Desa Sumber Rejeki merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Watubangga, Kabupaten Kolaka, yang sering mengalami banjir akibat curah hujan tinggi dan kondisi topografi yang bervariasi. Permasalahan utama desa ini adalah belum tersedianya data spasial seperti peta administrasi dan peta daerah rawan banjir yang dapat digunakan untuk mitigasi dan perencanaan pembangunan. Berbeda dari pendekatan responsif sebelumnya, kegiatan ini menerapkan metode pemetaan partisipatif berbasis GIS untuk menghasilkan peta rawan banjir dan peta administrasi terbaru sebagai dasar mitigasi preventif di wilayah yang minim data spasial. Metode pelaksanaan meliputi empat tahap, yaitu: (1) persiapan dengan pengumpulan data sekunder; (2) survei lapangan berbasis partisipatif untuk memperoleh data primer dan informasi lokal; (3) analisis dan pemetaan menggunakan metode skoring dan overlay dalam perangkat lunak ArcGIS; serta (4) validasi hasil peta bersama pemerintah dan masyarakat desa. Pengetahuan lokal warga berdasarkan pengalaman historis terhadap banjir memberikan informasi penting mengenai lokasi rawan, kedalaman, durasi, dan penyebab banjir yang sering kali tidak terdeteksi oleh teknologi konvensional. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa wilayah Desa Sumber Rejeki terdiri atas tiga tingkat kerawanan banjir, yaitu tidak rawan (±70%), cukup rawan (±19%), dan rawan (±11%). Peta yang dihasilkan tidak hanya berguna untuk mitigasi bencana, tetapi juga untuk perencanaan pembangunan desa yang lebih aman, partisipatif, dan berkelanjutan. Kegiatan ini menegaskan bahwa pendekatan pemetaan partisipatif berbasis SIG mampu memperkuat ketahanan masyarakat melalui pengelolaan risiko berbasis lokal, dan dapat dijadikan model bagi desa lain yang memiliki risiko banjir serupa. Spatial Analysis Of Flood-Prone Areas In Sumber Rejeki Village Abstrak Sumber Rejeki Village is one of the areas in Watubangga Subdistrict, Kolaka Regency, which often experiences flooding due to high rainfall and varied topography. The main problem facing this village is the lack of spatial data, such as administrative maps and flood-prone area maps, which can be used for mitigation and development planning. Unlike previous responsive approaches, this activity applies a GIS-based participatory mapping method to produce the latest flood-prone maps and administrative maps as a basis for preventive mitigation in areas with minimal spatial data. The implementation method consists of four stages, namely: (1) preparation by collecting secondary data; (2) participatory field surveys to obtain primary data and local information; (3) analysis and mapping using scoring and overlay methods in ArcGIS software; and (4) validation of map results with the government and village community. Local residents' knowledge based on historical experiences of flooding provides important information about vulnerable locations, depth, duration, and causes of flooding that are often undetectable by conventional technology. The results of the activity show that the Sumber Rejeki Village area consists of three levels of flood vulnerability, namely not vulnerable (±70%), moderately vulnerable (±19%), and vulnerable (±11%). The resulting map is not only useful for disaster mitigation, but also for planning safer, more participatory, and sustainable village development. This activity confirms that a participatory GIS-based mapping approach can strengthen community resilience through local risk management, and can serve as a model for other villages facing similar flood risks.