Anwari Masatip
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ULIN BARONG SEKELOA AS AN INTANGIBLE CULTURE OF BANDUNG Mila Mardotillah; Anwari Masatip; Arief Syaifudin
International Journal of Sustainable Competitiveness on Tourism Vol. 3 No. 02 (2024): IJSCOT III-02
Publisher : Politeknik Pariwisata NHI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34013/ijscot.v3i02.1604

Abstract

Ulin Barong Sekeloa is one of art culture were born from the local community in Bandung has been designated as an intangible cultural heritage of West Java Province from Bandung City. The meaning of Ulin is to play, Sirah Barong is the head of the barong, and Sekeloa is the name of a place in Bandung. This attraction is accompanied by traditional Sundanese musical instruments with an accompaniment of 12 peoples. Ulin Barong Sekeloa has appeared since 1885, the pioneer figure was Muhamad Tharwi and the development was carried out by Atjeng Sulaeman who is a living figure of Ulin Barong Sekeloa. The aim of the research is to describe the Ulin Barong Sekeloa for the preservation of traditional art culture and the potential for quality Bandung City cultural tourism attractions, especially for improving the economy of artists after the Covid-19 pandemic. The method used is descriptive analytic by exploring the potential of the Ulin Barong Sekeloa attraction to become a Cultural Tourism Attraction in Bandung City. The results show that the community empowerment ecosystem has made Ulin Barong Sekeloa one of the Intangible Cultural Heritage of Bandung city still exists until today which has the potential to become a cultural tourism attraction which can become a quality cultural destination in Bandung City. The conclusion obtained is that the existence of Ulin Barong Sekeloa until now has been formed from the results of the adaptation of society to changing times as the spearhead of the conservation of Ulin Barong Sekeloa.
STRATEGI BRANDING DESTINASI WISATA KAMPUNG ADAT CIREUNDEU UNTUK MENINGKATKAN DAYA TARIK WISATAWAN Wisnu Bawa Tarunajaya; Sukmadi; Haryadi Darmawan; Anwari Masatip
Media Bina Ilmiah Vol. 20 No. 1: Agustus 2025
Publisher : LPSDI Bina Patria

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi branding destinasi wisata Kampung Adat Cireundeu, mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas strategi branding, serta merumuskan strategi branding yang tepat untuk meningkatkan daya tarik wisatawan. Kampung Adat Cireundeu di Kota Cimahi merupakan komunitas adat yang unik dengan kekuatan budaya lokal seperti tradisi makan singkong sebagai simbol ketahanan pangan, spiritualitas Sunda Wiwitan, rumah adat, serta filosofi hidup harmonis dengan alam. Namun, hingga kini, desa ini belum memiliki branding resmi yang terstruktur sebagai destinasi wisata budaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumentasi. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan tematik dan SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk mengevaluasi potensi dan tantangan dalam membangun branding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan budaya dan nilai-nilai lokal Kampung Cireundeu memiliki daya tarik tinggi untuk dikembangkan menjadi identitas destinasi wisata yang autentik. Tantangan utamanya adalah rendahnya kapasitas promosi digital, belum adanya visual branding yang jelas, serta keterbatasan infrastruktur pendukung pariwisata. Strategi branding yang diusulkan adalah dengan mengangkat filosofi lokal "Julang Ngapak", yang mencerminkan kehati-hatian dalam modernisasi sambil tetap berpijak pada nilai adat dan alam. Branding ini diharapkan menjadi dasar narasi destinasi dan identitas visual, sekaligus alat edukasi dan promosi yang dapat meningkatkan keterlibatan wisatawan dan memperkuat posisi Kampung Adat Cireundeu sebagai destinasi budaya yang berkelanjutan.
PENINGKATAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KE DESA WISATA SIDOWARNO KABUPATEN KLATEN MELALUI PENGALAMAN WISATA YANG UNIK, BERBEDA, DAN MENGESANKAN BAGI WISATAWAN Wisnu Bawa Tarunajaya; Sukmadi, Sukmadi; Haryadi Darmawan; Anwari Masatip
Media Bina Ilmiah Vol. 18 No. 12: Juli 2024
Publisher : LPSDI Bina Patria

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33758/mbi.v18i12.889

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke desa Sidowarno, Kabupaten Klaten, melalui pengalaman wisata yang unik, berbeda, dan mengesankan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pengembangan daya tarik wisata dan diversifikasi produk wisata memainkan peran penting dalam menarik lebih banyak wisatawan. Selain itu, peningkatan kunjungan wisatawan ini berdampak signifikan pada berbagai aspek ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat setempat. Pengembangan daya tarik wisata di desa Sidowarno melibatkan revitalisasi tradisi lokal, seperti pembuatan wayang, kegiatan tradisi local dan budaya desa, diversifikasi produk wisata, seperti kuliner tradisional dan kerajinan tangan, juga turut meningkatkan minat wisatawan. Upaya ini terbukti efektif dalam menarik berbagai segmen wisatawan, dari wisatawan lokal hingga mancanegara. Pelestarian budaya dan tradisi lokal menjadi salah satu fokus utama. Revitalisasi tradisi pembuatan wayang dan kegiatan edukasi budaya meningkatkan kesadaran dan kebanggaan masyarakat terhadap warisan budaya mereka. Program ini juga memberikan pengalaman edukatif bagi wisatawan, menambah nilai wisata budaya di desa Sidowarno. Pemberdayaan komunitas lokal melalui berbagai program keterampilan dan pelatihan menjadikan masyarakat lebih siap menghadapi perkembangan pariwisata. Kolaborasi dengan pihak eksternal, seperti lembaga pendidikan, pemerintah, dan sektor swasta, memperkuat sinergi dalam pengembangan pariwisata desa. Konservasi alam dan pariwisata berbasis alam menjadi bagian integral dari pengembangan desa wisata Sidowarno. Program ini memastikan bahwa kegiatan wisata tidak merusak lingkungan, melainkan mendorong pelestarian dan penghijauan kawasan desa. Wisatawan diajak berpartisipasi dalam kegiatan konservasi, menambah nilai positif terhadap pengalaman wisata mereka. Pemasaran digital dan kemitraan dengan agen perjalanan menjadi strategi kunci dalam mempromosikan desa wisata Sidowarno. Penggunaan media sosial, website resmi desa, dan platform digital lainnya membantu menjangkau pasar yang lebih luas. Kemitraan dengan agen perjalanan juga memastikan bahwa desa Sidowarno menjadi destinasi yang dikenal dan dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah
STRATEGI PROMOSI WISATA EDUKASI BERBASIS WAYANG TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KE DESA SIDOWARNO KABUPATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH Wisnu Bawa Tarunajaya; Sukmadi, Haryadi Darmawan; Anwari Masatip
Media Bina Ilmiah Vol. 19 No. 7: Februari 2025
Publisher : LPSDI Bina Patria

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan strategi promosi wisata edukasi berbasis wayang tradisional guna meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Sidowarno, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Melalui pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan observasi, penelitian ini menemukan beberapa temuan penting. Pertama, partisipasi masyarakat lokal merupakan faktor kunci dalam keberhasilan pengelolaan wisata edukasi, khususnya melalui keterlibatan aktif dalam pelatihan, pertunjukan, dan pengembangan daya tarik berbasis budaya lokal. Kedua, pengembangan produk wisata edukasi yang berkelanjutan, seperti workshop pembuatan wayang dan cerita interaktif, mampu memberikan pengalaman unik bagi wisatawan. Ketiga, strategi promosi yang terintegrasi melalui platform digital, media sosial, dan kerja sama dengan agen perjalanan terbukti efektif dalam menarik perhatian target wisatawan. Kendala yang dihadapi mencakup keterbatasan sumber daya manusia, infrastruktur, dan kesadaran masyarakat akan potensi pariwisata. Terakhir, pemberdayaan masyarakat lokal memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan ekonomi, menciptakan efek berganda bagi komunitas sekitar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam merancang strategi promosi yang holistik untuk mengoptimalkan potensi wisata berbasis budaya lokal di desa wisata lainnya.
Blekok Bird and City Development Mila Mardotillah; Adi Junjunan Mustafa; Anwari Masatip; Rini Soemarwoto; Lablu Barua
International Journal of Sustainable Competitiveness on Tourism Vol. 4 No. 02 (2025): IJSCOT IV-02
Publisher : Politeknik Pariwisata NHI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34013/ijscot.v4i02.1902

Abstract

Blekok Sawah with the Latin name Ardeola speciosa is one type of bird from Ardeidae family. In the rice fields of Blekok Sawah, it is useful as a controller for insect pests and for seasonal change instructions by farmers.  One of the extensive rice fields is in Ranca Bayawak village Bandung City.  In 1975 Blekok flocks came looking for food in the rice fields until now. Besides Blekok birds, there are also birds namely egrets (Bubulcus ibis) with black and white beaks. Bamboo and selong trees are the resting places for the birds. On the tree, these animals live side by side to make many cages for laying eggs.  The birds’ habitat are maintained based on the Regional Regulation of Bandung City No. 11 of 2005 concerning forbidden to damage the place of residence and kill or trade the two species of birds because it could face a fine of Rp.5 million plus other administrative sanctions. The rapid development of the city of Bandung in the last five years has caused a lot of land conversion and slowly affected the existence of Blekok in Ranca Bayawak Village. Residents are increasingly difficult to find the noise of birds in the afternoon replaced by the hustle and bustle of city development.  This research uses qualitative descriptive research method to explore how the existence of blekok birds along with the development in the last 5 years.  By knowing the existence of Blekok birds in the last five years, we can assess whether the adaptation of Blekok Bird to the environmental changes that occur in their habitat.