Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGGUNAAN APLIKASI TIKTOK TERHADAP PERILAKU IMITASI MAHASISWA : “Studi Kasus Mahasiswa Semester 7 Ilmu Komunikasi UIN Sumatera Utara” Qory Amalia Az-zahra Sitompul; Rizky Amanda Putri; Naia Zattira Ba’ayesh; Yuda Kurniawan; Meliastaras Surbakti; Tirta Anugrah; Sandy Yudha
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 7 No. 2 (2025): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/triwikrama.v7i2.10684

Abstract

Media Sosial yang sedang tren di kalangan anak- anak maupun remaja adalah Aplikasi TikTok, penggunaan media sosial tiktok menjadi trend sebagai alat untuk berkomunikasi secara lebih menarik. Penggunaan aplikasi TikTok ternyata memberikan manfaat tersendiri bagi penggunanya, seperti halnya mengasah kreatifitas, skill editing video. Namun dapat juga memberikan dampak negatif seperti meniru gerakan dan gaya dari anak-anak. Dengan itu penulis mengambil penelitian dengan judul Penggunaan Aplikasi Tiktok Terhadap Perilaku Imitasi Mahasiswa dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang penggunaan media sosial TikTok bagi kalangan mahasiswa terutama mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Ilmu Komunikasi UIN Sumatera Utara, bentuk perilaku imitasi, dan dampak perilaku imitasi pada mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial, jurusan Ilmu Komunikasi UIN Sumatera Utara. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa mahasiswa ilmu komunikasi sering mengakses media sosial tiktok apabila tidak ada kegiatan, akun yang diikuti menyesuaikan dengan ketertarikan individu masing-masing mengenai tentang konten yang dilihat, sebagian besar mahasiswa tertarik dengan konten-konten yang sedang viral. Bentuk prilaku imitasi yang dilakukan oleh mahasiswa ilmu komunikasi UINSU berupa peniruan gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa ilmu komunikasi UINSU berupa peniruan gerakan yang sama/mimikri dan peniruan dengan tujuan/ emulasi.
A Comparative Review of PSA, PSMA PET, and PCA3 Biomarkers in Prostate Cancer Diagnosis: Effectiveness, Cost, and Safety Analysis Wijaya, Jesselyn; Alexandrena Maive Putri Adya; Jason Oktavian Hartanto; Rizky Amanda Putri; Dinda Rachma Harlisa; Rabhindra Javier Hariri Darussalam
Indonesian Andrology and Biomedical Journal Vol. 5 No. 2 (2024): December
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/iabj.v5i2.66561

Abstract

ABSTRACT Background: Prostate cancer is the third most common urological cancer among men in Indonesia, with an incidence rate of 14.8 per 100,000 population in 2012. PSA has been a cornerstone of diagnosis, however its low specificity in distinguishing prostate cancer from other urological malignancies, is followed by study of other biomarkers such as PSMA and PCA3. PSMA and PCA3, either as a single marker or in combination with PSA, has the potential to enhance diagnostic accuracy, aid in risk assessment, and support treatment decision-making. Results : The overall diagnostic accuracy, as indicated by the AUC integrating sensitivity and specificity, shows that PCA3 and PSMA have higher AUC values compared to PSA. Combining PSA with PSMA, PCA3, or both demonstrated promising potential for prostate cancer diagnosis when compared to PSA alone. PSA shows slightly higher sensitivity, supporting its role as a screening tool, while PSMA PET offers better specificity than conventional imaging for detecting advanced prostate cancer, albeit at a higher cost. Meanwhile, PCA3, a urinary biomarker, surpasses PSA in specificity, effectively reducing unnecessary biopsies with a safer, non-invasive approach. Summary : PSA remains the standard diagnostic biomarker for prostate cancer screening. Its low specificity may result in unnecessary biopsies. Other biomarkers like PSMA and PCA3 may be more appropriate for specific patient situations than PSA, with PCA3 being the least invasive procedure and PSMA PET being the most expensive. A multimodal approach combining PSA with PSMA or PCA3 shows significantly higher accuracy than PSA alone, improving diagnostic chances and reducing the risk of overdiagnosis.