Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Model Penalaran Epistemologi Irfani; Filsafat Al-Hikmah Al-Muta’aliyah Mulla Shadra Trisno, Ahmad; Bakri, Syaiful
Journal of Islamic Thought and Philosophy Vol. 1 No. 2 (2022): December
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jitp.2022.1.2.291-307

Abstract

Shadra mendapat julukan yang sangat mengagumkan dalam dunia filsafat Islam. Abdul Kadir Riyadi dalam Arkeologi Tasawufnya, menyatakan Mulla Shadra layak menyandang gelar sebagai guru ketiga dalam tasawuf falsafi setelah Ibn Arabi dan Suhrawardi. Sedangkan menurut M. M. Sharif dalam A History of Muslim Philosophy, memandang sosok Mulla Shadra adalah guru ketiga setelah Ibn Sina dan Suhrawardi.1 Dari nama-nama besar inilah Shadra bisa membuktikan dirinya sebagai tokoh yang perlu diperhitungkan dalam kazanah filsafat Islam. Ibn Sina, Ibn Arabi dan Suhrawardi, melalui ketiga tokoh ini Shadra bisa mengkonstruk nalar filsafatnya. Dalam ranah filsafat Parepatetik yang dibangun dari nalar filsafat Aristotelean, ajaran Ibn Sina (980-1037 M) menjadi pondasi awal Shadra untuk mengkonstruk nalar filsafatnya. Semua persoalan filsafat Shadra berpatokan kepada al-syaikh al-rais, sang guru pertama Ibn Sina. Shadra mengambil pendapat Ibn Sina dalam rangka membentuk nalar filsafat teosofinya secara independen, sebagaimana prioritas wujud dan lemahnya esensi. Tentu Shadra tidak hanya mengambil begitu saja pendapat Ibn Sina, sebagai pemikir yang independen Shadra bersikap objektif dalam mengkritisi dan memodifikasi pandangan Ibn Sina.2 Sebagai filosof yang mandiri Shadra dituntut untuk mengambil sikap secara arif, tidak selalu membebek dengan pendapat Ibn Sina
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode Material Requirement Planning pada Pabrik Roti Arum di Kecamatan Kota Waingapu Sumba Timurnusa Tenggara Timur Trisno, Ahmad; Sunarso
PENG: Jurnal Ekonomi dan Manajemen Vol. 2 No. 1 (2025): Januari: Economics and business economics in Humanity
Publisher : Teewan Journal Solutions

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62710/214exd67

Abstract

Every business, particularly those in the food sector, is inherently involved in production activities and is required to produce high-quality products to satisfy consumer expectations. This production process depends heavily on the control of raw materials. Effective raw material control is crucial for a company to develop its operations and also impacts cost efficiency, profitability, and production smoothness. This study aims to analyze the application of the Material Requirements Planning (MRP) method in optimizing raw material inventory costs at the Arum Bakery in Waingapu. The research employs a case study design to conduct an in-depth analysis of production practices at the Arum Bakery in Waingapu. The data utilized include primary data obtained through observations, interviews, and documentation, as well as secondary data from various sources. Data analysis is performed using the MRP method to identify and evaluate raw material needs and production processes. The results indicate that the inventory costs calculated using the Lot-for-Lot method amount to IDR 600,000.00, the Economic Order Quantity (EOQ) method amounts to IDR 1,111,600.00, the Period Order Quantity (POQ) method amounts to IDR 2,008,800.00, and the Company Policy method amounts to IDR 2,710,000.00. Based on these results, the inventory costs under the company's policy are higher compared to those using the MRP methods. The most efficient MRP method is the Lot-for-Lot method, as it results in the lowest costs, thereby confirming the hypothesis
Model Penalaran Epistemologi Irfani: Filsafat Al-Hikmah Al-Muta’aliyah Mulla Shadra Trisno, Ahmad; Bakri, Syaiful
Journal of Islamic Thought and Philosophy Vol. 1 No. 2 (2022): December
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jitp.2022.1.2.291-307

Abstract

Shadra mendapat julukan yang sangat mengagumkan dalam dunia filsafat Islam. Abdul Kadir Riyadi dalam Arkeologi Tasawufnya, menyatakan Mulla Shadra layak menyandang gelar sebagai guru ketiga dalam tasawuf falsafi setelah Ibn Arabi dan Suhrawardi. Sedangkan menurut M. M. Sharif dalam A History of Muslim Philosophy, memandang sosok Mulla Shadra adalah guru ketiga setelah Ibn Sina dan Suhrawardi.1 Dari nama-nama besar inilah Shadra bisa membuktikan dirinya sebagai tokoh yang perlu diperhitungkan dalam kazanah filsafat Islam. Ibn Sina, Ibn Arabi dan Suhrawardi, melalui ketiga tokoh ini Shadra bisa mengkonstruk nalar filsafatnya. Dalam ranah filsafat Parepatetik yang dibangun dari nalar filsafat Aristotelean, ajaran Ibn Sina (980-1037 M) menjadi pondasi awal Shadra untuk mengkonstruk nalar filsafatnya. Semua persoalan filsafat Shadra berpatokan kepada al-syaikh al-rais, sang guru pertama Ibn Sina. Shadra mengambil pendapat Ibn Sina dalam rangka membentuk nalar filsafat teosofinya secara independen, sebagaimana prioritas wujud dan lemahnya esensi. Tentu Shadra tidak hanya mengambil begitu saja pendapat Ibn Sina, sebagai pemikir yang independen Shadra bersikap objektif dalam mengkritisi dan memodifikasi pandangan Ibn Sina.2 Sebagai filosof yang mandiri Shadra dituntut untuk mengambil sikap secara arif, tidak selalu membebek dengan pendapat Ibn Sina.