Krisdiyantoro, Nova
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perbandingan Daya Guna Auto Ko-Induksi Propofol 0,25 mg/kgbb dengan 0,5 mg/kgbb dalam Mengurangi Dosis Induksi Propofol pada Operasi Elektif dengan Anestesi Umum Krisdiyantoro, Nova; Sarosa, Pandit; S, Bambang
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 2 No 1 (2014): Volume 2 Number 1 (2014)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v2i1.7192

Abstract

Latar belakang: propofol sebagai induksi tunggal dapat menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dan curah jantung cukup bermakna, pemberian intravena secara cepat dapat mengakibatkan henti napas yang bersifat sementara akibat depresi ventilasi. Untuk mendapatkan efek samping minimal dan ringannya biaya, diperlukan auto ko-induksi.Tujuan penelitian: untuk mengetahui bahwa daya guna auto ko-induksi propofol 0,25 mg/kgbb intravena sama dengan auto ko-induksi propofol 0,5 mg/kgbb intravena dalam mengurangi dosis induksi propofol pada operasi elektif dengan anestesi umum.Metode penelitian: penelitian ini menggunakan rancangan uji klinis secara acak buta berganda (double blind randomized controlled trial/RCT). Subyek penelitian 90 pasien yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A adalah kelompok yang mendapatkan auto ko-induksi propofol 0,25 mg/kgbb intravena dan kelompok B adalah kelompok yang mendapatkan auto ko-induksi propofol 0,5 mg/kgbb intravena yang masuk dalam kriteria inklusi. Pengukuran dilakukan terhadap data demografi pasien: umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, BMI (Body Mass Index), status fi sik (ASA) dan hemodinamik awal (tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, rata-rata tekanan darah arteri dan denyut jantung). Pencatatan selanjutnya adalah dosis induksi propofol, hemodinamik setelah induksi dan efek samping yang terjadi .Data dianalisis dengan Independent t-test dan chi-square dengan derajat kemaknaan p<0,05.Hasil Penelitian : Terdapat perbedaan bermakna pada dosis induksi yang dibutuhkan pada keduakelompok yaitu perbedaan sebesar 16,13 mg (p=0,001) dimana hasil kelompok A (119,5911 ± 12,24973) dan kelompok B (135,7222 ± 12,93408), sehingga pemberian auto ko-induksi propofol 0,25 mg/kgbb memiliki potensi yang lebih baik dibandingkan dosis 0,5 mg/kgbb dalam mengurangi dosis induksi propofol. Nilai IoC yang didapatkan setelah satu menit pemberian dosis auto ko-induksi menunjukkan nilai kelompok A (81,69 ± 2,26) dan kelompok B (80,84 ± 1,99) dimana hasil ini menunjukkan perbedaanyang tidak bermakna (p=0,063). Perubahan hemodinamik diukur sebelum auto ko-induksi dan sesudah induksi propofol pada kedua kelompok masih dalam batas aman dan tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0,05)Kesimpulan : Auto ko-induksi propofol 0,25 mg/kgbb intravena mempunyai daya guna yang lebih baik dibandingkan auto ko-induksi propofol 0,5 mg/kgbb intravena dalam mengurangi dosis total induksi propofol pada operasi elektif dengan anestesi umum dengan perbedaan kebutuhan dosis propofol sebesar 16,13 mg (p = 0,001).
Anestesi pada Diabetes Mellitus Wisudarti, Calcarina Fitriani Retno; Widyastuti, Yunita; Krisdiyantoro, Nova
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 3 No 3 (2016): Volume 3 Number 3 (2016)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v3i3.7256

Abstract

Di Indonesia diperkirakan sekitar 25% penderita DM akan menjalani anestesi dan pembedahan, sehingga ahli anestesi akan banyak berhadapan dengan penderita DM yang membutuhkan operasi, baik elektif maupun emergency. Angka mortalitas penderita DM yang mengalami pembedahan kurang lebih 5 kali lebih tinggi dari penderita non DM. Kunci untuk mengelola kadar glukosa darah pra bedah pada pasien diabetik adalah menetapkan sasaran yang jelas dan kemudian memantau kadar glukosa darah cukup sering untuk menyesuaikan terapi guna mencapai sasaran tersebut. Pengelolaan glukosa darah selama dan setelah operasijuga menentukan keberhasilan tatalaksana anestesi pada pasien DM.