Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PEMANFAATAN UBI KAYU (Manihot Esculenta Crantz) MENJADI BIOETANOL DENGAN MENKAJI PENGARUH TEMPERATUR, BERAT RAGI DAN LAMA FERMENTASI Juniar, Heni
Jurnal Distilasi Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Distilasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bioetanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan biomassa yang mengandung komponen pati atau selulosa) dan diproses secara biologi yaitu dengan enzimatik dan fermentasi. Kadar bioetanol yang dihasilkan akan semakin tinggi sampai waktu fermentasi maksimum (3 hari) karena pada  hari ketiga khamir berada fase pertumbuhan logaritma, dimana khamir mengalami kecepatan pembelahan tertinggi, dan setelah waktu maksimum kadar bioetanol yang dihasilkan menurun. Kadar bioetanol maksimum yang dihasilkan pada hari ke tiga yaitu sebesar 12,15 %. Semakin tinggi suhu fermentasi, maka kadar bioetanol yang dihasilkan akan semakin menurun. Kadar bioetanol tertinggi dihasilkan pada suhu 20 0C sebesar 12, 15 % dan terendah pada suhu 30 0C sebesar 0,40 %. Semakin besar berat ragi yang digunakan, maka akan semakin tinggi kadar bioetanol yang dihasilkan. Kadar bioetanol terbesar dihasilkan pada berat ragi 10 gram sebesar 12,15 %. Pada penelitian ini didapatkan kadar bioetanol tertinggi pada variabel suhu fermentasi 20 0C, waktu fermentasi 3 hari dan konsentrasi ragi sebanyak 10 gram
PEMBUATAN BIOETANOL DARI PATI UBI DENGAN PROSES HIDROLISIS ASAM Kalsum, Ummi; Juniar, Heni
Jurnal Distilasi Vol 2, No 2 (2017): Jurnal Distilasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jd.v2i2.1203

Abstract

Bahan bakar bioetanol (C2H5OH)adalah biofuel yang mengandung etanol dengan jenis yang sama dengan yang ditemukan pada minuman beralkohol. Pembuatan bioetanol disini adalah dengan metode hidrolisa HCl 15% dengan bahan baku pati ubi kayu. Pati tersebut akan diambil kandungan karbohidrat dan dikonversi menjadi glukosa (gula) larut dalam air. Ada tiga proses penelitian pembuatan bioetanol ini yaitu proses penghilangan lignin, proses hidrolisa yang akan membentuk alkohol dan proses pemurnian. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan nilai indeks bias dan berat jenis bioetanol yang didapat dengan nilai indeks bias dan berat jenis bioetanol sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kenaikan nilai indeks bias dan berat jenis bioetanol yang didapat antara kurun waktu 25 sampai dengan 120 menit dengan variabel volume HCl 15% yang digunakan yaitu 25 sampai dengan 45 ml. Dan nilai maksimum indeks bias yang didapat adalah 1,3561 dengan waktu hidrolisa selama 50 menit dan volume HCl yang digunakan sebanyak 45 ml. Sedangkan  nilai maksimum berat jeni bioetanol yang didapat adalah 1,1011 dengan waktu hidrolisa selama 25 menit dan volume HCl sebanyak 25 ml.
ADSORPSI ION LOGAM Fe DALAM LIMBAH TEKSTIL SINTESIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE BATCH Karim, Muhammad Arief; Juniar, Heni; Ambarsari, M. Fitria Putri
Jurnal Distilasi Vol 2, No 2 (2017): Jurnal Distilasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jd.v2i2.1205

Abstract

Adsorption is a process occurs in a fluid, either it is liquid or gas, bonded in a solid or liquid (absorbent agent, adsorbent) and eventually creates a thin layer or film (adsorbed agent, adsorbent) on its surface. In this study, the writer did the process of the adsorption of Fe metal ion to the adsorbent of carbide waste that has been processed into tablet with 3x5 mm size, adsorption was done with Batch process by stirring 15gr or adsorbent into 100ml of synthetic waste with 50rpm stirring speed. There are two factors that influence the decrease of Fe metal concentration in synthesis waste which is the influence of pH and time. This study used variables of adsorption time (1; 2; 3; 4; 5; 6) hours with pH (2.5; 4.1) for each hour with an initial concentration of Fe 800g metal ions. This study was conducted to obtain the optimum value of pH and concentration of final Fe metal ions with the comparison of initial pH ratio and predetermined time. Seen from the matrix results of the study, it can be concluded that the longer the stirring time the more metal ions are absorbed by the adsorbent of carbide waste and pH value also rises.
Perbandingan Efektivitas Karbon Aktif Sekam Padi Dan Kulit Pisang Kepok Sebagai Adsorben Pada Pengolahan Air Sungai Enim Legiso Legiso; Heni Juniar; Utari Maya Sari
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Air merupakan zat penting kedua setelah oksigen. Air sungai adalah sumber daya alam yang menjadi kebutuhan makhluk hidup namun hingga kini banyak terjadi pencemaran yang diakibatkan oleh kegiatan industri. Tingginya konsentrasi logam besi (Fe) di sepanjang sungai Enim di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim diakibatkan dari pembuangan air limbah cucian batubara yang bersifat asam yang masuk ke sungai alami yakni sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Enim dan anak anak sungai enim. Sungai tersebut merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya. Masyarakat menggunakan air sungai untuk keperluan mencuci dan mandi. Maka diperlukan suatu cara yang dapat mengurangi pencemaran pada air sungai dengan menggunakan berbagai adsorben salah satunya penggunaan karbon aktif sekam padi dan kulit pisang kepok. Tujuan penelitian mengetahui bagaimana kualitas karbon aktif dari sekam padi dan kulit pisang kepok degan variasi berat yang berbeda, mengetahui pengaruh keefektivitasan karbon aktif dari sekam padi dan kulit pisang kepok, mengetahui penurunan kadar besi (Fe), pH, TSS, setelah dilakukan penyaringan dengan karbon aktif dari sekam padi maupun penyaringan dengan karbon aktif dari kulit pisang kepok. Penelitian ini dilakukan dengan persiapan bahan baku, karbonisasi, aktivasi, dan penyerapan kadar air sungai dengan karbonaktif. Berdasarkan hasil penelitian karbon aktif sekam padi dengan konsentrasi H3PO4 15%, kadar Fe 0,57 mg/L menjadi 0,05 mg/L, TSS mengalami penurunan 80,2 mg/L menjadi 42,5mg/L namun untuk pH mengalami kenaikan setelah proses adsorbsi dari nilai awal 6,51 menjadi 7,03. Kesimpulan yang didapatkan bahwa karbon aktif sekam padi lebih baik dari karbon aktif kulit pisang kepok untuk mengurangi kadar pencemaran air sungai.
P PENGARUH INDEKS BIAS TERHADAP KADAR BIOETHANOL MENGGUNAKAN AMPAS KELAPA DAN Saccharomyces cerevisiae DENGAN PROSES FERMENTASI Ummi Kalsum; Heni Juniar
Jurnal Teknik Patra Akademika Vol 12 No 02 (2021): Jurnal Teknik Patra Akademika
Publisher : Politeknik Akamigas Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.936 KB) | DOI: 10.52506/jtpa.v12i02.130

Abstract

Keberadaan bahan bakar minyak semakin lama semakin menipis bahkan pada tahun 2025 diperkirakan ketersediaan minyak bumi akan habis. Sebagai pengganti BBM atau bahan bakar minyak, saat ini mulai dikembangkan Bahan Bakar Nabati (BBN). Untuk mengatasi kelangkahan bahan bakar minyak dan Pencemaran limbah ampas kelapa yang melimpah perlu ditangani upaya seperti menciptakan energi alternatif yaitu bioethanol. Pada ampas kelapa dilakukan analisa Fourier Tranfrom Infrared Spectroscopy (FTIR) untuk mengetahui gugus kimia yang terkandung dalam ampas kelapa. Setelah dianalisa diketahui bahwa Ampas Kelapa mengandung Polisakarida atau tepung-tepungan yang dapat dijadikan bahan baku pembuatan bioetanol.proses pembuatan bioetanol terdiri dari hidrolisis, fermentasi dan pemurnian. Ampas kelapa diperas selama 5 kali hingga kandungan santannya tidak keluar lagi, ampas kelapa dioven dengan suhu suhu 45ºC selama 5 jam kemudian diblender hingga menjadi tepung, kemudian ampas kelapa dihidrolysis menggunakan H2SO4 10% sebanyak 200 ml kemudian diambil ampas kelapanya 20gr dan dipanaskan selama 45 menit dengan suhu 80 ºC. dilakukakan fermentasi dengan bantuan saccharomyces cerevisiae yaitu, 4 g, 8 g, dan 10 g, pada suhu ruangan 28ºC dan lama fermentasi selama 6 hari, 7 hari, dan 8 hari dan destilasi dengan suhu 70-80 ºC. Hasil terbaik yang dihasilkan dari penelitian adalah pada lama fermentasi ke 7 hari dan pada penambahan saccharomyces cerevisiae 10 g dengan nilai indeks bias 1,33344 menghasilkan kadar bioethanol sebesar 13,2%.
Pengaruh Aspergillus niger Pada Pembuatan Bioetanol Dari Limbah Kulit Ubi Kayu Dan Kulit Nanas Heni Juniar
Jurnal Redoks Vol 6, No 1 (2021): REDOKS JANUARI - JUNI
Publisher : Universitass PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/redoks.v6i1.5318

Abstract

Bioetanol merupakan salah bahan bakar terbarukan yang saat ini sudah dimanfaatkan diberbagai Negara termasuk Indonesia. Sumatera Selatan terkenal memiliki kekayaan alam yang melimpah yang dapat digunakan sebagai bioenergy alternative, hal ini didukung dengan produksi buah-buahan dan umbi-umbian di Sumatera Selatan khususnya buah nanas. Dalam pembuatan bioetanol dari limbah nanas dan ubi kayu menggunakan fermentasi (Aspergillus niger),dan proses distilasi untuk pemurnian. Hasil penelitian menunjukan bioetanol campuran  kulit nana dan ubi kayu sebesar 10 ml dengan kadar bioetanol 3,27 % lebih banyak dibandingkan dari bioetanol masing masing limbah nanas dan ubi kayu.
P PENGARUH JENIS BAHAN PENGISI TERHADAP SIFAT FISIK PADA PEMBUATAN KOMPON KARET Rifdah Rifdah; Heni Juniar; Elvira Dara Sariska
Jurnal Teknik Patra Akademika Vol 13 No 01 (2022): Jurnal Teknik Patra Akademika
Publisher : Politeknik Akamigas Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.305 KB) | DOI: 10.52506/jtpa.v13i01.142

Abstract

Karet alam berperan penting sebagai sumber devisa negara dari sektor non migas. Akan tetapi karet alam tidak tahan terhadap oksidasi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya dengan menambahkan karet sintetis pada pembuatan kompon karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan karet alam (NR) terhadap sifat mekanik-fisik dan ketahanan terhadap pelarut organik kompon karet, serta mendapatkan formula kompon karet yang memenuhi persyaratan untuk bahan baku jadi karet selang gas LPG. Kompon karet dibuat dari campuran karet alam (NR) dan styrene butadiene rubber (SBR) dengan variasi perbandingan NR : SBR adalah 100 : 0, 80 : 20, 60 : 40, 50 : 50, 40 : 60, 20 : 80 dan 0 : 100.
Efektivitas Arang Aktif Sekam Padi dan Kulit Pisang Kepok sebagai Adsorben pada Pengolahan Air Sungai Sekanak 26 Ilir Palembang Satya, Iqram Pra; Legiso, Legiso; Juniar, Heni
Jurnal Teknologi Riset Terapan Vol. 2 No. 2 (2024): Juli
Publisher : Penerbit Goodwood

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35912/jatra.v2i2.5002

Abstract

Purpose: This study aimed to evaluate the effectiveness of activated charcoal from rice husks and Kepok banana peels in improving Sekanak River water quality, focusing on pH stabilization and iron (Fe) removal. Methodology: Activated charcoal was produced via carbonization, followed by sieving and characterization based on the moisture content, ash content, and volatile matter. Adsorption tests were conducted using varying adsorbent masses (35–55 g), and the water quality parameters (pH and Fe) were measured before and after treatment. Results: Both adsorbents met the SNI 06–3730–1995 standards: moisture content <15%, ash <10%, and volatile matter <25%. Using 55 g of banana peel charcoal reduced the Fe content from 0.40 mg/L to 0.049 mg/L and increased the pH from 6.59 to 7.27. Rice husk charcoal increased the pH to 7.16. Banana peel charcoal exhibited slightly better performance in both iron removal and pH improvement. Conclusion: Activated charcoal from banana peels and rice husks effectively improved water quality. Both met national standards, with banana peel charcoal offering slightly superior performance in reducing Fe and stabilizing pH. Limitation: This study was limited to laboratory-scale experiments on a single water source, without long-term or real-field testing. Only one activation method was used. Contribution: This study supports the use of low-cost, eco-friendly materials such as rice husks and banana peels as effective adsorbents for water treatment, offering sustainable solutions particularly suited for rural or resource-limited areas.
Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Melalui Pelatihan Pembuatan Minyak Atsiri di Kelurahan Plaju Darat Kota Palembang Herawati, Netty; Robiah, Robiah; Juniar, Heni; Kharismadewi, Dian; Ariyanto, Eko
Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 9 No. 3 (2023): Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agrokreatif.9.3.355-361

Abstract

Lemongrass (Cymbopogon citratus) is a family medicinal herb commonly used as a kitchen spice. Lemongrass contains essential oils such as citral, myrcene, geraniol, citronellol, and α-oxo bisabolene that have a high-selling value and benefits as a fungal growth inhibitor, antibacterial, anti-insect, and anti-cancer. Socialization about the benefits of lemongrass essential oils and training on producing its essential oils was conducted through community service. The activity material was delivered through a presentation, and training in processing lemongrass to essential oils was conducted through a demo activity directly in front of participants. This community service activity was held in the Plaju Darat urban village meeting hall involving family welfare empowerment representatives, the head of the neighborhood, and the urban village community as participants. Pre-tests and post-tests were given to participants to determine the level of their understanding of the material presented. The test results improved participants’ understanding of the benefits of essential oils and their processing methods. It was concluded that participants understood the benefits of lemongrass essential oils and knew how to produce them.