Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Masyarakat Pesisir Desa Sawai: Sumber Nafkah dan Strategi Nafkah Turukay, Martha; Sopamena, Junianita F.; Luhukay, Marcus; Pattiselanno, August E.
KOMUNITAS: Jurnal Ilmu Sosiologi Vol 7 No 2 (2024): KOMUNITAS: JURNAL ILMU SOSIOLOGI
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/komunitasvol7issue2page94-103

Abstract

Abstrak Masyarakat pesisir memiliki beragam usaha untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Posisi pesisir memudahkan usaha sebagai nelayan, walau pun kondisi etrsebut tidak dapat dipastikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Masyarakat pesisir berdasarkan sumber penghidupan. Deskriptif kualitatif menjadi pilihan pendekatan penelitian. Data penelitian memberikan gambaran 26,5 % penerimaan rumahtangga disumbangkan sektor perikanan, sedangkan sektor jasa turut menyumbang 28,2 %. Sisanya disumbangkan oleh sektor pertanian.. Pilihan strategi nafkah yang dipustuskan rumahtangga adalah memanfaatkan dua sumber nafkah, kemudian tiga sumber nafkah dan satu sumber nafkah. Rumahtangga yang memanfatkan lebih banyak sumber nafkah lebih mampu bertahan menghadapi pasang surutnya usaha dibandingkan dengan rumahtangga yang memanfaatkan sedikit sumber nafkah. Kata kunci : sumber nafkah, strategi nafkah, Masyarakat pesisir Abstract Coastal communities have a variety of businesses to meet household needs. The coastal position makes it easier to do business as a fisherman, even though the condition cannot be ascertained. This study aims to analyze coastal communities based on their sources of livelihood. Qualitative descriptive is the choice of research approach. The research data provides an overview of 26.5% of household receipts contributed by the fisheries sector, while the service sector also contributed 28.2%. The rest is contributed by the agricultural sector. The choice of the maintenance strategy decided by the household is to utilize two sources of livelihood, then three sources of livelihood and one source of livelihood. Households that utilize more sources of livelihood are better able to survive the ups and downs of business compared to households that utilize few sources of income. Keywords: source of livelihood, livelihood strategy, coastal community
Sistem Sasi Soa dalam Pengelolaan Sumber daya Alam Pala di Negeri Seith Kecamatan Leihitu Madani, Awangaditsya P; Pattiselanno, August E.; Kaplale, Raihana
Jurnal Agrosilvopasture-Tech Vol 4 No 2 (2025): Jurnal Agrosilvopasture-Tech
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/j.agrosilvopasture-tech.2025.4.2.137

Abstract

Indonesia is widely recognized as an agrarian country, with a significant portion of its population engaged in agricultural activities. Statistical data from 2001 indicates that approximately 45% of Indonesians were employed in the agricultural sector. Among Indonesia’s native spice commodities, nutmeg holds a prominent position and contributes meaningfully to national development. One of the key nutmeg-producing regions is the village of Seith, located in the Leihitu sub-district, Central Maluku district, Maluku province. This community practices a traditional resource management system known as sasi soa, which governs the harvesting of nutmeg. This study aims to examine the existence, function, and impact of the sasi soa system, particularly its role in the sustainable management of nutmeg resources in Seith. The findings reveal that the sasi soa system is not only effective in regulating nutmeg harvesting but also contributes positively to the conservation of natural resources and the economic well-being of the local population. Notably, farmers who adhere to the sasi soa regulations report higher income levels compared to those who do not comply with the system. These results underscore the importance of integrating traditional ecological knowledge into contemporary resource management strategies.
Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Rumah Potong Hewan (RPH) Mardika Kecamatan Sirimau Kota Ambon Faizal, Muhammad Alif Rizky; Puttileihalat, Paulus M.; Pattiselanno, August E.
Media Agribisnis Vol. 8 No. 2 (2024): November
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Buton

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35326/agribisnis.v8i2.5539

Abstract

Riset ini memiliki tujuan agar dapat mengetahui Persepsi (pandangan) Masyarakat terkait kehadiran Rumah Potong Hewan (RPH). Riset ini diselenggarakan dalam kurun waktu satu bulan mulai  22 Maret hingga 22 April 2024. Riset ini, berlokasi di Mardika Kecamatan Sirimau Kota Ambon yang merupakan tempat didapatkannya informasi terkait riset. Responden pada riset ini berjumalah 21 orang, yang mana semuanya adalah masyarakat di sekotaran rumah potong hewan. Riset ini berjenis kualitatif deskriptif. Dikarenakan jumlah populasi yang dinilai besar yakni 40 orang, sehingga riset ini melakukan penarikan sampel, dengan memanfaatkan purposive sampling sehingga jumlah sampel yang didapat berjumlah 21 responden. Analisa data yang dipakai berupa statistik deskriptif menerapkan skala likert yang mana skala pengukurannya terdiri dari sangat menganggu (3), cukup menganggu (2), tidak menganggu (1), terkait melakukan pengukuran variabel persepsi masyarakat mengenai kehadiran RPH digunakanlah sub variabel bau, limbah, pencemaran air serta manfaat masyarakat. Luaran riset memperlihatkan bahwasanya pandangan masyarakat mengenai kehadiran RPH di Mardika Kecamatan Sirimau Kota Ambon yaitu dari variabel Bau berkategori cukup menimbulkan gangguan, Variabel limbah cukup menimbulkan gangguan, Variabel Pencemaran air cukup menimbulkan gangguan, serta manfaat masyarakat masuk kategori cukup bermanfaat. Berarti terdapat masyarakat yang merasa terganggu dengan keberadaan RPH yang berlokasi di sekitaran pemukiman dikarenakan limbah dari RPH diarahkan mengalir ke sungai serta beberapa ditemukan menumpuk disekitaran RPH oleh karenanya menyebabkan timbulnya bau dan menyebabkan pencemaran air serta lingkung, namun masyarakat mampu memaklumi kehadiran rumah potong hewan ini dikarenakan hanya RPH ini saja yang dimiliki Kota Ambon miliki yang mampu memenuhi permintaan daging.