Sitepu, Alim
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : JURNAL AGROTEKNOSAINS

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PUPUK TSP DAN KCL Dahang, Donatus; Nainggolan, Lyndon Parulian; Sitepu, Alim; Ginting, Linawati
JURNAL AGROTEKNOSAINS Vol 8, No 2 (2024): Jurnal Agroteknosains
Publisher : Universitas Quality

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36764/ja.v8i2.1399

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk TSP dan KCL terhadap pertumbuhan hasil tanaman kentang. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri atas dua faktor; Pertama TSP 5 taraf yaitu T0 (Kontrol), T1 (3 g), T2 (6 g), T3 (9 g), dan T4 (12 g) dan kedua KCL juga 5 traf K0 (Kontrol), K1 (1,5 g), K2 (3 g), K3 (4,5 g), dan K4 (6 g). Hasil penelitian menunjukkan tinggi tanaman pengaruh TSP pada 3 MST tidak berbeda nyata satu sama lain. Tinggi tanaman yang optimum pengaruh pupuk TSP pada 9 MST adalah T2 (50,2 cm). Pengaruh pupuk KCL menunjukkan, rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman pada 3 MST 11,6 cm (K0) – 17,7 cm (K4). Perlakuan pupuk KCL yang optimum adalah K2 (48,2 cm pada 9 MST). Berat umbi kentang per sampel 379,5 g (T0) - 516,3 g (T3). T1 (444,5 g) merupakan perlakuan yang optimum. Berat umbi kentang pengaruh pupuk KCL 387,5 g (K0) – 557,0 g (K4). K3 4,5 g (498,3 g) adalah perlakuan yang optimum. Berat umbi per plot pengaruh pupuk TSP T0 (5831 g) - T3 (7042 g). Perlakuan pupuk TSP optimum adalah T2 6 gr/ tanaman (6562 g). Berat umbi per plot pengaruh pupuk KCL 4591 g (K0) – 7212 g (K1). Berat umbi per plot tertinggi K1 7212 g. Semakin besar pupuk KCL yang digunakan, semakin berkurang rata-rata berat umbi kentang per plotnya.
ANALISIS USAHA TANI WORTEL (Daucus carota L.) DI BPP BARUS JAHE DESA SUKANALU DINAS PERTANIAN KABUPATEN KARO Siburian, Fandri; Marpaung, Poman HP; Sitepu, Alim
JURNAL AGROTEKNOSAINS Vol 8, No 2 (2024): Jurnal Agroteknosains
Publisher : Universitas Quality

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36764/ja.v8i2.1423

Abstract

Penduduk Negara yang berkembang adalah mayoritas petani. sebab itu, pembangunan pertanian merupakan tujuan utama dari setiap pemerintahan negara yang berkembang (Soetrisno, 1998:83).Sektor pertanian berperan penting di dalam perekonomian Indonesia terutama dalam bentuk penyediaan lapangan kerja dan kontribusinya terhadap pembentukan PDB dan ekspor (Tambunan, 2003:23). Sektor pertanian, masih banyak komoditi berpotensi yang belum ditangani secara serius. Salah satunya yang kini banyak dilirik para eksportir ialah sayuran komersial karena memiliki peluang pasar, khususnya di luar negeri, yang tak kalah dengan komoditi lainnya (Tim Penulis PS, 1993:44-45). dampak  positif  bagi  kehidupan  masyarakat,  yaitu  memberikan  kesempatan kerja  yang  luas,  memberikan  penghasilan  bagi  masyarakat  pada  setiap  rantai agribisnis, dan meningkatkan perbaikan gizi masyarakat. Pengembangan budidaya wortel di Indonesia didukung oleh keadaan agroklimatologi dan agroekonomi wilayah yang sesuai (Cahyono, 2002 : 14).Hal tersebut menyebabkan rendahnya nilai keuntungan yang diperoleh petani. Kendala usahatani sayur-sayuran di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia, adalah rendahnya nilai pendapatan petani, keterbatasan pengetahuan petani, keterbatasan lahan yang dimiliki petani dan posisi penawaran pada pihak petani yang kurang kuat. (Ashari, 1995:11).Produktivitas dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor, antara lain: varietas, tingkat kesesuaian lahan (termasuk luas dan kualitasnya), jenis teknologi yang digunakan, ketersediaan modal, kualitas pupuk dan input lainnya, ketersediaan dan kualitas infrastruktur pendukung (seperti irigasi) dan tingkat pendidikan/pengetahuan petani (Tambunan, 2003:47).Perbedaan pendapatan berkaitan erat dengan produktivitas para petani. Sementara produktivitas tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor antara lain: luas lahan yang dimiliki, kebijakan pemerintah dalam pemberian insentif pada petani, dan sebagainya (Soetrisno, 1998:5).Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul " Analisis Usaha Tani Wortel (Daucus Carota L.)  Di BPP Barus Jahe Desa Sukanalu Dinas Pertanian Kabupaten Karo ".
Produktivitas Kopi Arabika Melalui Perangkap (Trap) Berbasis Sumberdaya Lokal Marpaung, Posman HP; Siburian, Fandri; Sitepu, Alim
JURNAL AGROTEKNOSAINS Vol 9, No 1 (2025): Jurnal Agroteknosains
Publisher : Universitas Quality

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36764/ja.v9i1.1526

Abstract

Kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan penting di Indonesia, dan menjadi sumber pendapatan bagi jutaan petani dan keluarganya. Kita semua sebagai petani maupun para konsumen yang biasa meminum kopi dari Indonesia tentu berharap bahwa produksi kopi masih akan berlanjut terus di masa depan. Kita menyadari bahwa praktek produksi yang diterapkan para petani kopi saat ini sebagian telah mendukung pertanian berkelanjutan, tetapi masih ada beberapa praktek pertanian kopi yang belum sesuai dengan prinsip pertanian berkelanjutan. Tanaman Kopi (Coffee Sp) merupakan salah satu tanaman utama di Sumatera Utara yang banyak diusahakan oleh rakyat termasuk Kabupaten Karo. Tanaman ini merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian daerah Kabupaten Karo karena dapat menyumbangkan devisa untuk daerah ini. Secara umum tanaman kopi tumbuh pada ketinggian 500 m dari permukaan laut dengan suhu rata-rata 21-24 0C dan menghendaki curah hujan 2000 - 3000 mm. Jenis komoditi unggulan yang dibudidayakan masyarakat Kabupaten Karo tahun 2020 adalah tanaman kopi (Reza dan Tri, 2023). Komasti merupakan varietas bahan tanam unggul baru kopi Arabika yang telah dilepas oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia pada tahun 2013. Varietas ini mempunyai potensi hasil mencapai ±2,1 ton greenbean per hektar dengan populasi 2.000 tanaman tentu dengan perawatan yang intensif. Untuk menjaga tanaman kopi tetap sehat dan produktif, dianjurkan untuk melakukan pencegahan serangan hama dan penyakit serta mengendalikanya secara benar apabila tanaman telah terserang. Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan penyemprotan spora jamur Beauveria bassiana. Biakan Beauveria dapat dibuat sendiri oleh petani atau membeli dari dinas setempat. Sistem pertanian berkelanjutan menawarkan alternatif praktek produksi kopi yang ramah lingkungan dan secara sosial ekonomi menguntungkan. Sistem ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan para petani saat ini tanpa mengabaikan kepentingan anak cucu yang akan datang.