Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Objektivitas pemberitaan kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan pada betahita.id dan kanalkalimantan.com Rahmatika, Chaerunnisa; Fadilah, Efi; Kusmayadi, Ika Merdekawati
Comdent: Communication Student Journal Vol 2, No 1 (2024): Mei 2024 - Oktober 2024
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/comdent.v2i1.56914

Abstract

Latar belakang: Media massa memiliki fungsi sebagai penyedia informasi bagi publik, baik pembaca, pendengar, maupun pemirsa. Dalam konteks kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), peran media massa dalam menginformasikan dan mengedukasi masyarakat melalui pemberitaan menjadi sangat krusial. Hal ini dikarenakan media dapat berfungsi sebagai sumber informasi utama terkait peristiwa dan perkembangan karhutla, secara psikologis membangkitkan rasa kemanusiaan publik, dan bahkan menjadi mediator dalam penyaluran bantuan bencana. Kendati demikian, kompleksitas isu karhutla seringkali menghadirkan tantangan tersendiri bagi media massa. Tujuan: enelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat objektivitas pemberitaan kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan pada media betahita.id dan kanalkalimantan.com. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan metode analisis isi. Objek penelitian terdiri dari 39 sampel berita mengenai kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan periode Juni – Oktober 2023, yang diukur menggunakan konsep Objektivitas Westerståhl yang terdiri dari aspek kebenaran, relevansi, keberimbangan, serta netralitas. Hasil: Penelitian menunjukkan tingkat objektivitas media betahita.id dan kanalkalimantan.com masuk ke dalam kategori tinggi dengan nilai masing-masing media sebesar 63,3% untuk betahita.id dan 70,8% untuk kanalkalimantan.com. Dalam menerapkan objektivitas, kedua media memenuhi aspek kebenaran, relevansi dan netralitas dengan baik. Sementara pada aspek keberimbangan, kedua media sama-sama belum memenuhi aspek tersebut dikarenakan pemberitaan yang dipublikasikan cenderung menampilkan satu sisi dan satu sudut pandang saja.
Naming streets after artists strengthens an effort of Bandung creative city branding Allesandro, Yanuar Aldi; Fathinah, Alya; Nuraini, Nisrina; Rahmatika, Chaerunnisa; Herawati, Irna; Aunillah Sirait, Rinda
PRofesi Humas Vol 9, No 2 (2025): February 2025
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/prh.v9i2.50507

Abstract

Background: Streets in Bandung are predominantly named after heroes and military figures, and none of them are named after artists despite Bandung’s branding as a Creative City. Purpose: This study aimed to map community readiness in Bandung, through the representation of the pentahelix stakeholders, to assess the feasibility of using artists’ names for street names. This community readiness was then analyzed in correlation to the city branding indicator, the City Branding Hexagon by Anholt (2007). Methods: The study used a descriptive qualitative method with Focus Group Discussion (FGD) for the primary data collection and a literature study for the secondary data. FGDs were conducted with ten participants from Pentahelix stakeholders (academics, government, business entities and/or actors, society or community, and mass media) who represented the people of Bandung City. Data validity checking was conducted through in-depth interviews with socio-economic experts. Results: The idea of naming artists as street names was welcomed by the majority of the Pentahelix elements who became informants in this study. The three artists who received support to be named as street names were Udjo Ngalagena, Harry Roesli, and Barli Sasmitawinata. The idea of naming artists as street names can strengthen the city branding of Bandung as a Creative City, which potentially improves the city’s economy, especially from the tourism aspect. Conclusion: Naming streets after artists in Bandung City could arouse the local artistic and cultural scene, which can be exploited to generate a creative platform to enhance the city’s artistic treasures and fortify Bandung City’s reputation as a creative hub. Implications: The implications of naming Harry Roesli as a street name arise. The location of Harry Roesli Music House is on a street that is the name of a national hero. For this reason, embedding Harry Roesli’s name needs to go through a special approach or determine a new location outside of his artistic site.