Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan tingkat tutur dalam bahasa Madura, khususnya dalam percakapan santri putri di Pondok Pesantren Al-Inaroh Jenggawah, Jember. Dengan latar belakang beragamnya latar belakang sosial santri, penelitian ini berfokus pada tiga ragam tingkat tutur: ɛngghi-bhuntǝn (halus), ɛngghi-ǝntǝn (pertengahan), dan ǝnjǝ-iyǝ (biasa). Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan melalui teknik analisis data model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tingkat tutur dalam komunikasi antar santri dan pengasuh sangat penting untuk menjaga kesantunan dan penghormatan terhadap pengasuh, pengurus serta ustadz,ustadzah. Tingkat tutur ɛngghi-bhuntǝn digunakan dalam konteks formal, mencerminkan sikap hormat kepada kyai dan pengurus pesantren, sedangkan ɛngghi-ǝntǝn digunakan dalam situasi yang lebih santai namun tetap sopan saat berinteraksi dengan ustadz dan ustadzah. Di sisi lain, tingkat tutur ǝnjǝ-iyǝ lebih umum digunakan dalam komunikasi antar santri yang memiliki hubungan akrab. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya memberikan wawasan tentang kekayaan bahasa Madura, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian bahasa daerah dan pemahaman tentang nilai-nilai sosial dalam interaksi antar individu. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi studi linguistik dan pendidikan bahasa daerah, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa Madura, sehingga generasi muda dapat lebih menghargai dan melestarikan bahasa dan budaya mereka. Penelitian ini juga berpotensi menjadi acuan bagi penelitian lebih lanjut mengenai interaksi sosial dan penggunaan bahasa dalam konteks yang lebih luas di masyarakat Madura di tengah arus globalisasi relevan.