Sinaga, Rouli Retta Trifena
Unknown Affiliation

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PELATIHAN KONSELING PASTORAL TERHADAP PARA PEREMPUAN PENYINTAS KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BAGI PERSEKUTUAN KAUM PEREMPUAN JEMAAT GPM SERSING Saimima, Johan Robert; Sinaga, Rouli Retta Trifena; Saiya, Loce
MAREN: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol 5, No 2 (2024): September
Publisher : Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69765/mjppm.v5i2.1308

Abstract

Konseling pastoral merupakan salah satu dimensi dalam ilmu pastoral di Indonesia dan dunia yang sedang terus dikembangkan bagi pembangunan sumber daya manusia (SDM). Pengetahuan tentang konseling pastoral melalui berbagai pelatihan konseling pastoral dapat menciptakan kapasitas yang mumpuni secara intelektual dan praksis konseling pastoral. Persoalan umum yang ditemukan dari segi pengetahuan dan praksis pastoral, termasuk di Jemaat GPM Sersing, adalah SDM yang terbatas dalam melatih kemampuan para konselor pastoral secara profesional untuk menghasilkan kapasitas dalam konseling pastoral yang berbasis berbagai literatur ilmiah dan hasil penelitian lapangan, disertai pemanfaatan berbagai teori konseling pastoral yang tepat. Oleh karena itu, dalam rangka membantu pengembangan kemampuan konseling pastoral kaum perempuan, terutama Persekutuan Kaum Perempuan Jemaat GPM Sersing terkait konseling pastoral terhadap para perempuan penyintas KDRT, maka kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) diwujudkan dalam bentuk kegiatan Pelatihan Konseling Pastoral terhadap Para Perempuan Penyintas KDRT bagi Persekutuan Kaum Perempuan Jemaat GPM Sersing. Tiga tahapan kegiatannya, yakni: persiapan, pelaksanaan, serta evaluasi dan pelaporan. Alhasil, pemahaman para peserta semakin meningkat, kapasitas dalam praktik Persekutuan Kaum Perempuan Jemaat GPM Sersing terkait konseling pastoral terhadap para perempuan penyintas KDRT semakin baik, dan kecintaan untuk mengabdi kepada para perempuan penyintas KDRT yang merupakan bagian dari gereja dan masyarakat Indonesia, yang menunjang kemajuan bangsa sebagai implikasinya juga, akan semakin meningkat.
Pela Gandong Among the Communities of Hatu, Haya, and Tehua in 1999-2000 Saimima, Johan Robert; Eiromkuy, Zakaria; Sinaga, Rouli Retta Trifena
Islam Transformatif : Journal of Islamic Studies Vol. 7 No. 2 (2023): July-December 2023
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/it.v7i2.7568

Abstract

AbstractThis article aims to explain the Pela Gandong among the Christian community of Hatu Village, the Islamic community of Haya Village, and the Islamic community of Tehua Village during communal conflicts of 1999-2004 in Maluku, in Hatu Village exactly. Pela Gandong had functioned to prevent violence and maintain humanity among them because the three communities lived Pela Gandong as their cultural fraternity. This research uses a qualitative approach using literature study and interviews with Christian figures from the Christian community of Hatu Village. All the data about Pela Gandong is arranged through historical research methods (heuristic stage, criticism stage, auffassung stage, and darstellung stage). The results of this study are: (1) the history of the survival of the Christian community in Hatu Village in the midst of communal conflict which only lasted in 1999-2000, because the community with the two other villages lived in Pela Gandong; (2) the meaning of Pela Gandong as the integration of the three villages at that time, that was a pattern of relation fought among the three villages based on cultural fraternity manifested in various humanitarian activities reciprocally that united them despite their different religions, that contributing to the cessation of conflicts based on multidimensional issues; and (3) the importance of it’s preservation post-conflict.  Artikel ini bertujuan untuk membahas tentang Pela Gandong antara masyarakat Kristen di Desa Hatu, masyarakat Muslim di Desa Haya, dan masyarakat Muslim di Desa Tehua saat terjadinya konflik komunal tahun 1999-2004 di Maluku, khususnya di Desa Hatu. Pela Gandong telah berfungsi untuk mencegah kekerasan dan mempertahankan kemanusiaan di antara mereka, karena ketiga kelompok masyarakat tersebut menghidupi Pela Gandong sebagai persaudaraan kultural mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan studi literatur dan wawancara dengan para tokoh masyarakat Kristen di Desa Hatu. Semua data mengenai Pela Gandong diolah dengan metode penelitian sejarah (“heuristic stage, criticism stage, auffassung stage, dan darstellung stage”). Hasil dari penelitian ini, yakni: (1) sejarah kelangsungan hidup masyarakat Kristen di Desa Hatu di tengah konflik komunal, yang memang hanya berlangsung pada tahun 1999-2000, karena masyarakat tersebut bersama dua desa lain tadi menghidupi Pela Gandong; (2) pemaknaan Pela Gandong sebagai integrasi ketiga desa saat itu yakni suatu pola relasi yang diperjuangkan antara tiga desa itu dengan berbasis pada persaudaraan secara kultural yang dimanifestasikan dalam berbagai kegiatan kemanusiaan secara resiprokal, yang mempersatukan mereka meski berbeda agama sehingga berkontribusi pada berhentinya konflik yang berbasis isu-isu multidimensional; serta (3) pentingnya pelestarian Pela Gandong pascakonflik.
Theology of Badati: A Constructive Contextual Theology in Hutumury Society According to Stephen B. Bevans Sinaga, Rouli Retta Trifena; Saimima , Johan Robert; Ruhulessin, John Chr.; Islahuddin
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Vol 9 No 1 (2025): March
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46445/ejti.v9i1.890

Abstract

Various threats of conflict and egoism based on differences in interests can occur in the Hutumuri society. However, the badati inherited by the ancestors and traditional elders, carried out by the people in Hutumuri, has been proven in protecting every member of the local community to maintain the society integration of Hutumuri. Therefore, it is urgent to construct badati theologically as a wise and contextual basis for social relations in Hutumuri society to maintain stability and peace internally in Negeri Hutumuri, Maluku society, Indonesia, as is the aim of this research. The research method used here is qualitative research with descriptive analysis of data collected through observation, interviews with traditional and religious leaders in Hutumuri, and literature study. With the contextual theological perspective initiated by Stephen B. Bevans, which is in dialogue with the cosmology, badati practices of the Hutumuri society, along with a study of Galatians 6: 2, the finding of this research is that badati can become a theological source for strengthening society integrity in Hutumuri. Theologically badati is cooperation based on reciprocal hospitality, solidarity, and the fraternal nobility of society. The implication is the strengthening of common life in this nation which needs to be preserved in a sustainable manner.
THEOLOGY OF NATION’S INTEGRATION FOR MALUKU SOCIETY POST-INDONESIAN INDEPENDENCE REVOLUTION, 1945-1949 Saimima, Johan Robert; Hetharia, Henky Herzon; Nenkeula, Dave Stenly; Sinaga, Rouli Retta Trifena
Manna Rafflesia Vol. 11 No. 2 (2025): April
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38091/man_raf.v11i2.492

Abstract

In the era of the independence revolution, 1945-1949, Maluku society was polarized, namely groups of people affiliated with the Partai Timur Besar (PTB) which was against Indonesian independence and the Partai Indonesia Merdeka (PIM) that was pro-independence. This study uses qualitative research with descriptive analysis based on historical research methods, namely: searching for historical sources (heuristics), determining source criticism, carrying out interpretations, and carrying out historical writing (historiography). The research results shows that the PTB group did not support independence and wanted Maluku to be separated from the State of Indonesia. PTB’s wishes were blocked by the pro-Indonesian PIM group. PIM moved to defend Indonesia’s national identity from attacks by PTB loyalists. This political upheaval had an impact on the unity of Indonesian society in Maluku. The people of Maluku who are pro for Indonesian independence are struggling amid pressure from groups against independent Indonesia to ensure that Maluku remains part of the Republic of Indonesia. Then, the theology of nation’s integration based on nationalism perspective becomes an offer for a vision that unites Indonesia’s diverse society, while also being based on humanity and solidarity.
PELATIHAN PENDAMPINGAN PASTORAL TERHADAP PARA PENYANDANG DISABILITAS BAGI MAJELIS JEMAAT GPM NEHEMIA Sinaga, Rouli Retta Trifena; Saimima, Johan Robert; Nenkeula, Defi Stenly; Lessil, Constansa Glori
MAREN: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol 6, No 2 (2025): September
Publisher : Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69765/mjppm.v6i2.1750

Abstract

Pendampingan pastoral di Indonesia terus didiskusikan, diteliti, dan dipraktikkan secara aktif dan intens untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM). Pengetahuan dan keterampilan pastoralia yang terlatih dapat memperkuat kapasitas dan semangat pelayanan di lingkup pelayanan gereja. Namun, keterbatasan SDM dalam melatih Majelis Jemaat (MJ) terkait pengetahuan dan praksis pastoral secara umum, termasuk di Jemaat GPM Nehemia menjadi realitas yang tidak dapat dipungkiri. Oleh karena itu, dalam rangka membantu pengembangan kemampuan pendampingan pastoral bagi MJ terhadap para penyandang disabilitas setempat, maka kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) diwujudkan dalam bentuk kegiatan Pelatihan Pendampingan Pastoral terhadap Para Penyandang Disabilitas bagi MJ GPM Nehemia. Tiga tahapan kegiatannya, yakni: persiapan, pelaksanaan, serta evaluasi dan pelaporan. Alhasil, pemahaman dan kemampuan pastoralia yang diharapkan dari para peserta bertambah, selain komitmen untuk mendampingi para penyandang disabilitas setempat yang merupakan bagian dari gereja dan masyarakat Indonesia, yang menunjang kemajuan bangsa juga meningkat.
Masohi in the Christian and Islamic Villages of Siri Sori, Central Maluku, Post-Conflict Saimima, Johan Robert; Sinaga, Rouli Retta Trifena; Islahuddin, Islahuddin
Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies Vol. 8 No. 2 (2022): December 2022
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/islam_realitas.v8i2.6011

Abstract

This article aims to explain the role of masohi in maintaining relations between the Christian and Muslim communities in the Christian and Islamic villages of Siri Sori, Central Maluku, that witnessed the communal religious conflict in the period of 1999-2004. Post-conflict social relation has the potential for establishing harmony, which is particularly important given the conflict’s tragic impact and complex social implications. This can be achieved through masohi, which embodies local wisdom. Masohi can contribute to peace and conflict resolution between the two communities. The research question in this study is whether masohi can adequately serve as a solution in that context. This research uses a qualitative approach using observation, literature study, and interviews with Christian and Muslim figures from the two communities who have practiced masohi in the Christian and Islamic villages of Siri Sori. All the data about masohi is collected, sorted, analyzed, and reconstructed using culturally-based historical awareness perspective. The results of this study show that: (1) masohi manifests in interfaith cooperation between the two communities in their history culture; (2) masohi has a constructive humanitarian characteristic; and (3) masohi can be preserved to ensure the welfare of the people and to preserve peace sustainably.
Pela Gandong Among the Communities of Hatu, Haya, and Tehua in 1999-2000 Saimima, Johan Robert; Eiromkuy, Zakaria; Sinaga, Rouli Retta Trifena
Islam Transformatif : Journal of Islamic Studies Vol. 7 No. 2 (2023): July-December 2023
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/it.v7i2.7568

Abstract

AbstractThis article aims to explain the Pela Gandong among the Christian community of Hatu Village, the Islamic community of Haya Village, and the Islamic community of Tehua Village during communal conflicts of 1999-2004 in Maluku, in Hatu Village exactly. Pela Gandong had functioned to prevent violence and maintain humanity among them because the three communities lived Pela Gandong as their cultural fraternity. This research uses a qualitative approach using literature study and interviews with Christian figures from the Christian community of Hatu Village. All the data about Pela Gandong is arranged through historical research methods (heuristic stage, criticism stage, auffassung stage, and darstellung stage). The results of this study are: (1) the history of the survival of the Christian community in Hatu Village in the midst of communal conflict which only lasted in 1999-2000, because the community with the two other villages lived in Pela Gandong; (2) the meaning of Pela Gandong as the integration of the three villages at that time, that was a pattern of relation fought among the three villages based on cultural fraternity manifested in various humanitarian activities reciprocally that united them despite their different religions, that contributing to the cessation of conflicts based on multidimensional issues; and (3) the importance of it’s preservation post-conflict.  Artikel ini bertujuan untuk membahas tentang Pela Gandong antara masyarakat Kristen di Desa Hatu, masyarakat Muslim di Desa Haya, dan masyarakat Muslim di Desa Tehua saat terjadinya konflik komunal tahun 1999-2004 di Maluku, khususnya di Desa Hatu. Pela Gandong telah berfungsi untuk mencegah kekerasan dan mempertahankan kemanusiaan di antara mereka, karena ketiga kelompok masyarakat tersebut menghidupi Pela Gandong sebagai persaudaraan kultural mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan studi literatur dan wawancara dengan para tokoh masyarakat Kristen di Desa Hatu. Semua data mengenai Pela Gandong diolah dengan metode penelitian sejarah (“heuristic stage, criticism stage, auffassung stage, dan darstellung stage”). Hasil dari penelitian ini, yakni: (1) sejarah kelangsungan hidup masyarakat Kristen di Desa Hatu di tengah konflik komunal, yang memang hanya berlangsung pada tahun 1999-2000, karena masyarakat tersebut bersama dua desa lain tadi menghidupi Pela Gandong; (2) pemaknaan Pela Gandong sebagai integrasi ketiga desa saat itu yakni suatu pola relasi yang diperjuangkan antara tiga desa itu dengan berbasis pada persaudaraan secara kultural yang dimanifestasikan dalam berbagai kegiatan kemanusiaan secara resiprokal, yang mempersatukan mereka meski berbeda agama sehingga berkontribusi pada berhentinya konflik yang berbasis isu-isu multidimensional; serta (3) pentingnya pelestarian Pela Gandong pascakonflik.