Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Asthma Bronchial: Case Report Wulandari, Nanda Dias; Wahyuni, W; Prayitno, P
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Asthma bronchial adalah suatu penyakit heterogen yang ditandai dengan terjadinya peradangan atau penyempitan pada sistem pernapasan. Secara klinis, asthma disertai dengan peradangan saluran napas, hiperresponsif saluran napas dan keterbatasan aliran udara. Hal tersebut dapat menimbulkan gejala pernafasan seperti batuk, mengi dan sesak napas. Ketika sesak napas atau batuk tersebut terjadi maka otot-otot pernapasan akan mengalami spasme. Berdasarkan data jumlah penderita asthma di Indonesia berjumlah 4,5% dari total jumlah penduduk atau sebanyak 12 juta jiwa penderita asthma. Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan desain studi case report yang dilakukan di RS Paru Respira Bantul. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 12 Februari hingga 9 Maret 2024. Studi kasus ini dilakukan pada 1 pasien Laki-laki yang berinisial Tn. D dengan umur 78 tahun dan saat ini sudah tidak bekerja. Presentasi Kasus: Pasien Tn. D yang berusia 78 tahun dengan diagnose medis Asthma Bronchial, pasien datang ke RS Paru Respira Bantul dengan keluhan sesak napas terkadang disertai mengi. Sesak napas terkadang timbul saat pasien terkena hawa dingin, biasa terjadi saat dini hari atau subuh. Management Fisioterapi: Pasien mengikuti program berupa myofascial release, Pursed Lips Breathing, Inspiratory Muscle Training (IMT) dan Endurance Exercise menggunakan static cycle. Program latihan dilakukan selama 5 kali pertemuan. Hasil dan Pembahasan: Menunjukkan pengukuran pada ekspansi thoraks yang mengalami peningkatan tetapi tidak signifikan terlihat. Menunjukkan bahwa pada pemeriksaan atau pengukuran Voldyne terdapat adanya peningkatan pada kemampuan untuk mengembangkan paru-parunya saat inspirasi. Menunjukkan bahwa pda pemeriksaan atau perhitungan peakflow terdapat adanya peningkatan pada kemampuan untuk mengeluarkan udara yang ada di paru-paru. Evaluasi endurance exercise ini menggunakan static cycle yang dilakukan selama 20-25 menit dan didapatkan hasil adanya peningkatan pada capaian HRmaks pasien. Kesimpulan: Program fisioterapi yang diberikan pada kasus Asthma Bronchial pada Tn. D berusia 78 tahun di RS Paru Respira yang dilakukan sebanyak 5 kali didapatkan hasil adanya peningkatan pada ekspansi thoraks, adanya peningkatan pada nilai tahanan Inspiratory Muscle Training (IMT), adanya peningkatan pada hasil Voldyne, adanya peningkatan pada hasil Peakflow serta adanya peningkatan kekuatan dan daya tahan paru yang dilakukan dengan menggunakan endurance exercise berupa static cycle.
Management Fisioterapi pada Kasus Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis (SOPT): Studi Kasus Nurhandrita, Zahwa Putri; Widodo, Agus; Prayitno, P
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOPT) adalah kondisi yang ditandai dengan adanya obstruksi saluran napas yang ditemukan pada pasien pasca Tuberculosis dengan lesi paru minimal. Kerusakan paru yang terjadi pada saluran pernapasan obstruksi adalah komplikasi yang terjadi pada sebagian besar penderita tuberculosis pasca pengobatan, dengan gejala sisa yang paling sering ditemukan yaitu gangguan faal paru Presentasi Kasus: Pasien mengeluhkan sesak napas saat beraktivitas berat dan ketika naik turuntangga serta terkadang disertai menggeh-menggeh. Ketika dilakukan pemeriksaan pasien mengalami sesak napas sedang, spasme m.upper trapezius, penurunan sangkar thoraks, dan penurunan kapasitas paru. Management dan Hasil: Dengan pemberian intervensi MWD, breathing exercise, dan endurance setelah 4 kali pertemuan fisioterapi didapatkan hasil perubahan spasme pada pertemuan keempat sudah tidak ada spasme. Pada hasil sesak napas dengan skala Borg didapatkan T1:3 menjadi T4:1. Pada hasil ekspansi sangkar thoraks terutama pada axilla dengan menggunakan meterline T1:3,5 cm menjadi T4: 4 cm. Pada hasil kapasitas paru dengan menggunakan voldyne T1:700 ml (40%) menjadi T4: 800 ml (46%) sedangkan dengan peakflow meter T1: 180 ml (41,8%) menjadi T4: 300 ml (69,7%). Diskusi: Pada pasien dengan SOPT ini mengalami disfungsi paru-paru mulai dari sesak napas ringan hingga penurunan kualitas hidup yang dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Sehingga diberikannya perlakuan fisioterapi secara progresif akan memberikan perubahan kepada pasien. Kesimpulan: Management fisioterapi pada kasus SOPT memberikan efek positif pada penurunan spasme otot upper trapezius dan sesak napas, serta peningkatan sangkar thoraks, dan kapasistas paru.
Penatalaksanaan Fisioterapi pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK): Case Report Study Pratamasiwi, Afrilia Saras; Perdana, Suryo Saputra; Prayitno, P
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyakit paru yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara paru dan dapat disebabkan oleh paparan zat berbahaya ditandai dengan gejala pernafasan yang persisten dan keterbatasan aliran udara yang bersifat progresif serta tidak sepenuhnya reversibel. Selain disfungsi pernapasan, disfungsi otot dan gangguan keseimbangan juga terlihat pada individu dengan PPOK. Case Presentation: Pasien dengan diagnose dokter mengalami PPOK mengeluhkan sesak nafas yang sudah dirasakan sejak 2018 dan disertai batuk berdahak. Sesak nafas memberat Ketika bangun tidur di pagi hari serta Ketika beraktivitas pasien merasakan cepat Lelah. Pasien juga merupakan perokok berat sejak masih muda tetapi pasien sekarang ini sudah berhenti untuk merokok. Riwayat keluarga pasien tidak ada yang mengalami sakit serupa hanya saja pasien berada di lingkungan keluarga yang terdapat perokok aktif. Management and Outcome: intervensi fisioterapi yang diberikan pada penelitian ini adalah dengan pemberian pursed lip breathing dan thoracic expansion exercise. Evaluasi yang dinilai meliputi kapasitas paru, ekspansi sangkar thorax, dan aktivitas fungsional. Discussion: Program fisioterapi untuk kasus PPOK pada tiga kali pertemuan bertujuan untuk peningkatan kapasitas paru – paru dan kemampuan fungsional. Dengan pursed lip breathing penderita dapat meredakan sesak napas, menurunkan kerja pernapasan, dan meningkatkan pertukaran gas. Pemberian thoracic expansion exercise menyebabkan adanya gerakan dinding dada dengan inspirasi maksimal lalu mengeluarkan udara sebanyak mungkin. Conclusion: Setelah pasien diberikan tiga kali terapi di Rumah Sakit Respira Yogyakarta diperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan pada ekspansi thoraks di setiap pertemuan dan peningkatan kapasitas paru.
PHYSIOTERAPY PROGRAM IN NON-OPERATIVE GRADE 2 ANTERIOR CRUCIATE LIGAMENT INJURY: A CASE STUDY Prasetyo, Agus; Rahman, Farid; Prayitno, P
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2021: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (842.487 KB)

Abstract

Introduction: An ACL injury is a damage to the anterior cruciate ligament (ACL), which is the strong tissue that helps connect the femur and tibia. ACL injuries most often occur during sports activities such as football, basketball, badminton that have a lot of motion during sudden stops, changes of direction, jumps, and landings. The incidence of ACL injuries is estimated to range from 30 to 78 per 100,000 people annually. Generally, ACL injuries are performed by ACL reconstruction procedures to restore joint motion function in the knee. However, some people with ACL injuries choose not to undergo ACL reconstruction due to various factors that underlie their reasons. Some of them managed to return to some level of function with non-operative management. Therefore, the role of physiotherapy in non-operative ACL management is to prevent more severe tissue damage, restore movement function and maximize strength by modifying the patient's daily movements or activities to become more optimal. Case Presentation: A 27 years male. He works as a private employee, residing in Solo, Central Java. examinations that have been carried out on the patient found muscle stiffness and tenderness and pain in motion and positive findings were also found during a specific examination using the anterior drawer test and the Lachman test. Management and Outcome: Physiotherapy modalities with infrared, Kinesio taping myofascial release, and combined with muscle strengthening exercises can reduce pain and muscle spasms in ACL patients with non-operative procedures. Furthermore, to determine the patient's progress, measurement results were used in the form of a Numeric Rating Scale ( NRS ) to measure pain, Manual Muscle Testing ( MMT ) to measure muscle strength and Knee injury, and Osteoarthritis Outcome Score ( KOOS ) to measure knee function. Discussion: Several studies have revealed that the use of infrared modalities, Kinesio taping, myofascial release by adding muscle strengthening exercises have a positive effect in reducing pain and stiffness in muscles in cases of ACL injuries. The author tries to prove it by applying several modalities that have been studied previously Conclusion: The physiotherapy program which was carried out in 3 weeks with the physiotherapy modalities used such as Infrared, Myofacial Release, Kinesio Taping, and Strengthening Exercises was able to reduce pain and restore body functions to carry out daily activities. however, no significant increase in muscle strength was found. It can be concluded that this exercise is effective for the short term and helps restore the patient's functional activity.