Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

IMPLEMENTASI KODE ETIK PROFESI GURU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DI SEKOLAH SADAR NEGERI NGANDONG Arif, Much.Machfud; Akbar Wijaya, Abdul Latif
Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam Vol 18 No 1 (2024): Tadris: Jurnal penelitian dan pemikiran pendidikan islam
Publisher : Program Studi PAI, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51675/jt.v18i1.868

Abstract

Teaching is a professional task because its implementation requires certain skills through formal special education and the responsibility of the person who performs it as a competency. Teaching is inseparable from valid values. Based on the values of teachers, students, (students) and the community, the performance of educational services provided by teachers can take place based on clear instructions and decisions and based on values. Teachers think and act based on values, personal and professional ethics and illegal practices. In this context, teachers must understand the foundation of the teacher code of ethics as an ethical and moral foundation to fulfill their responsibilities. The teacher professional code of ethics is a guideline as well as a moral foundation for a teacher in professional behavior, The importance of implementing the teacher professional code of ethics in the school / madrasah environment is a way to improve organizational ethics so that individuals can behave ethically. Teachers are generally a very dominant and important factor in formal education, because they are used as role models for students and even as determinants of identity. The success of training is largely determined by the readiness of teachers in preparing students for teaching and learning activities. However, the strategic position of teachers in improving the quality of learning outcomes is strongly influenced by the professional skills of teachers and the quality of their work. All participants must abide by and abide by this professional Code of Ethics.
SISTEM PENDIDIKAN ISLAM PADA SURAU DAN PONDOK PESANTREN HIDAYATUL ISLAMIYAH TUBAN Arif, Much.Machfud; Sa’diyah, Emi Nur; Kahfi, Shofiyullahul
Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam Vol 16 No 2 (2022): Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam
Publisher : Program Studi PAI, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51675/jt.v16i2.654

Abstract

Perkembangan pendidikan Islam ditandai dengan kemunculan pesantren dan madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam. Kehadian pesantren tidak dapat dipisahkan dari tuntutan umat. Oleh karena itu, pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat di sekitarnya sehingga keberadaannya di tengah-tengah masyarakat tidak menjadi terasing. Dalam waktu yang sama segala aktivitas yang dilakukan di pesantren mendapat dukungan dan apresiasi penuh dari masyarakat. Sejarah pondok pesantren merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah pertumbuhan masyarakat Indonesia. Hal itu dapat dibuktikan bahwa sejak kurun kerajaan Islam pertama di Aceh dalam abad-abad pertama Hijriyah, kemudian di kurun Wali Songo sampai permulaan abad 20. Berdasarkan penelitian yang saya lakukan yaitu berdasarkan hasil data serta informasi yang saya peroleh dapat ditarik kesimpulan bahwa pondok pesantren Hidayatul Islamiyah Sumberagung Tuban bersifat dinamis/berkembang dari waktu kewaktu, tidak bersifat statis. Metode diterapkan yaitu metode ceramah, tanya jawab, diskusi, nasehat, teladan, kisah-kisah dan pembiasaan. Kemudian para santri juga diberi tugas untuk mamakiah. Sebagai bekal untuk terjun ke masyarakat, dimana metode ini diterapkan berdasarkan kondisi bahwa santri perlu mendapatkan pengetahuan umum bersifat nyata namun masih dalam konteks menambah pengetahuan yang ada kaitannya dengan ilmu agama. jenjang pendidikan dalam pesantren tidak dibatasi seperti dalam lembaga-lembaga pendidikan yang memakai sistem klasikal. Umumnya, kenaikan tingkat seorang santri didasarkan isi mata pelajaran tertentu yang ditandai dengan tamat dan bergantinya kitab yang dipelajarinya. Apabila seorang santri telah menguasai satu kitab atau beberapa kitab dan telah lulus ujian (imtihan) yang diuji oleh kiainya, maka ia berpindah kekitab lain yang lebih tinggi tingkatannya. Jelasnya, penjenjangan pendidikan pesantren tidak berdasarkan usia, tetapi berdasarkan penguasaan kitab-kitab yang telah ditetapkan dari paling rendah sampai paling tinggi.