Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Asthma Bronchial: Case Report Wulandari, Nanda Dias; Wahyuni, W; Prayitno, P
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Asthma bronchial adalah suatu penyakit heterogen yang ditandai dengan terjadinya peradangan atau penyempitan pada sistem pernapasan. Secara klinis, asthma disertai dengan peradangan saluran napas, hiperresponsif saluran napas dan keterbatasan aliran udara. Hal tersebut dapat menimbulkan gejala pernafasan seperti batuk, mengi dan sesak napas. Ketika sesak napas atau batuk tersebut terjadi maka otot-otot pernapasan akan mengalami spasme. Berdasarkan data jumlah penderita asthma di Indonesia berjumlah 4,5% dari total jumlah penduduk atau sebanyak 12 juta jiwa penderita asthma. Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan desain studi case report yang dilakukan di RS Paru Respira Bantul. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 12 Februari hingga 9 Maret 2024. Studi kasus ini dilakukan pada 1 pasien Laki-laki yang berinisial Tn. D dengan umur 78 tahun dan saat ini sudah tidak bekerja. Presentasi Kasus: Pasien Tn. D yang berusia 78 tahun dengan diagnose medis Asthma Bronchial, pasien datang ke RS Paru Respira Bantul dengan keluhan sesak napas terkadang disertai mengi. Sesak napas terkadang timbul saat pasien terkena hawa dingin, biasa terjadi saat dini hari atau subuh. Management Fisioterapi: Pasien mengikuti program berupa myofascial release, Pursed Lips Breathing, Inspiratory Muscle Training (IMT) dan Endurance Exercise menggunakan static cycle. Program latihan dilakukan selama 5 kali pertemuan. Hasil dan Pembahasan: Menunjukkan pengukuran pada ekspansi thoraks yang mengalami peningkatan tetapi tidak signifikan terlihat. Menunjukkan bahwa pada pemeriksaan atau pengukuran Voldyne terdapat adanya peningkatan pada kemampuan untuk mengembangkan paru-parunya saat inspirasi. Menunjukkan bahwa pda pemeriksaan atau perhitungan peakflow terdapat adanya peningkatan pada kemampuan untuk mengeluarkan udara yang ada di paru-paru. Evaluasi endurance exercise ini menggunakan static cycle yang dilakukan selama 20-25 menit dan didapatkan hasil adanya peningkatan pada capaian HRmaks pasien. Kesimpulan: Program fisioterapi yang diberikan pada kasus Asthma Bronchial pada Tn. D berusia 78 tahun di RS Paru Respira yang dilakukan sebanyak 5 kali didapatkan hasil adanya peningkatan pada ekspansi thoraks, adanya peningkatan pada nilai tahanan Inspiratory Muscle Training (IMT), adanya peningkatan pada hasil Voldyne, adanya peningkatan pada hasil Peakflow serta adanya peningkatan kekuatan dan daya tahan paru yang dilakukan dengan menggunakan endurance exercise berupa static cycle.
Management Fisioterapi pada Kasus Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis (SOPT): Studi Kasus Nurhandrita, Zahwa Putri; Widodo, Agus; Prayitno, P
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOPT) adalah kondisi yang ditandai dengan adanya obstruksi saluran napas yang ditemukan pada pasien pasca Tuberculosis dengan lesi paru minimal. Kerusakan paru yang terjadi pada saluran pernapasan obstruksi adalah komplikasi yang terjadi pada sebagian besar penderita tuberculosis pasca pengobatan, dengan gejala sisa yang paling sering ditemukan yaitu gangguan faal paru Presentasi Kasus: Pasien mengeluhkan sesak napas saat beraktivitas berat dan ketika naik turuntangga serta terkadang disertai menggeh-menggeh. Ketika dilakukan pemeriksaan pasien mengalami sesak napas sedang, spasme m.upper trapezius, penurunan sangkar thoraks, dan penurunan kapasitas paru. Management dan Hasil: Dengan pemberian intervensi MWD, breathing exercise, dan endurance setelah 4 kali pertemuan fisioterapi didapatkan hasil perubahan spasme pada pertemuan keempat sudah tidak ada spasme. Pada hasil sesak napas dengan skala Borg didapatkan T1:3 menjadi T4:1. Pada hasil ekspansi sangkar thoraks terutama pada axilla dengan menggunakan meterline T1:3,5 cm menjadi T4: 4 cm. Pada hasil kapasitas paru dengan menggunakan voldyne T1:700 ml (40%) menjadi T4: 800 ml (46%) sedangkan dengan peakflow meter T1: 180 ml (41,8%) menjadi T4: 300 ml (69,7%). Diskusi: Pada pasien dengan SOPT ini mengalami disfungsi paru-paru mulai dari sesak napas ringan hingga penurunan kualitas hidup yang dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Sehingga diberikannya perlakuan fisioterapi secara progresif akan memberikan perubahan kepada pasien. Kesimpulan: Management fisioterapi pada kasus SOPT memberikan efek positif pada penurunan spasme otot upper trapezius dan sesak napas, serta peningkatan sangkar thoraks, dan kapasistas paru.
Penatalaksanaan Fisioterapi pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK): Case Report Study Pratamasiwi, Afrilia Saras; Perdana, Suryo Saputra; Prayitno, P
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyakit paru yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara paru dan dapat disebabkan oleh paparan zat berbahaya ditandai dengan gejala pernafasan yang persisten dan keterbatasan aliran udara yang bersifat progresif serta tidak sepenuhnya reversibel. Selain disfungsi pernapasan, disfungsi otot dan gangguan keseimbangan juga terlihat pada individu dengan PPOK. Case Presentation: Pasien dengan diagnose dokter mengalami PPOK mengeluhkan sesak nafas yang sudah dirasakan sejak 2018 dan disertai batuk berdahak. Sesak nafas memberat Ketika bangun tidur di pagi hari serta Ketika beraktivitas pasien merasakan cepat Lelah. Pasien juga merupakan perokok berat sejak masih muda tetapi pasien sekarang ini sudah berhenti untuk merokok. Riwayat keluarga pasien tidak ada yang mengalami sakit serupa hanya saja pasien berada di lingkungan keluarga yang terdapat perokok aktif. Management and Outcome: intervensi fisioterapi yang diberikan pada penelitian ini adalah dengan pemberian pursed lip breathing dan thoracic expansion exercise. Evaluasi yang dinilai meliputi kapasitas paru, ekspansi sangkar thorax, dan aktivitas fungsional. Discussion: Program fisioterapi untuk kasus PPOK pada tiga kali pertemuan bertujuan untuk peningkatan kapasitas paru – paru dan kemampuan fungsional. Dengan pursed lip breathing penderita dapat meredakan sesak napas, menurunkan kerja pernapasan, dan meningkatkan pertukaran gas. Pemberian thoracic expansion exercise menyebabkan adanya gerakan dinding dada dengan inspirasi maksimal lalu mengeluarkan udara sebanyak mungkin. Conclusion: Setelah pasien diberikan tiga kali terapi di Rumah Sakit Respira Yogyakarta diperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan pada ekspansi thoraks di setiap pertemuan dan peningkatan kapasitas paru.
PHYSIOTERAPY PROGRAM IN NON-OPERATIVE GRADE 2 ANTERIOR CRUCIATE LIGAMENT INJURY: A CASE STUDY Prasetyo, Agus; Rahman, Farid; Prayitno, P
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2021: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (842.487 KB)

Abstract

Introduction: An ACL injury is a damage to the anterior cruciate ligament (ACL), which is the strong tissue that helps connect the femur and tibia. ACL injuries most often occur during sports activities such as football, basketball, badminton that have a lot of motion during sudden stops, changes of direction, jumps, and landings. The incidence of ACL injuries is estimated to range from 30 to 78 per 100,000 people annually. Generally, ACL injuries are performed by ACL reconstruction procedures to restore joint motion function in the knee. However, some people with ACL injuries choose not to undergo ACL reconstruction due to various factors that underlie their reasons. Some of them managed to return to some level of function with non-operative management. Therefore, the role of physiotherapy in non-operative ACL management is to prevent more severe tissue damage, restore movement function and maximize strength by modifying the patient's daily movements or activities to become more optimal. Case Presentation: A 27 years male. He works as a private employee, residing in Solo, Central Java. examinations that have been carried out on the patient found muscle stiffness and tenderness and pain in motion and positive findings were also found during a specific examination using the anterior drawer test and the Lachman test. Management and Outcome: Physiotherapy modalities with infrared, Kinesio taping myofascial release, and combined with muscle strengthening exercises can reduce pain and muscle spasms in ACL patients with non-operative procedures. Furthermore, to determine the patient's progress, measurement results were used in the form of a Numeric Rating Scale ( NRS ) to measure pain, Manual Muscle Testing ( MMT ) to measure muscle strength and Knee injury, and Osteoarthritis Outcome Score ( KOOS ) to measure knee function. Discussion: Several studies have revealed that the use of infrared modalities, Kinesio taping, myofascial release by adding muscle strengthening exercises have a positive effect in reducing pain and stiffness in muscles in cases of ACL injuries. The author tries to prove it by applying several modalities that have been studied previously Conclusion: The physiotherapy program which was carried out in 3 weeks with the physiotherapy modalities used such as Infrared, Myofacial Release, Kinesio Taping, and Strengthening Exercises was able to reduce pain and restore body functions to carry out daily activities. however, no significant increase in muscle strength was found. It can be concluded that this exercise is effective for the short term and helps restore the patient's functional activity.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS : CASE REPORT Firdaus, Muhammad Yusuf; Santoso, Totok Budi; Prayitno, P
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 19th University Research Colloquium 2024: Bidang MIPA dan Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati, disebabkan oleh peradangan pada saluran nafas karena paparan kronis gas atau partikel berbahaya. The Asia Pacific Chronic Obstructive Pulmonary Disease Round Table Group memperkirakan jumlah pasien PPOK sedang-berat di negara-negara asia pasifik tahun 2006 mencapai 56,6 juta populasi dengan prevalensi 6,3%. Insiden PPOK lebih banyak terjadi pada pria. Kejadian PPOK juga lebih sering terjadi pada individu yang lebih tua (lansia) terutama diatas 75 tahun .Presentasi Kasus: Pasien Tn. C yang berusia 58 tahun dengan diagnosa medis Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) datang ke RS Paru Respira dengan keluhan sesak nafas Pasien mengalami batuk sejak tahun 2018 dan sudah berobat ke fasilitas kesehatan terdekat namun tidak kunjung membaik. Pasien memiliki riwayat merokok namun sudah berhenti.Metode: Penelitian dilakukan di bulan Januari 2024. Pasien diberikan intervensi modalitas Micro Wave Diathermy (MWD), Latihan Thoracic expansion exercise (TEE), latihan endurance dan streching.Hasil dan pembahasan: Dari hasil NRS untuk sesak nafas dan Ekspansi thoraks didapatkan hasil dapat menurukan derajat sesak nafas dan dapat meningkatkan ekspansi thoraks. Micro wave diathermy digunakan untuk mengurangi myeri dan spasme yang dirasakan oleh pasien,latihan Thoracic Expansion Exercise dugunakan untuk meningkatkan ekspansi thoraks, latihan endurance digunakan untuk kemampuan pasien dan streching untuk meningkatkan mobilitas dinding dada dan meningkatkan fungsi pernapasanKesimpulan: Penatalaksanaan Fisioterapi kasus Low Back Pain Et Causa Ischialgia dengan menggunakan intervensi Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT), Exercise, dan Stretching dengan 3 kali pertemuan menunjukan hasil meregangnya otot ekstensor lumbal dan spasme otot yang berakibat penurunan nyeri punggung bawah.
Manajemen Fisioterapi pada Kasus Bronchiectasis et Causa post Tuberculosis Lung Disease (PTLD): Case Report Lathifani, Nabila Rizka; Komalasari, Dwi Rosella; Prayitno, P
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2025: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Bronkiektasis adalah penyakit saluran napas kronis yang ditandai dengan batuk produktif dan produksi sputum berlebihan akibat kerusakan permanen pada dinding bronkus. Dyspnea dan kelelahan juga menjadi gejala yang dapat dialami oleh penderita. Pendekatan fisioterapi diperlukan untuk manajemen gejala tersebut.Case Presentation: Penelitian ini merupakan case report dengan single subject research yang dilakukan selama dua hari pada satu pasien wanita penderita bronchiectasis. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui efek pemberian muscle release, diaphragmatic breathing, pursed lip breathing, segmental breathing, postural drainage, serta Active Cycle of Breathing Technique (ACBT). Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah intervensi menggunakan parameter ekspansi thoraks, skala sesak (NRS), fungsi aktivitas (mMRC), dan auskultasi. Terdapat peningkatan ekspansi thoraks sebesar 1,3cm pada segmen axilla dan ICS IV serta 0,8cm pada segmen xyphoid process. Demikian pula suara ronchi yang menurun di area paru tertentu. Namun, tidak terjadi perubahan signifikan pada tingkat sesak (NRS) dengan nilai 2/10 dan aktivitas fungsional (mMRC) dengan grade 1.Conclusion: Intervensi fisioterapi selama dua hari menunjukkan potensi dalam memperbaiki ekspansi paru dan mengurangi suara ronchi pada pasien bronchiectasis. Pendekatan ini dapat menjadi bagian dari manajemen rehabilitasi pasien.