Juhanis, Hasan Bin
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

حكم انتفاع اللقطات لبناء المسجد في الفقه الإسلامي Milanda, Milanda; Juhanis, Hasan Bin; Abidin, Zainal
Journal of Family Law and Islamic Court Vol 1, No 3 (2023): Journal of Family Law and Islamic Court
Publisher : Family Law Study Program (Ahwal Syakhshiyah), Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jflic.v1i3.10972

Abstract

هذا البحث يتحدث عن حكم بناء المسجد باللقطة، أما لب الموضوع الذي سيركز فيه الباحثة في هذا البحث: ١) ما حكم تملك اللقطات في الفقه الإسلامي ۲) ما حكم انتفاع اللقطات لبناء المسجد في الفقه الإسلامي. أما الطريقة في كتابة هذا البحث هي الدراسة المكتبية أي طريقة تعلم وتحليل المواد الموجودة من مصادر المكتبية كالكتب المقالات وغيرها مما يتعلق بحكم بناء المسجد باللقطة تحصل على المواد المعتبرة والمعتمدة ثم تجمع وتكتب وترتب في هذا البحث. ونتائج هذا البحث هي: ١) أن حكم التملك اللقطة لا يجوز إلا بعد التعريف مدة السنة إذا كانت اللقطة ذات قيمة كبيرة، أما إذا كانت قيمة اللقطة قليلة فلا بأس تملكها ٢) أن حكم انتفاع اللقطات لبناء المساجد جائز بعد تعريفها حولا، أما إذا كانت قيمتها قليلة فلا بأس انتفاعها والتصدق بها في المسجد، فتكون أجرا لصاحبها. Penelitian ini membahas tentang bagaimana hukum penggunaan barang temuan untuk pembangunan masjid dalam fiqih islam, adapun pokok masalah dalam penelitian ini adalah: 1) bagaimana hukum memiliki barang temuan dalam fikih islam. 2) bagaimana hukum pemanfaatan barang temuan untuk pembangunan masjid dalam fikih islam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pustaka yaitu penelitian dengan cara mengkaji dan menelaah data yang diperoleh dari sumber kepustakaan seperti buku-buku, makalah-makalah, artikel, dan lain sebagainya yang menyangkut masalah hukum pemanfaatan barang temuan untuk pembangunan masjid. Data-data yang diperoleh dari hasil telaah kepustakaan tersebut diolah dan disusun dan disimpulkan perspektif hukum Islam yang tepat terhadap masalah yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1) Hukum memiliki barang temuan tidak diperbolehkan hingga telah diumumkan selama satu tahun jika luqatah dalam jumlah besar, adapun jika luqatah berjumlah kecil maka tidak mengapa memilikinya 2) hukum pemanfaatan barang temuan untuk pembangunan masjid diperbolehkan jika telah diumumkan selama satu tahun, akan tetapi jika jumlahnya sedikit boleh untuk disedekahkan, maka pemilik barang tersebut akan mendapatkan pahala.
The Validity of Interfaith Marriages According to MA No. 1400K/Pdt/1986 Perspectives on Islamic Jurisprudence Makdura, Siti Kurniawati; Juhanis, Hasan Bin; Rapung, Rapung
Journal of Family Law and Islamic Court Vol 2, No 3 (2024): Journal of Family Law and Islamic Court
Publisher : Family Law Study Program (Ahwal Syakhshiyah), Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jflic.v2i3.16880

Abstract

This research discusses the law on interfaith marriage according to the Supreme Court No. 1400K/Pdt/1986 and the perspective of Islamic jurisprudence. The method used in this research is the library research method, namely research by studying and analyzing data obtained from library sources such as books, papers, articles, journals and so on which relate to the law of interfaith marriage, so that you will get exact data. Then the data was copied and compiled into a thesis after careful research. The results of this research can be concluded that, the first: There is not a single regulation, be it religious regulations or legislation that allows or requires marriages of different religions. Because the Supreme Court decision No. 1400K/Pdt/1986, does not have strong legal legality as a legal source for interfaith marriages. The second: The law on interfaith marriage is divided into several parts from the perspective of Islamic jurisprudence, namely:  The law is for Muslim men to marry women from people of the book, that is, most scholars tend to allow such marriages and some of them only consider it a harbinger.  The law on marriage between Muslim men and polytheist women is that the scholars agree that it is forbidden for a Muslim man to marry a polytheist woman. The law for Muslim women marrying non-Muslim men is that Islamic legal experts consider this marriage to be prohibited by Islam, whether the prospective husband is from people of the book (Jews and Christians) or adherents of other religions who have holy books such as Hinduism and Buddhism or adherents of other religions. beliefs that do not have a holy book. Muslim women cannot marry men other than those of their religion, whether from the people of the book or others under any circumstances.
القتل المعتبر المانع من الميراث في الفقه الإسلامي Firdasari, Nanda Jumria; Juhanis, Hasan Bin; Rapung, Rapung
Journal of Family Law and Islamic Court Vol 1, No 3 (2023): Journal of Family Law and Islamic Court
Publisher : Family Law Study Program (Ahwal Syakhshiyah), Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jflic.v1i3.10975

Abstract

هذا البحث يتحدث عن القتل المعتبر المانع من الميراث، وهو على مشكلتين: وما الآثار المرتبة من قتل الوارث مورثه في الفقه الإسلامي؟، ما أقوال العلماء حول القتل الذي يمنع من الميراث ؟.المنهج في كتابة هذا البحث هي الدراسة المكتبية بطريقة جمع المواد والمعلومات من المكتبية كالكتب، والمقالات العلمية وغيرها مما يتعلق بالقتل وآثاره على الميراث، والمعلومات المحصولة من هذا البحث وتحليلها وترتيبها ثم تنظيمها بعد الدراسة الدقيق.والنتيجة منها: 1) الآثار المرتبة على قتل الوارث مورثه منها: القصاص، والكفارة، الدية، والحرمان من وصيته وميراث والإثم إذا كان القتل العمد، والدية والكفرة والحرمان من الإرث إذا كان القتل شبه العمد، ووجوب الدية والكفارة وحرمان من وصيته وميراثه إذا كان القتل الخطأ، وإذا كان القتل بسبب إنما حسب الحالات منها الإكراه والشهادة بالقتل وحكم الحاكم بقتل رجل، والقتل ما أجري مجرى الخطأ يكون حكمه حكم خطأ، بخلاف القتل بحق فإنه لم يمنع من الميراث ولا يأثم بقتله، ولا يجب عليه ضمان.2)  أن العلماء اتفقوا على أن القتل العمد مانع من الميراث واختلفوا في القتل شبه العمد والخطأ وما يجري مجرى الخطأ وبسبب، فذهب الحنفية والشافعية والحنابلة إلى أن كل منها مانع من الميراث وأما المالكية فذهبوا إلى أنها لا يمنع من الميراث.  Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pembunuhan yang dianggap menahan dari mendapatkan warisan dalam perspektif fikih Islam berdasarkan dua persoalan utama yaitu: Apa dampak yang ditimbulkan dari pembunuhan ahlul waris terhadap pewarisnya dalam perspektif fikih Islam dan Pendapat para Ulama terkait pembunuhan yang dapat menahan dari mendapatkan warisan.Dalam skripsi ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan yaitu penelitian dengan mengkaji dan menelaah data yang diperoleh dari sumber kepustakaan seperti buku-buku, makalah-makalah, artikel dan lain sebagainya yang berhubungan dengan masalah Pembunuhan dan pengaruhnya terhadap warisan, sehingga akan didapatkan data yang tepat dan jela syang kemudian data-data tersebut disusun dalam skripsi setelah melalui penelitian secara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukan: 1) Dampak dari pembunuhan seoranng ahli waris terhadap pewarisnya diantaranya adalah Qishas, Kafarah, Diyah, Dosa, tidak mendapatkan warisan dan juga wasiat jika pembunuhan yang disengaja, Diyah dan Kafarah, tidak mendapatkan warisan jika pembunuhan yang merepuai sengaja, Kafarah, Diyah, Dosa, tidak mendapatkan warisan dan juga wasiat jika pembunuhan yang salah sasaran, Dan jika pembunuhan itu karena suatu alasan, maka menurut kasusnya, termasuk pemaksaan, kesaksian pembunuhan, dan keputusan penguasa untuk membunuh seorang laki-laki, dan pembuhan yang salah maka hukumnya menjadi hukum pembunuhan salah sasaran, berbeda pada kasus pembunuhan yang disyariatkan maka dia tidak terhalang dari warisan dan tidak berdosa dengan pembunuhannya dan tidak wajib baginya tanggungan.2) bahawa ulama sepakat bahwa  pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja akan menahan seseorang dari mendapatkan warisan, adapun pembunuhan yang menyerupai sengaja, pembunuhan karna suatu sebab lain, pembunuhan yang salah sasaran, Ulama Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah sepakat bahwa itu tidak menahan dari mendapatkan warisan berbeda dengan Ulama dari Maliki maka itu dinyatakan sebagi Penahan dari mendapatkan warisan.
حكم انتفاع اللقطات لبناء المسجد في الفقه الإسلامي Milanda, Milanda; Juhanis, Hasan Bin; Abidin, Zainal
Journal of Family Law and Islamic Court Vol. 1 No. 3 (2023): Journal of Family Law and Islamic Court
Publisher : Family Law Study Program (Ahwal Syakhshiyah), Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jflic.v1i3.10972

Abstract

هذا البحث يتحدث عن حكم بناء المسجد باللقطة، أما لب الموضوع الذي سيركز فيه الباحثة في هذا البحث: ١) ما حكم تملك اللقطات في الفقه الإسلامي ۲) ما حكم انتفاع اللقطات لبناء المسجد في الفقه الإسلامي. أما الطريقة في كتابة هذا البحث هي الدراسة المكتبية أي طريقة تعلم وتحليل المواد الموجودة من مصادر المكتبية كالكتب المقالات وغيرها مما يتعلق بحكم بناء المسجد باللقطة تحصل على المواد المعتبرة والمعتمدة ثم تجمع وتكتب وترتب في هذا البحث. ونتائج هذا البحث هي: ١) أن حكم التملك اللقطة لا يجوز إلا بعد التعريف مدة السنة إذا كانت اللقطة ذات قيمة كبيرة، أما إذا كانت قيمة اللقطة قليلة فلا بأس تملكها ٢) أن حكم انتفاع اللقطات لبناء المساجد جائز بعد تعريفها حولا، أما إذا كانت قيمتها قليلة فلا بأس انتفاعها والتصدق بها في المسجد، فتكون أجرا لصاحبها. Penelitian ini membahas tentang bagaimana hukum penggunaan barang temuan untuk pembangunan masjid dalam fiqih islam, adapun pokok masalah dalam penelitian ini adalah: 1) bagaimana hukum memiliki barang temuan dalam fikih islam. 2) bagaimana hukum pemanfaatan barang temuan untuk pembangunan masjid dalam fikih islam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pustaka yaitu penelitian dengan cara mengkaji dan menelaah data yang diperoleh dari sumber kepustakaan seperti buku-buku, makalah-makalah, artikel, dan lain sebagainya yang menyangkut masalah hukum pemanfaatan barang temuan untuk pembangunan masjid. Data-data yang diperoleh dari hasil telaah kepustakaan tersebut diolah dan disusun dan disimpulkan perspektif hukum Islam yang tepat terhadap masalah yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1) Hukum memiliki barang temuan tidak diperbolehkan hingga telah diumumkan selama satu tahun jika luqatah dalam jumlah besar, adapun jika luqatah berjumlah kecil maka tidak mengapa memilikinya 2) hukum pemanfaatan barang temuan untuk pembangunan masjid diperbolehkan jika telah diumumkan selama satu tahun, akan tetapi jika jumlahnya sedikit boleh untuk disedekahkan, maka pemilik barang tersebut akan mendapatkan pahala.
القتل المعتبر المانع من الميراث في الفقه الإسلامي Firdasari, Nanda Jumria; Juhanis, Hasan Bin; Rapung, Rapung
Journal of Family Law and Islamic Court Vol. 1 No. 3 (2023): Journal of Family Law and Islamic Court
Publisher : Family Law Study Program (Ahwal Syakhshiyah), Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jflic.v1i3.10975

Abstract

هذا البحث يتحدث عن القتل المعتبر المانع من الميراث، وهو على مشكلتين: وما الآثار المرتبة من قتل الوارث مورثه في الفقه الإسلامي؟، ما أقوال العلماء حول القتل الذي يمنع من الميراث ؟.المنهج في كتابة هذا البحث هي الدراسة المكتبية بطريقة جمع المواد والمعلومات من المكتبية كالكتب، والمقالات العلمية وغيرها مما يتعلق بالقتل وآثاره على الميراث، والمعلومات المحصولة من هذا البحث وتحليلها وترتيبها ثم تنظيمها بعد الدراسة الدقيق.والنتيجة منها: 1) الآثار المرتبة على قتل الوارث مورثه منها: القصاص، والكفارة، الدية، والحرمان من وصيته وميراث والإثم إذا كان القتل العمد، والدية والكفرة والحرمان من الإرث إذا كان القتل شبه العمد، ووجوب الدية والكفارة وحرمان من وصيته وميراثه إذا كان القتل الخطأ، وإذا كان القتل بسبب إنما حسب الحالات منها الإكراه والشهادة بالقتل وحكم الحاكم بقتل رجل، والقتل ما أجري مجرى الخطأ يكون حكمه حكم خطأ، بخلاف القتل بحق فإنه لم يمنع من الميراث ولا يأثم بقتله، ولا يجب عليه ضمان.2)  أن العلماء اتفقوا على أن القتل العمد مانع من الميراث واختلفوا في القتل شبه العمد والخطأ وما يجري مجرى الخطأ وبسبب، فذهب الحنفية والشافعية والحنابلة إلى أن كل منها مانع من الميراث وأما المالكية فذهبوا إلى أنها لا يمنع من الميراث.  Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pembunuhan yang dianggap menahan dari mendapatkan warisan dalam perspektif fikih Islam berdasarkan dua persoalan utama yaitu: Apa dampak yang ditimbulkan dari pembunuhan ahlul waris terhadap pewarisnya dalam perspektif fikih Islam dan Pendapat para Ulama terkait pembunuhan yang dapat menahan dari mendapatkan warisan.Dalam skripsi ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan yaitu penelitian dengan mengkaji dan menelaah data yang diperoleh dari sumber kepustakaan seperti buku-buku, makalah-makalah, artikel dan lain sebagainya yang berhubungan dengan masalah Pembunuhan dan pengaruhnya terhadap warisan, sehingga akan didapatkan data yang tepat dan jela syang kemudian data-data tersebut disusun dalam skripsi setelah melalui penelitian secara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukan: 1) Dampak dari pembunuhan seoranng ahli waris terhadap pewarisnya diantaranya adalah Qishas, Kafarah, Diyah, Dosa, tidak mendapatkan warisan dan juga wasiat jika pembunuhan yang disengaja, Diyah dan Kafarah, tidak mendapatkan warisan jika pembunuhan yang merepuai sengaja, Kafarah, Diyah, Dosa, tidak mendapatkan warisan dan juga wasiat jika pembunuhan yang salah sasaran, Dan jika pembunuhan itu karena suatu alasan, maka menurut kasusnya, termasuk pemaksaan, kesaksian pembunuhan, dan keputusan penguasa untuk membunuh seorang laki-laki, dan pembuhan yang salah maka hukumnya menjadi hukum pembunuhan salah sasaran, berbeda pada kasus pembunuhan yang disyariatkan maka dia tidak terhalang dari warisan dan tidak berdosa dengan pembunuhannya dan tidak wajib baginya tanggungan.2) bahawa ulama sepakat bahwa  pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja akan menahan seseorang dari mendapatkan warisan, adapun pembunuhan yang menyerupai sengaja, pembunuhan karna suatu sebab lain, pembunuhan yang salah sasaran, Ulama Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah sepakat bahwa itu tidak menahan dari mendapatkan warisan berbeda dengan Ulama dari Maliki maka itu dinyatakan sebagi Penahan dari mendapatkan warisan.
The Validity of Interfaith Marriages According to MA No. 1400K/Pdt/1986 Perspectives on Islamic Jurisprudence Makdura, Siti Kurniawati; Juhanis, Hasan Bin; Rapung, Rapung
Journal of Family Law and Islamic Court Vol. 2 No. 3 (2024): Journal of Family Law and Islamic Court
Publisher : Family Law Study Program (Ahwal Syakhshiyah), Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jflic.v2i3.16880

Abstract

This research discusses the law on interfaith marriage according to the Supreme Court No. 1400K/Pdt/1986 and the perspective of Islamic jurisprudence. The method used in this research is the library research method, namely research by studying and analyzing data obtained from library sources such as books, papers, articles, journals and so on which relate to the law of interfaith marriage, so that you will get exact data. Then the data was copied and compiled into a thesis after careful research. The results of this research can be concluded that, the first: There is not a single regulation, be it religious regulations or legislation that allows or requires marriages of different religions. Because the Supreme Court decision No. 1400K/Pdt/1986, does not have strong legal legality as a legal source for interfaith marriages. The second: The law on interfaith marriage is divided into several parts from the perspective of Islamic jurisprudence, namely:  The law is for Muslim men to marry women from people of the book, that is, most scholars tend to allow such marriages and some of them only consider it a harbinger.  The law on marriage between Muslim men and polytheist women is that the scholars agree that it is forbidden for a Muslim man to marry a polytheist woman. The law for Muslim women marrying non-Muslim men is that Islamic legal experts consider this marriage to be prohibited by Islam, whether the prospective husband is from people of the book (Jews and Christians) or adherents of other religions who have holy books such as Hinduism and Buddhism or adherents of other religions. beliefs that do not have a holy book. Muslim women cannot marry men other than those of their religion, whether from the people of the book or others under any circumstances.