Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Validity and reliability testing of the Shatri Sinulingga psychosomatic test (SSPT) questionnaire as a screening instrument for psychosomatic disorders in Indonesia Shatri, Hamzah; Sinulingga, Dika I.; Faisal, Edward; Irvianita, Vinandia; Putranto, Rudi; Ardani, Yanuar; Erlita, Diana; Jeger, Dian P.; Browijoyo, Isa A.
Narra J Vol. 4 No. 3 (2024): December 2024
Publisher : Narra Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52225/narra.v4i3.1373

Abstract

The incidence of psychosomatic disorders is increasing in Indonesia, and therefore screening instruments that are culturally appropriate for the Indonesian population are needed. The aim of this study was to assess the validity and reliability of the Shatri Sinulingga psychosomatic test (SSPT) questionnaire as a screening instrument for psychosomatic disorders in Indonesia. An analytic descriptive cross-sectional study divided into two stages (questionnaire formulation and distribution through the Psikosom.id application) was conducted in 2023. The validity test was carried out using the product moment technique, and Cronbach's alpha assessment was carried out to evaluate the reliability of the questionnaire. A total of 372 participants were included, with a mean age of 39.24 years old. The SSPT questionnaire scores had strong correlations with the scores of hospital anxiety and depression scale (HADS) (r=0.668; p<0.001) and the Symptom Checklist-90 (SCL-90) (r=0.674; p<0.001); and moderately correlated with the score of fatigue severity scale (FSS) (r=0.505; p<0.001) and Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) (r=0.492; p<0.001). The correlation coefficient (r) value of each SSPT question ranged from 0.389–0.726, and all r higher than r table with an overall Cronbach’s alpha of 0.744. The SSPT questionnaire's strong predictive performance: had a sensitivity of 75.6% and specificity of 71.4% with an area under the curve (AUC) of 81% (95%CI: 76.6–85.4%; p<0.001) to HADS; sensitivity of 80% and specificity of 58.6% with an AUC of 75.1% (95%CI: 70–80.2%; p<0.001) to FSS; sensitivity of 64% and specificity of 67.5% with an AUC of 71.2% (95%CI:  65.4–77%; p<0.001) to PSQI; and had sensitivity of 78% and specificity of 67.4% with an AUC of 80.9% (95%CI:  76.6–85.3%; p<0.001) to SCL-90. The study highlights that the SSPT questionnaire is valid and reliable to be used as a screening instrument for psychosomatic disorders in Indonesia.
Hubungan Antara Depresi, Anemia Defisiensi Besi dan Status Nutrisi Terhadap Gangguan Tidur pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis: The Relationship between Depression, Iron Deficiency Anemia and Nutritional Status of Sleep Disorders in Chronic Kidney Disease Patients Who Undergoing Hemodialysis Vera abdullah; Salwani, Desi; Erlita, Diana; Sari, Julia
Journal of Medical Science Vol 6 No 2 (2025): Journal of Medical Science
Publisher : LITBANG RSUDZA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55572/jms.v6i2.229

Abstract

Penyakit ginjal kronis (PGK) memengaruhi lebih dari 10% populasi dunia, dengan jumlah lebih dari 800 juta orang. Gangguan tidur sangat sering terjadi pada pasien dialisis, dengan prevalensi keluhan tidur tercatat antara 30–80% kasus. Namun, penelitian mengenai prevalensi kualitas tidur pada pasien hemodialisis masih terbatas. RSUDZA memiliki pusat hemodialisis, namun belum pernah dilakukan penelitian terkait gangguan tidur pada pasien hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran depresi, anemia defisiensi besi, dan status nutrisi pada pasien Penyakit ginjal kronis (PGK)  yang menjalani hemodialisis serta hubungannya dengan kualitas tidur. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan potong lintang. Data karakteristik pasien yang dikumpulkan meliputi nama, umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan dan lama dialisis. Kualitas tidur dinilai menggunakan kuesioner dan wawancara dengan menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Skrining depresi dilakukan menggunakan Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) dan penilaian derajat keparahan depresi menggunakan Beck Depression Inventory (BDI). Status nutrisi dinilai dengan pemeriksaan Indeks Massa Tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien hemodialisis berjenis kelamin laki-laki (57%), berusia di atas 45 tahun, dan sebagian besar sudah menjalani hemodialisis selama 2-5 tahun serta memiliki status gizi baik. Sebagian besar pasien memiliki status psikologis yang baik. Semua pasien hemodialisis mengalami anemia, namun hanya sebagian kecil yang mengalami anemia defisiensi besi (31%). Sebanyak 64% pasien yang menjalani hemodialisis mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur terutama terjadi pada pasien yang tidak mengalami depresi, tanpa anemia defisiensi besi dan memiliki berat badan normal. Temuan ini menunjukkan bahwa gangguan tidur pada pasien hemodialisis tidak hanya dipengaruhi oleh faktor psikologis dan status nutrisi, tetapi juga kemungkinan terkait dengan berbagai faktor lain seperti perubahan metabolisme akibat uremia, gangguan elektrolit, nyeri, pruritus, dan jadwal dialisis.