Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kematian Makna kematian dalam perspektif Kierkegaard & Al-Ghazali: Korelasi dan makna antara kehidupan serta kematian Weya, Herwanto; Napitsunargo, Henrycus
Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies Vol. 3 No. 2 (2024): Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies
Publisher : Kongregasi Hati Kudus Yesus (RSCJ) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59029/int.v3i2.35

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pandangan Søren Kierkegaard dan Al-Ghazali mengenai makna kematian, serta mengidentifikasi implikasi pemikiran mereka terhadap pemahaman eksistensi dan tujuan hidup. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka (library research), yang melibatkan analisis mendalam terhadap karya-karya filosofis Kierkegaard dan Al-Ghazali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kierkegaard memandang kematian sebagai transisi menuju kehidupan yang lebih tinggi dan transendental, di mana kematian fisik dianggap sebagai akhir dari keputusasaan spiritual yang menghalangi pencapaian otentisitas eksistensi manusia. Sebaliknya, Al-Ghazali memandang kematian sebagai pengingat akan kefanaan dunia dan sebagai awal dari kehidupan yang lebih baik di sisi Allah bagi mereka yang mempersiapkan diri dengan baik melalui tindakan moral dan spiritual. Kontribusi penelitian ini terletak pada pemahaman yang lebih mendalam mengenai bagaimana ajaran Kristen dan Islam mempengaruhi pemikiran kedua tokoh besar ini dalam melihat kematian, serta relevansi pemikiran mereka dalam konteks eksistensial manusia masa kini.
Community Resistance to Femicide in West Java: Social Responses, Peace Actions, and Opposition to Violence against Women Haq, Mochamad Ziaul; Philips, Gerardette; Djunatan, Stephanus; Napitsunargo, Henrycus; Kurniawan, F.X. Galih; Nazwanindya, Renatha Aisya
Khazanah Sosial Vol. 7 No. 4 (2025): Khazanah Sosial
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ks.v7i4.49068

Abstract

This study analyzes how civil society communities in Indonesia—particularly in West Java and Yogyakarta—respond to and resist femicide as the most extreme form of gender-based violence. The research is driven by the growing prevalence of femicide and the absence of legal recognition of its structural and gendered nature in Indonesia. Employing a qualitative approach and a collective case study design, this study focuses on six grassroots organizations: Sekolah Damai Indonesia Bandung, Perspektif Sosiologi, Iteung Gugat, Youth, Interfaith and Peace (YIP) Center, Puan Hayati, and Srikandi Lintas Iman. Data were gathered through interviews, participatory observation, and document analysis. The findings reveal that these communities play critical roles not only in advocacy but also in psychosocial support, safe space formation, and the production of counter-narratives that confront patriarchal and symbolic violence. Functioning as cultural, political, and therapeutic agents, they fill the gaps left by institutional inaction. However, the study also highlights structural dysfunction: the burden of advocacy is disproportionately placed on these communities, while systemic failures in law, media, and education continue to normalize gender-based violence. Theoretically, the study integrates Berger and Luckmann’s theory of social construction with Galtung’s concept of structural violence and positive peace to frame femicide as both symbolic and systemic. This research contributes original insights to Indonesian gender studies by mapping community-based resistance to femicide—an area rarely examined—and by emphasizing the urgency of intersectoral policy reform and institutional support.