Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Upaya Menghidupkan Kembali Dewan Pertimbangan Agung Ditinjau dari Sisi Teknokratik dan Historis Sudiro, Pratondo Ario Seno; Rizal, Aslama Nanda
Langgas: Jurnal Studi Pembangunan Vol. 3 No. 2 (2024)
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/ljsp.v3i2.18027

Abstract

Munculnya isu menghidupkan kembali Dewan Pertimbangan Agung (DPA) menjadi bahasan yang menarik serta pro dan kontra di kalangan pakar hukum tata negara. DPA merupakan lembaga pemerintahan yang bersifat konsultatif, yang bubar seiring dengan amandemen keempat Undang-Undang Dasar 1945. Penelitian ini membahas upaya menghidupkan kembali DPA tetapi tidak dari sisi politik melainkan dari sisi teknokratik. Dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan historis diperoleh hasil bahwa upaya menghidupkan kembali DPA akan mengembalikan eksistensi lembaga penasihat pemerintahan yang kedudukannya sejajar dengan lembaga pemerintahan dan akan menjadi wadah bagi para teknokrat untuk memberikan nasihat pemerintahan pada posisi yang sejajar dengan pemerintahan tersebut.
Penguatan Budaya Ilmiah melalui Riset Kesejarahan di Pondok Pesantren Mahasiswa Kota Semarang Baihaqi, Ahmad Fauzan; Rizal, Aslama Nanda; Meliala, Bryna Rizkinta Sembiring
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia Vol 5 No 3 (2025): JAMSI - Mei 2025
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jamsi.1901

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk menumbuhkan budaya ilmiah di kalangan santri dengan memberikan Pelatihan Penelitian dan Penulisan Sejarah di Pondok Pesantren Bina Insani dan Pondok Pesantren Al-Muhtada Kota Semarang. Para peserta, yang terdiri dari mahasiswa yang tinggal di pondok pesantren, berasal dari berbagai latar belakang akademis yang beragam dengan eksposur yang terbatas pada studi sejarah. Pelatihan ini berfokus pada penguatan kemampuan penelitian sejarah dengan menggunakan pendekatan interdisipliner, yang mencakup perspektif ekonomi, sosial-budaya, dan sosial-politik. Melalui lokakarya dan dialog yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah dan tugas berbasis proyek, para dosen sejarah memperkenalkan berbagai metode penelitian sejarah dan mendorong pemikiran kritis dalam menganalisis realitas sosial. Meskipun ada tantangan dalam memahami fenomena sejarah melalui lensa multidisiplin, para peserta menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menganalisis sumber-sumber lisan dan tulisan, motivasi yang lebih tinggi untuk menulis artikel ilmiah, dan pembentukan kelompok-kelompok penelitian sejarah di pesantren. Mengakses sumber-sumber digital terbukti membantu dalam mengatasi kesulitan dalam mengkaji peristiwa sejarah dari perspektif yang menyeluruh. Pengabdian masyarakat ini berhasil mempromosikan budaya ilmiah di antara para mahasantri dan merekomendasikan pengembangan lebih lanjut dari modul penelitian sejarah dan publikasi artikel penelitian peserta. Kegiatan ini merangsang pemikiran, keinginan, dan kemampuan para peserta untuk melakukan penelitian sejarah dengan menggunakan pendekatan interdisipliner, menumbuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang masa lalu dan relevansinya dengan masa kini.
BELAJAR DARI NEGERI EVEREST: SISTEM PENDIDIKAN DASAR DALAM PERUBAHAN SOSIAL NEPAL, 1950-2000 Agli, Muhammad Rizky; Wibowo, Des Fitra Dwi; Rizal, Aslama Nanda
Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia Vol 8, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um0330v8i1p19-29

Abstract

Abstract:Pendidikan dasar di Nepal memainkan peran kunci dalam perubahan sosial, menghubungkan upaya modernisasi dengan tantangan ketimpangan sosial, geografis, dan budaya. Sebagai landasan pembangunan manusia, pendidikan dasar di Nepal berkembang dari sistem yang eksklusif di era Dinasti Rana—yang membatasi akses hanya bagi elit—menuju sistem inklusif pasca-revolusi 1951. Dengan menggunakan metode studi literatur dan metode kualitatif untuk menganalisis sumber, penelitian ini menelaah transformasi sistem pendidikan dasar dan dampaknya terhadap masyarakat melalui analisis berbagai sumber sekunder, termasuk laporan pendidikan, jurnal internasional. Hasil kajian menunjukkan bahwa reformasi pada 1970-an, melalui New Education System Plan (NESP), berhasil memperluas akses pendidikan dengan sentralisasi kurikulum, meskipun wilayah pedesaan tetap tertinggal. Pada 1990-an, upaya untuk menciptakan pendidikan gratis dan inklusif semakin meningkatkan angka partisipasi, termasuk dari kelompok perempuan dan masyarakat marginal. Namun, tantangan seperti bias budaya yang meminggirkan kelompok minoritas, kurangnya infrastruktur di wilayah terpencil, dan ketergantungan pada donor asing terus membatasi efektivitas sistem pendidikan. Di sisi lain, pendidikan dasar berhasil meningkatkan mobilitas sosial, memberdayakan perempuan, dan memperkuat identitas nasional di tengah keberagaman etnis dan bahasa. Abstract:Primary education in Nepal plays a key role in social change, linking modernization efforts with the challenges of social, geographic and cultural inequality. As a cornerstone of human development, primary education in Nepal evolved from an exclusive system under the Rana Dynasty-which restricted access to the elite-to an inclusive system after the 1951 revolution. Using the literature study method and qualitative methods to analyze sources, this research examines the transformation of the primary education system and its impact on society through the analysis of various secondary sources, including educational reports, international journals. The results show that reforms in the 1970s, through the New Education System Plan (NESP), succeeded in expanding access to education by centralizing the curriculum, although rural areas remained behind. In the 1990s, efforts to create free and inclusive education further increased enrollment, including from women and marginalized communities. However, challenges such as cultural biases that marginalize minority groups, lack of infrastructure in remote areas, and dependence on foreign donors continue to limit the effectiveness of the education system. On the other hand, basic education has improved social mobility, empowered women and strengthened national identity amid ethnic and linguistic diversity.