Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

SNP2-Lys-C markers inheritance, genes expression, and the resistance of second-generation Catfish Clarias gariepinus against Aeromonas hydrophila infection Hanggara, Yudha; Alimuddin, Alimuddin; Tri Soelistyowati, Dinar Tri Soelistyowati; Nuryati, Sri
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 24 No. 1 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.24.1.1-9

Abstract

High mortality rates in catfish seed caused by motile Aeromonas septicemia disease caused by Aeromonas hydrophila infection. The primary focus is on the genetic selection of the second generation (G2) catfish for resistance to A. hydrophila, utilizing the type-C lysozyme gene at SNP-2 genotype TT. The objective is to assess the inheritance of the SNP2-Lys-C genetic marker from the first generation (G1) Sangkuriang breeders and to evaluate the resistance of the G2 seed to infection. In the experiment, G1 breeders with the TT genotype were spawned, and the resulting G2 seed were challenged with A. hydrophila. The findings indicate that all G2 seed possess the TT genotype and exhibit a higher survival rate compared to the dominant CT genotype seed. The expression of the Lys-C gene in G2 seed is elevated at the onset of infection, decreasing after the seventh day. The expression of the MHC1a and IL-1b genes is also associated with a higher survival rate. The survival of G2 seed correlates with the white blood cell and lysozyme activity, along with an increase in phagocytic activity peaking on the seventh day post-challenge. The conclusion of this study suggests that G2 catfish seed with the TT genotype have stronger resistance to A. hydrophila infection compared to seed with the dominant CT genotype. Keywords: Aeromonas hydrophila, catfish, genotype, lysozyme, resistance ABSTRAK Mortalitas tinggi yang terjadi pada benih lele yang disebabkan oleh penyakit motile aeromonas septicemia akibat Aeromonas hydrophila. Fokus utama adalah pada seleksi genetik generasi kedua (G2) lele untuk resistensi terhadap A. hydrophila, menggunakan gen lisozim tipe-C pada SNP-2 genotipe TT. Studi ini bertujuan menilai pewarisan marka genetik SNP2-Lys-C dari induk sangkuriang generasi pertama (G1) dan mengevaluasi ketahanan benih G2 terhadap infeksi. Dalam eksperimen, induk G1 genotipe TT dipijahkan dan benih G2 yang dihasilkan diuji dengan bakteri A. hydrophila. Hasil menunjukkan bahwa semua benih G2 memiliki genotipe TT dan menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan benih dominan genotipe CT. Ekspresi gen Lys-C pada benih G2 tinggi pada awal infeksi, menurun setelah hari ketujuh. Ekspresi gen MHC1a dan IL-1b juga terkait dengan tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi. Kelangsungan hidup benih G2 berkorelasi dengan jumlah sel darah putih dan aktivitas lisozim, serta peningkatan aktivitas fagositik yang mencapai puncak pada hari ketujuh. Kesimpulan studi ini menunjukkan bahwa benih lele G2 dengan genotipe TT memiliki resistensi yang lebih kuat terhadap infeksi A. hydrophila dibandingkan dengan benih dominan genotipe CT. Kata Kunci: Aeromonas hydrophila, genotipe, ikan lele, lisozim, resistan
Sex determination and acclimation response of dwarf snakehead fish Channa limbata from West Java Tri Soelistyowati, Dinar; Oman Sudrajat, Agus; Arfah, Harton; Alimuddin, Alimuddin; Hafidah, Riva; Hanggara, Yudha; Edison, Thomas
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 2 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.23.2.201-211

Abstract

The Channa limbata fish is a type of tropical freshwater fish of the Channidae family which is relatively small as an aquarium ornamental fish with a distinctive color at the tip of its dorsal fin and has a snake-like head (dwarf snakehead). Natural snakehead fishing activities have threatened its sustainability. Breeding C. limbata fish through cultivation can increase its potential for sustainable use. This study aims to evaluate the acclimation response of wild-type dwarf snakehead fish in captivity and its sexual characteristics as a basis for domestication and hatchery technology. The fish samples used were natural catches from rivers in West Java measuring <100 mm to >150 mm of body length then individually acclimated indoors in an aquarium (35×20×20 cm) for 14 days. Snakehead fish live in shallow, slow-flowing river waters with a temperature of 20.2-21.3°C, TDS 16-24 mg/L at neutral pH, while the rearing water temperature and TDS are higher (temperature: 24.9-27.6°C; TDS: 88-110 mg/L). The fish mortality rate during acclimation reached 25% in fish measuring >150 mm of length on tenth day, while fish measuring <150 mm more adaptive with 100% survival. The male fish measuring 100-150 mm have 13-15 pectoral fin rays while female fish have fewer (13-14). The gonad development level of male C. limbata in nature is slower than female fish measuring 100-150 mm with a gonadosomatic index of ovaries reached 10 times higher than testicular. Keywords: acclimation, C. limbata, gonadosomatic index, ovaries ABSTRAK Ikan Channa limbata merupakan jenis ikan air tawar tropis dari famili Channidae yang berukuran relatif kecil sebagai ikan hias akuarium dengan warna yang khas pada ujung sirip punggungnya dan bentuk kepala mirip ular (dwarf snakehead). Aktivitas penangkapan ikan gabus alam telah mengancam kelestariannya. Pembibitan ikan C.limbata melalui budidaya dapat meningkatkan potensi pemanfaatannya secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi respons aklimatisasi ikan gabus alam di dalam penangkaran dan karakterisasi seksualnya sebagai landasan teknologi pembenihan ikan gabus C. limbata yang tepat. Sampel ikan yang digunakan merupakan hasil tangkapan alam dari sungai di Jawa Barat berukuran <100 mm hingga >150 mm kemudian diaklimasi indoor di akuarium (35×20×20 cm) selama 14 hari. Ikan gabus hidup di perairan sungai yang dangkal berarus lambat dengan suhu 20,2-21,3°C, TDS 16-24 mg/L dan pH netral, sedangkan suhu air pemeliharaan dan TDS lebih tinggi (suhu: 24,9-27,6°C; TDS: 88-110 mg/L). Angka kematian ikan selama aklimatisasi mencapai 25% pada ikan berukuran >150 mm hari ke 10, sedangkan ikan berukuran <150 mm lebih adaptif dengan sintasan 100%. Ikan jantan C.limbata berukuran 100-150 mm memiliki jari-jari sirip pektoral berjumlah 13-15, sedangkan ikan betina lebih sedikit (13-14). Tingkat perkembangan gonad ikan jantan lebih lambat dari pada ikan betina dengan indeks gonadosomatik ovarium mencapai 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan testis. Kata kunci: aklimatisasi, Channa limbata, indeks gonadosomatik, ovarium
PELATIHAN DAN PENERAPAN INOVASI PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA KEGIATAN BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR DI KAB. LAMONGAN Nurussalam, Wildan; Mahmud, Moh Burhanuddin; Hanggara, Yudha; Nuradzani, Daffa
Jurnal Abdi Insani Vol 12 No 1 (2025): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v12i1.2356

Abstract

Kabupaten Lamongan memiliki potensi besar dalam akuakultur polikultur bandeng dan udang, namun produktivitasnya terhambat oleh kualitas air yang buruk. Pemantauan kualitas air dan inovasi teknologi, seperti sensor dan biofilter alami, dapat meningkatkan efisiensi budidaya. Langkah ini mendukung SDGs, termasuk pengentasan kemiskinan, penyediaan pangan bergizi, dan pelestarian ekosistem. Pelatihan pengelolaan kualitas air dalam budidaya ikan bandeng dan udang di Kabupaten Lamongan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan pembudidaya dalam mengelola kualitas air secara berkelanjutan. Program ini dilaksanakan oleh tim dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, bekerja sama dengan Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan. Metode pelatihan dilakukan secara hybrid (daring dan luring) dengan materi mengenai pengelolaan kualitas air, pencegahan penyakit, dan penerapan teknologi pakan alami. Evaluasi melalui pre-test dan post-test menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman peserta, khususnya dalam aspek pengelolaan kualitas air dan penggunaan teknologi pakan alami. Hasil ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas tambak, serta memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat pesisir. Program ini juga mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan. Keberhasilan program ini mendukung tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), Pertama, SDG 1 (Tanpa Kemiskinan) dapat dicapai dengan meningkatkan pendapatan para pembudidaya melalui peningkatan produktivitas tambak. Kedua, SDG 2 (Tanpa Kelaparan) dapat diwujudkan dengan memastikan ketersediaan pangan bergizi melalui produksi perikanan yang berkelanjutan. Ketiga, SDG 14 (Ekosistem Lautan) dapat didukung melalui praktik budidaya yang ramah lingkungan, seperti integrasi rumput laut dan penggunaan teknologi biofilter alami untuk menjaga kualitas air.