Transformasi digital dalam sistem keuangan merupakan kebutuhan mendesak bagi pelaku UMKM untuk mencapai efisiensi, transparansi, dan kesinambungan usaha. Namun demikian, pelaku UMKM di daerah perdesaan masih mengalami hambatan serius dalam aspek literasi keuangan dan penerapan teknologi pencatatan digital. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pelaku UMKM di RT 3 RW 3 Desa Ndudak Sidodadi, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, dalam menerapkan pencatatan keuangan menggunakan aplikasi sederhana seperti Si APIK, BukuKas, dan Microsoft Excel. Metodologi kegiatan mencakup tahap observasi, pelatihan teknis, pendampingan, serta evaluasi berbasis partisipasi. Hasil pelaksanaan menunjukkan bahwa 80% peserta sudah mulai melakukan pencatatan transaksi secara teratur, 60% telah mampu menyusun laporan keuangan dasar, dan 65% dapat menjalankan aplikasi digital secara mandiri. Fakta ini memperlihatkan bahwa metode pelatihan berbasis praktik langsung dan kontekstual lebih efektif dibandingkan pendekatan konvensional dalam menjembatani kesenjangan digital. Hambatan yang masih ditemukan antara lain adalah kurangnya kepercayaan diri dalam mengakses teknologi, terbatasnya jaringan internet, serta ketergantungan terhadap pendamping. Oleh karena itu, keterlibatan mentor lokal menjadi solusi strategis untuk memastikan keberlanjutan program. Kegiatan ini telah berhasil meletakkan dasar bagi digitalisasi keuangan UMKM di tingkat komunitas perdesaan, dan model ini memungkinkan untuk diadaptasi di wilayah lain dengan kondisi serupa.Digital transformation in the financial system is an urgent need for MSMEs to achieve efficiency, transparency, and business sustainability. However, MSMEs in rural areas still face serious obstacles in financial literacy and the implementation of digital recording technology. This community service activity aims to improve the capabilities of MSMEs in RT 3 RW 3, Ndudak Sidodadi Village, Mijen District, Semarang City, in implementing financial recording using simple applications such as Si APIK, BukuKas, and Microsoft Excel. The activity methodology includes observation, technical training, mentoring, and participatory evaluation. The implementation results show that 80% of participants have started recording transactions regularly, 60% have been able to prepare basic financial reports, and 65% can run digital applications independently. This fact shows that hands-on and contextual training methods are more effective than conventional approaches in bridging the digital divide. Barriers that are still encountered include a lack of confidence in accessing technology, limited internet access, and dependence on mentors. Therefore, the involvement of local mentors is a strategic solution to ensure the sustainability of the program. This initiative has successfully laid the foundation for the digitalization of MSME finance at the rural community level, and this model can be adapted to other areas with similar conditions.