Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Psikoedukasi Digital Parenting: Pola Asuh Baru Menyiapkan Anak untuk Era Digital Prihardini, Irni; Sahrani, Riana; Iriani Roesmala Dewi, Fransisca
PUSAKO : Jurnal Pengabdian Psikologi Vol. 3 No. 2 (2024): PUSAKO : Jurnal Pengabdian Psikologi
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/pusako.v3i2.94

Abstract

Tingginya penggunaan internet dan perangkat digital oleh anak-anak di Indonesia, secara umum tidak diiringi dengan pendampingan dan aturan dari orang tua. Hal ini dapat menumbuhkan adanya potensi kesenjangan antara pengasuhan dari orang tua, dan apa yang diterima oleh anak melalui penggunaan perangkat dan media digital. Dalam mengatasi fenomena ini, sikap pengasuhan digital menjadi kebutuhan orang tua untuk menerapkan strategi pola asuh yang tepat terkait tuntutan peran dan tanggung jawab sebagai orang tua di era perkembangan digital. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sebagai pemenuhan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM), penulis berinisiatif melakukan kegiatan seminar psikoedukasi mengenai sikap pengasuhan digital. Seminar psikoedukasi bertujuan menyampaikan hasil penelitian pada orang tua siswa sekolah. Orang tua dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang sikap pengasuhan digital yang bijak, sehingga orang tua dan anak dapat memaksimalkan manfaat teknologi bagi anak. Pelaksanaan psikoedukasi dilakukan secara daring melalui zoom meeting. Efektivitas kegiatan psikoedukasi diukur melalui pre-test dan post-test untuk melihat adanya peningkatan pengetahuan dan persepsi perubahan sikap orang tua terhadap pengasuhan digital setelah mengikuti seminar. Hasil psikoedukasi menunjukan peningkatan signifikan pada pemahaman dan motivasi peserta dalam menerapkan pengasuhan digital. Luaran wajib dan tambahan dari psikoedukasi adalah prosiding dalam temu ilmiah dan artikel ilmiah populer.Kata kunci : Efikasi Diri Pengasuhan Digital, Iklim Keluarga, Sikap Pengasuhan Digital
PERAN EFIKASI DIRI DAN PERSEPSI IKLIM KELUARGA TERHADAP TERBENTUKNYA SIKAP PENGASUHAN DIGITAL PADA IBU DARI KAUM MARGINAL Prihardini, Irni; Sahrani, Riana; Iriani Roesmala Dewi, Fransisca
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 8 No. 3 (2024): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v8i3.32291.2024

Abstract

Tingginya penggunaan perangkat digital dan internet oleh anak-anak di Indonesia, secara umum tidak diiringi dengan pendampingan dan aturan dari orang tua. Hal ini memicu potensi kesenjangan antara pengasuhan orang tua dan apa yang diterima oleh anak melalui perangkat digital dan internet. Saat ini pengasuhan digital menjadi kebutuhan orang tua untuk menerapkan strategi pola asuh terkait tuntutan peran dan tanggung jawab di era digitalisasi. Sikap pengasuhan digital adalah aspek kognitif dan emosional orang tua atas penggunaan perangkat digital yang digunakan oleh anak. Faktor yang turut mempengaruhi terjadinya sikap pengasuhan digital adalah efikasi diri pengasuhan digital dan iklim keluarga. Efikasi diri pengasuhan digital adalah keyakinan orang tua dalam mengelola penggunaan teknologi digital. Iklim keluarga meliputi aspek ikatan emosional, dukungan dan kontrol dalam keluarga. Tujuan penelitian untuk mengetahui peran efikasi diri pengasuhan digital dan iklim keluarga terhadap sikap pengasuhan digital. Metode penelitian adalah kuantitatif non-experimental dengan teknik convenience sampling, menggunakan instrumen Digital Parenting Attitude, Digital Parenting Self-efficacy dan Family Climate. Partisipan penelitian sebanyak 485 ibu rumah tangga daerah marginal yang memiliki keterbatasan dalam pengasuhan karena faktor pendidikan, ekonomi, dan dukungan sosial; memiliki anak usia sekolah dasar; dan tidak bekerja. Hasil penelitian menunjukkan efikasi diri pengasuhan digital dan iklim keluarga memiliki peran dalam membentuk sikap pengasuhan digital, dengan kontribusi yang lebih besar adalah efikasi diri pengasuhan digital. Hasil penelitian ini dapat menjadi rancangan edukasi untuk ibu kaum marginal, agar lebih memahami perannya sebagai pengasuh digital dengan meningkatkan keyakinan penggunaan teknologi digital dan berkomunikasi dengan anak-anak.
PENGGUNAAN TIKTOK SEBAGAI EKSPRESI DIRI PADA INDIVIDU DENGAN KECENDERUNGAN NARCISSISTIC PERSONALITY DISORDER Bernadeth Manik, Laura; Iriani Roesmala Dewi, Fransisca
PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi Vol. 5 No. 2 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/paedagogy.v5i2.6364

Abstract

This study explores how individuals with narcissistic personality tendencies utilize TikTok to shape and maintain their digital self-image. The study is grounded in theories of narcissism, personality, and online self-presentation. Its main focus is on how TikTok’s validation system such as likes, comments, and follower count affects user behavior. The research employs a qualitative case study approach involving three adolescent content creators (AI, RH, and AK) who exhibit more than five diagnostic criteria of Narcissistic Personality Disorder (NPD) as defined by the DSM-V. In-depth interviews and content analysis revealed that core narcissistic traits such as superiority, authority, and exhibitionism are consistently reinforced by TikTok’s interactive features. This study fills a gap in the existing literature, which has predominantly focused on platforms like Facebook in the context of digital narcissism. Few studies have thoroughly examined how TikTok’s algorithm characterized by rapid, open visual validation shapes narcissistic expression, particularly among urban youth in Indonesia. Thus, this research offers a novel contribution to understanding narcissism within a more dynamic and competitive digital culture. Although the subjects project confidence on social media, they also demonstrate emotional vulnerability in response to audience feedback. This indicates a fragile self-identity that heavily relies on external validation. The findings have implications for the development of psychological interventions based on digital media and expand our understanding of identity formation in the digital era, particularly in the fields of personality psychology and urban sociology. ABSTRAK Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana individu dengan kecenderungan kepribadian narsistik memanfaatkan TikTok untuk membentuk dan memelihara citra diri digital mereka. Studi ini berlandaskan teori narsisme, kepribadian, dan presentasi diri daring. Fokus utama adalah bagaimana sistem validasi TikTok seperti likes, komentar, dan jumlah pengikut mempengaruhi perilaku pengguna. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif terhadap tiga kreator konten remaja (AI, RH, dan AK) yang menunjukkan lebih dari lima ciri diagnostik Narcissistic Personality Disorder (NPD) menurut DSM-V. Wawancara mendalam dan analisis konten mengungkap bahwa ciri-ciri utama narsisme seperti superioritas, otoritas, dan exhibitionism diperkuat secara konsisten oleh fitur interaktif TikTok. Studi ini mengisi kekosongan dalam literatur yang sebagian besar sebelumnya berfokus pada platform seperti Facebook dalam konteks narsisme digital. Belum banyak penelitian yang secara mendalam mengeksplorasi bagaimana algoritma TikTok, dengan fitur visual dan sistem validasinya yang cepat dan terbuka, membentuk ekspresi narsisme, khususnya di kalangan remaja urban di Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi baru dalam memahami narsisme dalam konteks budaya digital yang lebih dinamis dan kompetitif. Meskipun para subjek menampilkan kepercayaan diri di media sosial, mereka juga menunjukkan kerentanan emosional terhadap reaksi audiens. Hal ini menandakan identitas diri yang rapuh dan sangat bergantung pada validasi eksternal. Temuan ini memiliki implikasi terhadap pengembangan intervensi psikologis berbasis media digital serta memperluas pemahaman mengenai pembentukan identitas di era digital, khususnya dalam psikologi kepribadian dan sosiologi perkotaan.
EDUKASI MENGELOLA KEINGINAN DAN KEBUTUHAN MELALUI MENABUNG PADA SISWA SDN PANYAWEUYAN Rahmah, Azkia; Iriani Roesmala Dewi, Fransisca; Salsabila; Yehezkiel, Renshi
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol. 8 No. 2 (2025): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v8i2.34727

Abstract

ABSTRACT Saving activities are important to form habits in managing positive finances, it is highly recommended to be taught to children from an early age. The habit of saving for children is not only to save money, but saving also involves the process of learning to manage finances, self-control, and planning for the future. By saving children, they become more responsible and do not have a consumptive nature. The purpose of this activity is to teach 4th grade students of SDN Panyaweuyan about the importance of saving as a form of self-control and being able to distinguish between wants and needs in using their pocket money. This activity was carried out on February 24, 2025 and was attended by 32 students from grade 4 of SDN Panyaweuyan. To determine the success of this activity, the implementation team conducted measurements using a qualitative approach with random interview observation and a quantitative approach with questionnaires. Observations that have been made show that saving at school is not the desire of students, but the initiative of the students' parents. The activity began with a pre-test using the adaptation of the Brief Self-Control Scale (BSCS) measuring tool using a likert scale for 30 minutes. Next, socialization about the difference between wants and needs, followed by the game "Desire vs Need", then continued with a quiz with rewards, and finally making a dream piggy bank. After the series of activities is completed, it will be closed with a post-test to evaluate changes in students' understanding and habits. The results show that the savings program as a form of self-control still does not have a consistent impact on improving self-control scores. Saving programs as a form of self-control need to be carried out in a sustainable manner with a long-term formation strategy. Keywords: saving, self-control, wants, needs ABSTRAK Kegiatan menabung penting untuk membentuk pembiasaan dalam mengelola finansial yang positif, sangat dianjurkan untuk diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini. Kebiasaan menabung bagi anak tidak hanya untuk menyimpan uang, akan tetapi menabung juga melibatkan proses belajar mengelola keuangan, pengendalian diri, dan perencanaan untuk masa depan. Dengan menabung anak menjadi lebih bertanggung jawab dan tidak memiliki sifat yang konsumtif. Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini untuk mengajarkan siswa kelas 4 SDN Panyaweuyan tentang pentingnya menabung sebagai bentuk pengendalian diri (Self-Control) serta dapat membedakan antara keinginan (wants) dan kebutuhan (needs) dalam menggunakan uang sakunya. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2025 dan diikuti oleh 32 siswa kelas 4 SDN Panyaweuyan. Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan ini, tim pelaksana melakukan pengukuran menggunakan pendekatan pendekatan kualitatif dengan observasi wawancara secara acak dan pendekatan kuantitatif dengan kuesioner. Observasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa menabung di sekolah bukan keinginan dari siswa, melainkan inisiatif orang tua para siswa. Kegiatan dimulai dengan pre-test menggunakan adaptasi alat ukur Brief Self-Control Scale (BSCS) dengan menggunakan skala likert selama 30 menit. Selanjutnya sosialisasi tentang perbedaan keinginan dan kebutuhan, diikuti dengan permainan “Keinginan vs Kebutuhan”, lalu dilanjutkan dengan quiz dengan reward, dan yang terakhir membuat celengan impian. Setelah rangkaian kegiatan selesai akan ditutup dengan post-test untuk mengevaluasi perubahan pemahaman dan kebiasaan siswa. Hasil menunjukan bahwa program menabung sebagai bentuk pengendalian diri masih belum memberikan dampak yang konsisten terhadap peningkatan skor pengendalian diri. Program menabung sebagai bentuk pengendalian diri perlu dilakukan secara berkelanjutan dengan strategi pembentukan dalam jangka panjang. Kata kunci: menabung, pengendalian diri, keinginan, kebutuhan