajar siswa.
Tradisi Tingkeban dalam Masyarakat Perspektif Maqashid al-Syari’ah Imaniar Mahmuda; Kurroti Akyun
Al-Qadlaya : Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. 2 No. 2 (2023): Al-Qadlaya
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Ulum Lumajang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55120/qadlaya.v2i2.1360

Abstract

Tradition is a form of traditional ceremony carried out by the community and has become a culture that is difficult to eliminate, especially for Javanese people, as well as preserving the heritage of ancestors collectively. In the form of traditional events including the Tingkeban ritual, which is a ritual held in the seventh month of pregnancy. Tingkeban rituals that occur in each region and group can be different, this is because the intensity of external cultural influences between one region and another is different. The implementation of tingkeban rituals in an area or community group, some are based on Islamic teaching values but the custom of holding tingkeban rituals is not based on the provisions of Islamic teachings, although in Islam there is no prohibition against the tradition. Therefore, the focus of writing this article is how the process and meaning of the community about the tradition of tingkeban and how the tradition of tingkeban in society perspective maqashid al-shari'ah. The discussion of this article concludes that the community's view of the implementation of the tingkeban ritual tradition can be carried out, which is important that the community does not believe in the symbols related to the tingkeban. Tingkeban is also a manifestation of gratitude to Allah SWT so that with this tingkeban the community does one of the manifestations of gratitude and gives alms to people. The tradition of tingkeban in maqashid al-shari'ah, namely in maqashid tahsiniyyat, while what is meant by maqashid tahsiniyyat is to take a proper benefit from things that are virtues or are virtues according to custom, by avoiding circumstances that are desecrating and that are disliked by common sense. The implementation of maqashid al-shari'ah which is tahsiniyyah is intended so that humans can do something best for the improvement of the maintenance of the five principles that must be maintained, namely; religion, soul, reason, heredity, and possessions.
ANALISIS KOMPARATIF TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (UU No 24 Tahun 2004) Imaniar Mahmuda; Maisaro
Al-Qadlaya : Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. 3 No. 1 (2023): Al-Qadlaya
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Ulum Lumajang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55120/qadlaya.v3i1.1729

Abstract

Kekerasan dalam rumah tangga sudah menjadi salah satu isu dibidang hukum keluarga muslim, banyak yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga khususnya seorang istri. Dengan bertambah maraknya kekerasan dalam rumah tangga sehingga perlu dikaji bagaimana hukum memandangnya. Karena itu, dalam artikel ini fokus mengkaji bagaimana pandangan hukum Islam dan hukum positif (UU No 23 Tahun 2004) terhadap kekerasan dalam rumah tangga dan apa persamaan dan perbedaan antara hukum Islam dan hukum positif (UU No 23 Tahun 2004) tentang kekerasan dalam rumah tangga. Metode penelitian dalam kajian ini menggunakan metode kepustakaan dengan pendekatan komparatif, yaitu mengumpulkan data, membandingkan data yang didapatkan dan memaparkan hasilnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Islam memandang kekerasan terhadap isteri dalam rumah tangga sebagai tindak tercela dan dilarang dan juga dikategorikan sebagai tindak pidana dan termasuk dalam jarimah qisas-diat, sedangkan dalam hukum positif khususnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 dikategorikan sebagai tindakan yang dilarang dan tindak pidana yang pelakunya patut dihukum atau didenda dengan uang.
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bimbingan Pranikah Untuk Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah Warohmah Alin Rahmawati; Imaniar Mahmuda
Al-Qadlaya : Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. 3 No. 02 (2024): Al-Qadlaya
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Ulum Lumajang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55120/qadlaya.v3i02.1920

Abstract

Baik buruknya suatu pernikahan tergantung pada masing-masing suami maupun istri. Kesiapan dan kematangan suami-istri menjadi hal yang wajib dimiliki untuk melangsungkan pernikahan. Kesiapan tersebut meliputi kesiapan mental, fisik, materi, maupun ilmu pengetahuan. Untuk itu Kementerian Agama melalui Kepdirjen Bimas Islam Nomor 373 tahun 2017 Jo. Kepdirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018 diinstruksikan bahwa setiap pasangan calon pengantin yang akan melakukan pernikahan terlebih dahulu harus mengikuti bimbingan pernikahan sebagai langkah dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah.
KONSEP POLA ASUH ANAK DALAM MEMBANGUN GENERASI QUR’ANI (STUDI EDUKATIF Q.S LUQMAN AYAT 13-19) Amalia, Nabila; Diana Durrotul Lum’ah; Imaniar Mahmuda
SIRAJUDDIN : Jurnal Penelitian dan Kajian Pendidikan Islam Vol 4 No 2 (2025): Sirajuddin Juni 2025
Publisher : P3M STAI MIFTAHUL ULUM LUMAJANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55120/sirajuddin.v4i2.2313

Abstract

Degradasi moral merupakan fenomena yang nyaris melanda masyarakat Indonesia di semua kalangan. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mempelajari metode pengasuh Qur'ani yang ditemukan dalam Surat Luqman ayat 13–19 sebagai model pendidikan untuk membentuk generasi Qur'ani. Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif digunakan. Penelitian ini menyelidiki literatur tafsir klasik dan kontemporer serta literatur pendidikan Islam. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dan metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima komponen utama terlibat dalam perawatan Luqman terhadap anaknya: tauhid, kesadaran akan pengawasan Allah, pendidikan ibadah dan akhlak, pembentukan etika sosial, dan cara berkomunikasi yang penuh kasih sayang dan hikmah. Membentuk orang yang beriman, berakhlak mulia, dan bertanggung jawab secara sosial sangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip ini. Pola asuh ini tidak hanya relevan untuk keluarga Muslim; juga dapat dimasukkan ke dalam sistem pendidikan formal dan non-formal untuk membangun generasi yang berkarakter Islami dan mampu menghadapi tantangan zaman. Dengan menggunakan Al-Qur'an sebagai landasan pendidikan, generasi Qur’ani diharapkan dapat membangun secara menyeluruh dalam hal spiritual, moral, dan sosial.