Atriana, Dinda
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI 2 DAN 48 JAM POSTPARTUM DI KLINIK SWASTA KOTA PEKANBARU TAHUN 2019 Helina, Siska; Hrp, Juraida Roito; Atriana, Dinda
JURNAL IBU DAN ANAK Vol 7 No 1 (2019): Jurnal Ibu dan Anak. Volume 7, Nomor 1, Mei 2019
Publisher : Poltekkes Kemenkes Riau Under Health Ministry Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (635.42 KB) | DOI: 10.36929/jia.v7i1.226

Abstract

Perdarahan merupakan penyumbang terbesar terjadinya AKI (Angka Kematian Ibu). Salah satu terjadinya perdarahan dikarenakan oleh atonia uteri. Atonia uteri merupakan salah satu penyebab terjadinya subinvolusi uteri. Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan proses involusi, karena pada saat bayi menghisap payudara akan menstimulasi produksi oksitosin secara alami. Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga membantu untuk proses involusi uteri yang ditandai dengan penurunan tinggi fundus uteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu postpartum 2 dan 48 jam. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2018 s/d Maret 2019 di Klinik Pratama Afiyah dan PMB Rosita Kota Pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah Quasi experimental dengan desain penelitian post test only control group design. Populasi pada penelitian ini yaitu semua ibu post partum dengan riwayat persalinan normal yang ada di Klinik Pratama Afiyah dan PMB Rosita.Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling sebanyak 30 orang ibu postpartum. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi. Instrumen pengumpulan data yaitu lembar observasi dan pita CM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tinggi fundus uteri 2 dan 48 jam postpartum pada kelompok yang melakukan inisiasi menyusu menyusu dini yaitu 12,69±0,55 cm dan 10,50±0,50 cm dan pada kelompok yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini yaitu 14,70±0,81 cm dan 14,10±0,79 cm. Analisis data menggunakan uji Mann Withney dengan derajat kepercayaan sebesar 95% menunjukkan bahwa ada pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap penurunan tinggi fundus uteri 2 dan 48 jam postparum dengan p value (0,000) < α (0,05). Diharapkan kepada tenaga kesehatan yang melakukan pertolongan persalinan normal untuk selalu menerapkan inisiasi menyusu dini mengingat banyaknya manfaat dari inisiasi menyusu dini salah satunya mempercepat proses involusi.
Stunting toddlers from vulnerable families in Pekanbaru City: findings feasible programs to reduce poverty Atriana, Dinda
BKM Public Health and Community Medicine PHS7 Accepted Abstracts
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

WHO ARE THE VICTIMS OF THIS INABILITY? Toddlers with stunting conditions in Pekanbaru City WHO AFFECTS THIS POWERFUL CONDITION? Communities with the majority of low family income fulfill their food needs as long as they are full even though they are poor in nutrition (1). WHAT CAUSES THIS CONDITION TO CONTINUE TO HAPPEN? Socio-economic conditions play an essential role in the incidence of stunting under five. In families with low incomes, the likelihood of experiencing nutritional problems such as stunting will be higher (2). Low income causes the most basic needs, namely food, which often cannot be met (1). So this is what triggers mothers to fulfill their food needs "merely" or as long as they are full even though they are poor in nutrition (1). Even with government assistance, the fulfillment of this nutrition is temporary. When the assistance provided has run out, the next food supply will remain "merely" because family income is still low. HOW POWERFUL ARE THE VICTIMS OF THIS CONDITION? The victims of this social condition are toddlers. The low family income impacts the lack of access to family food which results in difficulties to meet the nutritional adequacy of toddlers so that indirectly access to family food can affect the nutritional status of toddlers through the level of nutritional adequacy in toddlers (4). The quality and type of food given to toddlers and the feeding frequency are important factors related to the incidence of stunting in toddlers (3). CAN THIS POWERFULNESS BE OVERCOME? To overcome stunting in toddlers, it can be done by: Empowering families with low incomes (poor families) Expanding the Sustainable Food House Area (KRPL) (5) Creating a Continuity Of Care program that focuses on stunting toddlers Disseminating information about stunting through various media ( 5). Kondisi sosial ekonomi berperan penting terhadap kejadian stunting balita. Pada keluarga dengan pendapatan rendah, kemungkinan untuk mengalami kejadian masalah gizi seperti stunting akan lebih tinggi. Pendapatan rendah menyebabkan kebutuhan paling mendasar, yaitu pangan pun seringkali tidak bisa terpenuhi. Sehingga hal inilah yang memicu ibu-ibu untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan “sekadarnya” atau asal kenyang padahal miskin gizi. Rendahnya pendapatan keluarga berdampak pada kurangnya akses pangan keluarga yang berakibat pada kesulitan untuk memenuhi kecukupan zat gizi balita, sehingga secara tidak langsung akses pangan keluarga dapat mempengaruhi status gizi balita melalui tingkat kecukupan zat gizi pada balita. Kualitas dan jenis makanan yang diberikan kepada balita serta frekuensi pemberian makanan merupakan faktor penting yang berkaitan dengan kejadian stunting pada balita.