Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Edukasi Penanganan Pertama Fisioterapi pada Cedera Olahraga di Komunitas Bola Voli Wulandari, Tri Asih; Salsabila, Kamilia Malihah Nur; KS, Putri Sakinah; Alfida, Nur; Dianingtyas, Ayu Sulistiani; Santoso, Totok Budi
Educate: Journal of Community Service in Education Vol 2 No 2 (2022): December
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/educate.v2i2.2872

Abstract

Cedera olahraga merupakan cedera secara langsung maupun tidak langsung yang menimbulkan gangguan sistem muskuloskeletal yang terjadi akibat aktivitas olahraga. Salah satu permasalahan di komunitas bola voli Wirosari Sambong kabupaten Batang adalah Kurangnya pengetahuan tentang cara pencegahan akan terjadi cedera maupun penanganan cedera mengakibatkan sering pemain atau anggota mengalami cedera kemudian diurut. Pemahaman ini masih keliru dalam masyarakat dan para pemain komunitas bola voli Wirosari jika terjadi keseleo, terkilir, atau memar penanganannya yang dilakukan dengan memberikan balsem, krim panas, parem, dan diurut pijat. Oleh karena itu tim pengabdian memberikan penyuluhan terkait permasalahan tersebut. Metode yang digunakan yaitu dengan one group pre-post test yang dilaksanakan tanggal 6 Desember 2021. Hasil dari survei menunjukkan adanya peningkatan pemahaman setelah pemberian edukasi diharapkan komunitas dapat melakukan manajemen penanganan pertama cedera sesuai dengan prosedur yang telah diberikan.
Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Development Delay: Case Report Tiara Fairuz Firdausi; Totok Budi Santoso; Salma Muazzaroh
Jurnal Rumpun Ilmu Kesehatan Vol. 5 No. 2 (2025): Juli: Jurnal Rumpun Ilmu Kesehatan
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jrik.v4i1.3620

Abstract

Growth and development have similarities in change. And these changes involve all physical members, motor skills and language development. If there are abnormalities in the child's growth and development process, then the child will experience delays in growth and development which is usually called Developmental Delay. This study aims to determine the effect of play therapy on the growth and development of children with developmental delay conditions. This research uses the case study method. After carrying out therapy 8 times, the results showed that play therapy had an effect on improving gross motor skills and improving balance in children with developmental delay. Examination of children's motor skills using the DDST (Denver Development Screening Test) revealed an increase in several stages of ability development in gross motor aspects. Examination of the child's balance using the PBS (Pediatric Balance Scale) showed an increase in balance in several categories, such as the child being able to stand independently and turning 360°.
Pengaruh Terapi Manipulasi Terhadap Penurunan Nyeri Low Back Pain Komunitas Bulu Tangkis Balai Desa Wironanggan Meir, Ruth Golda; Adlina, Adlina; Rahmi, Aulia; Ramadhani, Raden Shafira Saniyyah; Fitriani, Dessy; Santoso, Totok Budi; Pristianto, Arif; Wahyuni, Wahyuni
Jurnal Pustaka Mitra (Pusat Akses Kajian Mengabdi Terhadap Masyarakat) Vol 3 No 6 (2023): Jurnal Pustaka Mitra (Pusat Akses Kajian Mengabdi Terhadap Masyarakat)
Publisher : Pustaka Galeri Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55382/jurnalpustakamitra.v3i6.633

Abstract

Sosialisasi fisioterapi terhadap komunitas bulutangkis di Balai Desa Wironanggan bertujuan mengenalkan terapi manipulasi sebagai intervensi untuk menangani low back pain. Bulu tangkis merupakan salah satu contoh olahraga yang disenangi masyarakat berbagai kalangan dan usia. Olahraga bulu tangkis membutuhkan fisik yang kuat karena harus selalu bergerak, alasan itulah olahraga bulu tangkis menjadi salah satu olahraga yang menyumbang cedera pada atlet maupun orang awam. Dari sekian banyak cedera yang ada, salah satunya adalah lower back pain. Metode Pengabdian dilakukan dengan wawancara langsung pada komunitas “Bulu Tangkis Balai Desa Wironanggan”. Interval usia responden kurang lebih 30 tahun ke atas dengan permasalahan nyeri pada area lower back. Nyeri diukur menggunakan parameter Numeric Rating Scale (NRS) dengan skala 0-10 dan pemberian intervensi berupa terapi manipulasi dan diakhiri dengan pemberian edukasi pada responden. Indikator capaian pada kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dengan tanya jawab pada responden untuk menilai apakah masih ada keluhan atau tidak. Interpretasi dibagi menjadi 3 kategori yaitu masih ada keluhan, keluhan minimal, dan tidak ada keluhan. Didapatkan hasil bahwa responden yang masih mengalami keluhan 0 (nol), masih merasakan keluhan minimal 2 (dua) responden dan yang sudah tidak merasakan keluhan 8 (delapan) responden yang dapat diartikan menghasilkan hasil yang baik. Akan tetapi ada penelitian lain yang menyatakan bahwa terapi manipulasi hanya memberikan efek plasebo bukan untuk menurunkan nyeri. Terapi manipulasi yang dilakukan dapat membantu penurunan keluhan pada lower back yang dialami oleh komunitas bulu tangkis dengan metode intervensi dan pemberian edukasi. Penulis berharap dari kegiatan ini semakin banyak orang yang mengenal fisioterapi dan percaya bahwa fisioterapi dapat menyelesaikan keluhan mereka juga meningkatkan pengetahuan dan awareness akan kesehatan.
PROGRAM FISIOTERAPI PADA KASUS POST ARTHROPLASTY TOTAL KNEE REPLACEMENT SINISTRA ET CAUSA OSTEOARTHRITIS KNEE: CASE REPORT Vitamara, Yohanna; Santoso, Totok Budi; Larasati, Prihantoro
JURNAL PROFESIONAL FISIOTERAPI Vol. 2 No. 2 (2023): July
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/fisioterapi.v2i2.3808

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur pembedahan yang ditujukan untuk mengembalikan fungsi dan penyembuhan nyeri pada pasien Osteoartritis lutut (OA lutut). Semakin meningkatnya prevalensi OA lutut dengan tingkat keparahan yang tinggi, maka meningkat pula prevalensi TKR. Meskipun TKR efektif untuk mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan fungsi fisik pada pasien OA lutut, pasien yang menjalani operasi TKR sangat memungkinkan masih mengalami gangguan fungsional yang cukup besar pasca operasi. Fisioterapi pada pasien post op TKR secara umum dilakukan dengan tujuan optimalisasi pasca hasil operasi, termasuk kekuatan otot, fungsi fisik, dan pengurangan rasa nyeri, hingga dapat kembali lagi ke aktivitas normal sehari-hari. Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas dan pengaruh pemberian intervensi fisioterapi dengan modalitas Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Closed Kinetic Chain (CKC) exercise pada pasien dengan kondisi post operasi artoplasti Total Knee Replacement (TKR). Metode: Single-subject research yang dilakukan kepada seorang wanita berusia 54 tahun dengan kondisi post op Total Knee Replacement sinistra. Subjek diberikan intervensi TENS dan Closed Kinetic Chain Exercise (CKC) sebanyak 3 kali pertemuan selama 3 minggu. Hasil: Evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrumen pengukuran Numeric Pain Rating Scale (NPRS), Range of Motion (ROM), Manual Muscle Testing (MMT), dan WOMAC indeks. Simpulan: Terdapat perubahan kondisi pasien ke arah baik yaitu penurunan rasa nyeri, peningkatan ROM, MMT, dan kemampuan aktivitas fungsional. Kata Kunci: total knee replacement, osteoartritis lutut, nyeri, TENS, closed kinetic chain exercise ABSTRACT Introduction: Total Knee Replacement (TKR) is a surgical procedure aimed at restoring function and healing pain in patients with Osteoarthritis knee (OA of the knee). With the increasing prevalence of knee OA with a high level of severity, the prevalence of TKR also increases. Although TKR is effective in reducing pain and improving physical function in patients with knee OA, it is very likely that patients who undergo TKR surgery still experience significant functional impairment after surgery. Physiotherapy in TKR post-op patients is generally carried out to optimize postoperative results, including muscle strength, physical function, and pain reduction so that they can return to normal daily activities. Objective: To determine the effectiveness and effect of providing physiotherapy interventions with Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) and Closed Kinetic Chain (CKC) exercise modalities in patients with postoperative Total Knee Replacement (TKR) arthroplasty conditions. Methods: Single-subject research was conducted on a 54-year-old woman with post-op Total Knee Replacement left. Subjects were given TENS intervention and Closed Kinetic Chain Exercise (CKC) 3 meetings for 3 weeks. Results: The evaluation was carried out using the Numeric Pain Rating Scale (NPRS), Range of Motion (ROM), Manual Muscle Testing (MMT), and the WOMAC index. Conclusion: There is a change in the patient's condition in a good direction, namely a decrease in pain, an increase in ROM, MMT, and ability to function. Keyword: total knee replacement, osteoarthritis knee, pain, TENS, closed kinetic chain exercise
Penyuluhan Terkait Masalah Muskuloskeletal pada Calon Jemaah Haji Santoso, Totok Budi; Sudaryanto, Wahyu Tri; Zahra, Salma; Nurma, Hanifah Dwi; Ardiyanto, Irfan
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bangsa Vol. 2 No. 8 (2024): Oktober
Publisher : Amirul Bangun Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59837/jpmba.v2i8.1425

Abstract

Kegiatan ibadah haji memerlukan aktivitas fisik yang lebih berat dari aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari, karenanya sangat diperlukan kemampuan fisik dan rohani. Permasalahan yang banyak dikeluhkan oleh jemaah haji seperti nyeri pada leher, bahu, lutut, pinggang, dan anggota tubuh lainnya. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan fisioterapi kepada khalayak masyarakat agar semakin dikenal dan dimanfaatkan untuk menunjang kesehatan yang optimal di masyarakat atau komunitas, serta membantu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya memperhatikan kesehatan dan kebugaran fisik sebelum menunaikan ibadah haji. Metode yang dilakukan adalah penyuluhan kepada 30 calon jemaah haji pada tanggal 14 November 2023 di Lapangan Baturan, Surakarta. Kesimpulan setelah pemberian penyuluhan terkait masalah muskuloskeletal pada calon jemaah haji, terbukti mampu menjadi salah satu cara dalam peningkatan pengetahuan terkait pentingnya memperhatikan kesehatan fisik terutama saat hendak melakukan ibadah haji.
Penatalaksanaan Fisioterapi dalam Upaya Meningkatkan Kekuatan Otot dan Fungsional pada Kasus Bell's Palsy: A Case Report Faaiza, Firya Zalfaazza; Santoso, Totok Budi; Fauzan, Muhammad
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Bell's Palsy didefinisikan sebagai kelumpuhan saraf fasialis atau nervus VII yang terjadi secara unilateral atau satu sisi, dengan penyebab yang tidak diketahui secara spesifik, kondisi ini dikenal sebagai Bell's palsy akibat pembengkakan dan tekanan saraf pada foramen styomastoid dan menyebabkan penghambatan atau kerusakan saraf. Bell's Palsy dapat menyerang individu di segala usia dan jenis kelamin, kejadian tahunan berkisar antara 11,5 hingga 53,3 per 100.000 orang disegala populasi. Prevalensi Bell's Palsy di Indonesia didapatkan 19,55% kasus Bell's Palsy, sering dijumpai pada usia 20-50 tahun dan kejadian meningkat saat bertambah usia diatas 60 tahun. Presentasi kasus: Pasien Ny. F dengan usia 40 tahun jenis kelamin perempuan bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien mengeluhkan rasa tebal pada wajah, dan pasien merasa berat saat menggerakan wajah bagian kanan. Pada diagnosa medis pasien terdiagnosa Bell's Palsy Dextra. Managemen dan Hasil: Pasien diperiksa sebelum dan sesudah intervensi, dilakukan pemeriksaan vital sign, palpasi, nyeri (NRS), sensibilitas, kekuatan otot (MMT), dan fungsional (Ugo Fisch Scale). Pasien diberikan intervensi berupa infra red, face massage, dan mirror exercise. Kemudian dilakukan evaluasi pemeriksaan dan diberi edukasi serta home program. Diskusi: Hasil evaluasi pasien Ny. F pada kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing (MMT) belum terdapat peningkatan dari T0-T2. Hasil evaluasi gerak dan fungsional dengan Ugo Fisch Scale terdapat peningkatan dari T0-T2, pada T0 dan T1 hasil 75% sedangkan pada T2 hasil meningkat menjadi 78%, peningkatan terrsebut ada pada gerakan mengerutkan dahi dari 70% menjadi 100%. Kesimpulan: Pemberian intervensi Infra red, Face massage, dan Mirror exercise selama 2 kali dalam 2 minggu kurang menunjukan peningkatan kekuatan otot, gerak dan fungsional wajah pada kasus Bell's Palsy, maka dari itu diperlukan tambahan waktu dalam melakukan treatment fisioterapi agar hasil evaluasi kekuatan otot, gerak dan fungsional wajah pada kasus Bell's Palsy dapat mengalami peningkatan yang signifikan.
Pengaruh Intervensi Stretching dan Scar Massage terhadap Kasus Post Surgical Wound e.c post Debridement, External Fixation, STSG: A Case Report Putri, Leony Dewinta; Santoso, Totok Budi; Hamidah, Nilam Nur
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Fraktur terbuka merupakan cedera dimana tulang yang patah terkena lingkungan luar akibat traumatis pada jaringan lunak dan kulit. Fraktur terbuka memiliki kejadian tahunan sebesar 30,7 per 10.000 di Inggis serta fraktur tibialis memiliki insiden tertinggi sebesar 3,4 per 100.000. Fraktur terbuka biasanya melibatkan debridement untuk menghilangkan jaringan mati agar memungkinkan penyembuhan jaringan lunak. Selain itu pemberian autograft juga membantu pengobatan kecacatan kulit yang besar. Setelah dilakukan autograft biasanya akan mengakibatkan keterbatasan pada ROM terutama jika cedera terjadi disekitar sendi. Fisioterapi berperan penting dalam membantu permasalahan yang terjadi dengan latihan dan scar massage yang bertujuan untuk meningkatkan ROM dan meningkatkan aktivitas fungsional sehari-hari. Presentasi Kasus: Seorang wanita berusia 22 tahun, dengan diagnosa medis post surgical wound e.c post debridement, screw revision (22/12/2023), e.c implant expose, e.c wound dehiscence post remove External Fixation change to Intramedullary Nailing (ETN) (28/7/2023) e.c post debridement, external fixation, STSG (10/3/2023). Dimana mengalami kecelakaan lalu lintas pada 9 Maret 2023, dan pasien datang dengan kondisi multiple fracture: CF Right Clavicle Middle Third Allman Group 1, CF Right Shaft Proximal Phalanx Index Finger, OF Right Tibia Distal Third Gustillo Anderson Grade 3B, OF Right Base Metatarsal 5th Toe. Permasalahan fisioterapi yang terdapat pada pasien, yaitu keterbatasan gerak aktif Range of Motion (ROM) penurunan kekuatan otot pergelangan kaki, serta terdapat perbedaan antropometri lingkar segmen di area pergelangan kaki dan penurunan aktivitas fungsional. Metode dan Hasil: Subjek diberikan latihan AROM dan PNF (contract-relax) serta scar massage selama 2 minggu yang dilakukan 2 kali seminggu. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrument pengukuran Range of Motion (ROM), Manual Muscle Testing (MMT), Antropometri, dan Aktivitas Fungsional Lower Extremity Functional Scale (LEFS). Diskusi: Dari beberapa penelitian pemberian intervensi stretching dengan metode PNF (contract-relax stretching) terbukti mampu meningkatkan ROM dan untuk mencapai perubahan ROM yang lebih, stretching PNF perlu dilakukan sekali atau dua kali seminggu. Serta pemberian scar massage pada area skin graft dengan teknik efflurage, kneeding serta friction terbukti mampu meningkatkan lingkup gerak sendi didalam jaringan yang dipijat. Kesimpulan: Terdapat peningkatan pada ROM, antropometri, aktivitas fungsional setelah diberikan latihan (AROM dan PNF contract-relax stretching) dan scar massage selama 2 minggu.
Management Fisioterapi pada Kasus Split Thickness Skin Graft: Studi Kasus Hendra, Zulnanda; Santoso, Totok Budi; Hamidah, Nilam Nur
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Luka bakar merupakan cedera yang terjadi pada jaringan kulit atau jaringan lain yang disebabkan karena gesekan, benda panas atau radiasi, listrik,. Pada pasien dengan luka bakar Sebagian atau seluruh ketebalan, split-thickness skin graft (STSG) dianggap sebagai pengobatan utama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari manajemen fisioterapi pada kasus STSG dengan pemberian intervensi berupa TENS, Ultrasound (US), Scar Massage, Active exercise, Passive Exercise, Isometric Exercise, Strengthening Exercise. Presentasi Kasus: Seorang pasien laki-laki berusia 42 tahun datang mengeluhkan rasa sakit ketika menekuk lutut dan pergelangan kaki sisi sinistra setelah dilakukan operasi STSG. Dilakukan tindakan fisioterapi dan di evaluasi dengan beberapa poin yaitu nyeri menggunakan NRS, kekuatan otot menggunakan MMT, lingkup gerak sendi menggunakan goniometer, lingkar segmen menggunakan metline, skala gatal menggunakan itching scale, dan kemampuan fungsional menggunakan Lower Extremity Fungsional Scale (LEFS) Manajement dan Hasil: Pada penelitian ini pasien mendapatkan terapi yang terdiri dari TENS, Ultrasound (US), Scar massage dan stretching exercise. Latihan tambahan yaitu diberikan stretching exercise berupa active, passive, isometric dan strengthening exercise yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot pada area genu dan sekitarnya. Pelaksanaan terapi dilakukan sebanyak tiga kali dan setelahnya dilakukan evaluasi terapi. Diskusi: Tujuan rehabilitasi fisioterapi adalah untuk mengurangi nyeri, mencegah komplikasi sekunder, dan menjadikan pasien mandiri secara fungsional sedini mungkin, serta membatasi pergerakan dan meningkatkan risiko dekondisi. Terapi fisik membantu meminimalkan kemungkinan jaringan parut mengganggu jalan pasien. Kesimpulan: Berdasarkan hasil pemberian 3 kali terapi yaitu dengan pemberian intervensi fisioterapi berupa TENS, Ultrasound (US), Scar Massage, Active Exercise, Passive Exercise, Isometric Excercise, Strengthening Exercise, yang diberikan pada pasien berusia 42 tahun terdapat pengurangan nyeri gerak, peningkatan kekuatan otot, peningkatan LGS, penurunan selisih lingkar segmen yang, penurunan skala gatal, dan peningkatan kemampuan aktifitas fungsional.
Management Fisioterapi pada Kasus Post Orif Fraktur Humerus 1/3 Distal Dextra: Case Report Ramadhani, Nanda Ayu; Santoso, Totok Budi; Pradana, Nur Widya
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Fraktur adalah hilangnya kontinunitas tulang yang disebabkan karena oleh tekanan yang tiba-tiba dan berlebihan, cedera langsung maupun cedera tidak langsung. Fraktur humerus dapat diklasifikasikan menjadi proksimal, shaft dan distal. Open Reduction Internal Fixation (ORIF) dengan Plate and Screw merupakan suatu pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur berfungsi untuk mempertahankan posisi fragmen tulang saat proses penyambungan. Pemasangan plate and screw pada tindakan ORIF menimbulkan masalah seperti nyeri, spasme otot, keterbatasan gerak dan penurunan kekuatan otot. Penatalaksanaan fisioterapi yang dapat dilakukan pada kondisi tersebut adalah dengan intervensi Infrared dan terapi latihan seperti forced passive movement, free active exercise dan hold relax. Presentasi Kasus: Pasien Ny. J usia 46 tahun dengan diagnosa Post ORIF Fraktur Humerus 1/3 Distal Dextra. Keluhan pasien yaitu nyeri pada lengan atas sampai pergelangan tangan kanan serta kaku dan keterbatasan gerak pada bahu dan siku saat digunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti menyisir rambut, memakai pakaian dan mengambil benda yang terletak diatas. Setelah dilakukan pemeriksaan dengan inspeksi didapatkan adanya luka bekas incisi pada lengan atas kanan dan adanya keterbatasan gerak pada bidang gerak shoulder gerakan fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi dan internal rotasi-eksternal rotasi, sedangkan pada bidang gerak elbow terdapat keterbatasan gerak pada gerakan fleksi dan supinasi-pronasi. Manajemen Fisioterapi: Program fisioterapi yang diberikan adalah infrared dan terapi latihan berupa forced passive movement, free active exercise dan hold relax. Program fisioterapi tersebut diberikan selama lima kali pertemuan. Hasil dan Pembahasan: Setelah dilakukan terapi selama 5 kali didapatkan hasil adanya penurunan nyeri tekan pada T1:5 menjadi T5:2, nyeri gerak T1:7 menjadi T5: 4. Peningkatan kekuatan otot fleksor shoulder T1:3 menjadi T5:4, otot abduktor, adduktor, internal dan eksternal rotatator shoulder T1:4 menjadi T:5. Peningkatan kekuatan otot fleksi dan ekstensi elbow pada T1:4 menjadi T5:5. Penurunan skor SPADI pada T1:39% menjadi T5:26%. Kesimpulan: Penatalaksanaan fisioterapi dengan modalitas infrared dan terapi latihan berupa forced active exercise, free active movement dan hold relax selama lima kali pertemuan pada pasien Ny. J usia 46 tahun di RSUD Pandan Arang Boyolali didapatkan adanya penurunan nyeri, peningkatan kekuatan otot, peningkatan lingkup gerak sendi dan peningkatan kemampuan fungsional.
Pengaruh penggunaan TENS dan ir secara bersamaan dan terpisah terhadap fleksibilittas otot Putri, Yuanita Aisyah; Santoso, Totok Budi
Jurnal Sporta Saintika Vol 9 No 2 (2024): Jurnal Sporta Saintika Edisi September 2024
Publisher : Jurusan Kesehatan Dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/sporta.v9i2.392

Abstract

Kemampuan otot untuk meregang, yang membantu mencegah nyeri dan cedera, dan memungkinkan pergerakan sendi yang efektif dan efisien dikenal sebagai fleksibilitas otot (Oktafianti, Sundari, et al., 2020). Kerusakan pada otot hamstring tidak hanya dapat menyebabkan kehilangan keseimbangan dan kekuatan, tetapi juga dapat menyebabkan gangguan pada tulang belakang lumbal (Oktafianti, Sundari, et al., 2020). Untuk meredakan nyeri nosiseptif, neuropati, dan muskuloskeletal, teknik non-invasif yang dikenal sebagai transdermal electrical nerve stimulation (TENS) digunakan, sedangkan Infrared (IR) adalah modalitas elektroterapi yang memancarkan energi elektromagnetik dengan penetrasi dangkal pada tubuh. Penelitian ini bertujuan mengukur pengaruh TENS dan IR terhadap fleksibilitas otot hamstring, baik secara bersamaan maupun terpisah. Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi-eksperimental (pre-test dan post-test). Penelitian berlangsung di Universitas Muhammadiyah Surakarta selama dua minggu, diikuti 60 mahasiswa berusia 19-24 tahun. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing 20 orang. Perlakuan yang diberikan meliputi TENS dengan frekuensi 100 Hz selama 20 menit, infrared selama 15 menit, dan Passive stretching 3 set (10 detik per set). Hasil menunjukkan bahwa kombinasi TENS+IR menghasilkan peningkatan fleksibilitas tertinggi dengan selisih rata-rata 1.16250, diikuti IR+TENS sebesar 1.07875, dan Passive stretching sebesar 0.99250. Kesimpulannya, TENS+IR memberikan hasil terbaik untuk meningkatkan fleksibilitas hamstring.